Lagu Kasih Ibu, Tak Cocok untuk Mama Sepertiku

Sunday, March 11, 2018

Mama lagi mellow Mas, Dek... Gara-garanya, Tante Ran dan Tante Widut mulai membicarakan tentang masa tua. Sebenarnya kita nggak boleh berandai-andai sih ya... Apalagi berandai-andai tentang usia, yang belum tentu jadi milik kita. Tapi obrolan kemarin, sungguh membuat Mama merenung.

Mas, Dek...

Kalian suka menyanyi lagu Kasih Ibu ya? Apalagi beberapa waktu lalu, lagu Kasih Ibu pun ada di buku pelajaran Mas Amay. Betapa sempurna sosok seorang ibu, hingga ia layak diabadikan dalam lagu.

Tapi Mas, Mama merasa Mama tak layak dinyanyikan lagu itu. Kenapa? Karena lagu Kasih Ibu itu cerminan ibu yang sempurna. Sedangkan Mama, ya, kalian tahu sendiri lah Mama bagaimana.


Kan katanya Kasih Ibu tak terhingga sepanjang masa, tapi nyatanya, terkadang kasih sayang Mama ada syaratnya. Misalnya, Mama lebih sering menciumi kalian ketika kalian selesai melakukan sesuatu yang Mama inginkan. Kalau kalian tidak mau, Mama jadi ngomel melulu.

Oh ya, katanya Kasih Ibu itu hanya memberi tak harap kembali, tapi Mama bahkan pernah bertanya pada mas Amay, kalau nanti mama udah tua, mas Amay mau mijitin Mama kayak sekarang mama mijitin Mas Amay apa nggak ya? Hahaha Mama ingin diingat jasanya..



Lalu ketika Mas Amay melihat bekas sesar di perut Mama, Mama bilang, "Nih lihat, perut Mama disobek untuk ngeluarin Mas Amay. Mas Amay nggak boleh berani sama Mama lo, ya..."

Dengan bukti-bukti itu Mama jadi ragu, apakah Mama layak menjadi salah satu ibu yang disebut di lagu Kasih Ibu?

Kasih Mama pada kalian memang besar. Bahkan Mama pernah menulis bahwa cinta mama pada kalian tetap bulat sempurna walaupun anak Mama ada dua di Cintaku Terbagi Dua. Tapi, jangan berpikir bahwa Mamamu ini sesempurna ibu di lagu Kasih Ibu, atau lagu-lagu tentang ibu lainnya, karena Mama masih punya kekurangan. Mama masih mengharapkan balasan dari kalian.

Iya, Mama punya keinginan agar kalian menjadi anak-anak yang Shalih, yang sudi mendoakan Mama, yang Mama harapkan bisa mempermudah jalan Mama di akhirat kelak. 

Apa kalian keberatan?




Tidak, Mama tidak akan memaksa kalian untuk memberi uang bulanan pada Mama setelah kalian bekerja. Mama juga tidak akan memaksa kalian untuk tetap tinggal di rumah ini, bersama Mama Papa hingga kami tiada. Tidak. 

Mama Papa cuma mengharapkan kalian untuk bisa rukun selamanya, dan tak pernah lupa untuk mendoakan kami berdua..

Itu saja cukup.
Read More

Masa Kecil Mama Mungil

Monday, February 19, 2018

Mas Amay sering bertanya pada Mama, "Mama, dulu Mas Amay waktu kecil umur 2 tahun, udah bisa bilang apa aja?" Lalu Mama menjawab, "Mas Amay dulu sudah bisa nyanyi cicak-cicak di dinding, balonku, macem-macem. Tapi ngomongnya belum jelas. Di dinding jadi ninini, ditangkap jadi itantep, bilang pesawat jadi pecowat, bilang tutup, jadi putuk." Hahaha ... Mas Amay tertawa.

Mas Amay mungkin sudah lupa dengan masa kecil dulu ya... Tapi sedikit foto, mungkin bisa membantu mengingatnya. Sayangnya, banyak video dan rekaman suara Mas Amay yang terhapus, dan hilang seiring dengan perangkat telepon, kamera dan komputer Papa yang rusak dan sudah tidak bisa menyala lagi.

Sama seperti Mama. Mama hanya bisa mengingat masa-masa setelah berumur lebih dari 3 tahun. Mama bangun tidur siang karena disengat tawon di kamar depan di rumah Akung, dan sejak saat itu, Mama merasa "hidup". Masa sebelum itu, sudah tak mampu lagi Mama ingat, meski berkali-kali Akung bercerita, dulu Mama suka sekali diajak jalan-jalan naik vespa dan berdiri di depan. 

Oya, dulu Mama sering jatuh, dan itu membuat bibir Mama "njedor". Mama sudah pernah menuliskannya di Ingatan Terdalam: Lambe Njedor dan Jari Temumulen.

Mas Amay dan Dek Aga beruntung, karena kalian hidup di jaman serba digital seperti saat ini. Foto kalian ada banyak, meski tak semuanya tercetak. Lain halnya dengan Mama. Mama tak punya banyak stok foto masa kecil, karena Akung dan Uti tak punya kamera. Kalaupun ada foto kami, itu pasti memakai kamera orang lain. 

Seperti foto di bawah ini. Mama saat itu diajak Uti Anna dan Akung Edy ke Baturraden, Purwokerto. Ini kali pertama Mama pergi tanpa orangtua.

Baturraden, tahun 1994
Mas Amay pernah juga ya, pergi tanpa Mama Papa? Setelah lebaran Idul Fitri 2O17 kemarin, Mas Amay masih ingin liburan di rumah Akung di Purworejo. Malahan Mas Amay beberapa hari di sana, tanpa Mama Papa. Mas Amay hebat, sudah bisa mandiri. 

Bicara soal kemandirian, Mas Amay jauh lebih hebat dari Mama. Dulu, waktu TK, Mama sering sekali menangis, terutama kalau Uti ninggalin Mama sendiri. Mas Amay suka menangis juga sih, tapi di TK B Mas Amay sudah nggak pernah menangis lagi. Apalagi di SD, Mas Amay jauh lebih siap dari Mama dulu.

Mama juga sering menangis kalau ada teman-teman yang jahilin Mama. Makanya, Mama sering bilang begini, "Kalau ada teman yang nakal, bilang sama ustadzah atau bu guru. Jangan diam saja ya... Kalau sudah keterlaluan, Mas Amay boleh balas. Jangan takut," karena dulu Mama penakut. Mama nggak ingin Mas Amay jadi "korban" seperti Mama dulu. 

Dulu tubuh Mama memang kecil. Waktu kelas 6 SD, berat badan Mama kurang dari 25 kg. Mama sering dimarahi Uti, karena sering menolak ketika disuruh makan. Kalau sekarang, Mama jago makan ya, Mas? Hihihi...

Karena tubuh Mama yang kecil banget ini, waktu Mama kelas 4 SD, Bunda -Mbak Ika Puspita, red- kuat mengangkat tubuh Mama dengan tangan kiri saja. Ceritanya, saat itu Mama pulang sekolah sendiri. Di jalan, Mama ketemu Bunda yang waktu itu kelas 2 SMA. Bunda naik sepeda Federal. Karena Mama sendirian, Bunda boncengin Mama. Bunda angkat tubuh Mama pakai tangan kiri, lalu kami duduk di sadel sama-sama. Iya, satu sadel untuk berdua. Kebayang kan,betapa mungilnya kami saat itu? Hihihi...

Tidak hanya sekali itu Mama dibonceng di sadel sepeda sama Bunda. Waktu kelas 3 SD, teman-teman Mama mengajak Mama berenang di kolam renang Artha Tirta. Kolam renang itu jauh sekali dari rumah Akung. Mama pergi kesana sama teman-teman, tanpa ijin Uti dan Akung.

Jangan ditiru ya..

Mungkin karena sudah punya firasat kalau Mama pergi ke kolam renang -karena sebelumnya Mama sudah minta ijin tapi tidak diijinkan-, Uti menyuruh Bunda menyusul Mama. Benar, Mama ada di sana, hihihi...

Mama dibonceng pulang dengan sepeda yang sama, di sadel yang sama, setelah sebelumnya dimandiin-dikeramasin-digantiin baju sama Bunda. Sampai di rumah, Uti dan Akung bilang, lain kali nggak boleh pergi tanpa ijin orang tua. Apalagi jalan menuju kolam renang itu sangat ramai. Bahaya. 

Mama patuh. Hehehe... Sejak saat itu, meski sangat ingin berenang, Mama nggak berani pergi ke sana tanpa orangtua. Karena itulah, sampai sekarang Mama belum bisa berenang, hihihi...

Itu sekelumit kisah masa kecil Mama. Alhamdulillah, walau dikelilingi dengan keterbatasan, tapi Mama tidak kekurangan kebahagiaan. Semoga Mas Amay dan Dek Aga juga ya.. Yakinlah, meski Mama Papa sering tidak bisa memenuhi keinginan kalian, tapi Mama Papa selalu berusaha memenuhi kebutuhan kalian. 

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤



Read More

Disclosure


Ah ya, sebelumnya mau umumkan dulu, ini adalah tulisan pertama setelah abiyumahya.blogspot.com berubah nama menjadi mamakepiting.com. Mengapa berubah? Abiyu Mahya adalah nama Mas Amay, dan karena Mama ingin menjadi mama yang adil, akhirnya nama blog ini diubah menjadi mamakepiting.com agar tak canggung lagi ketika ingin menuliskan tentang keseharian Adek Aga. 

Ini sebagai bukti bahwa meski anak Mama ada dua, tapi cinta dan kasih Mama pada kalian berdua, sama besarnya. Hehehe.. 

Oya, mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa blognya dinamakan mamakepiting.com? Jawabannya adalah karena Mama lahir di bulan Juni dan zodiaknya adalah cancer. Dan karena Mama ini orang cancer, Mama mewarisi sifat kepiting yang keras di luar, tapi lembut di dalam. :D

Ya, walaupun Mama galak, tapi Mama penuh kasih sayang. Hehe...

Sebagai informasi, Mama Kepiting punya blog lain lho, dan sudah lebih dulu eksis di sana, yakni kayusirih.com

Dan kalau dulu Mama sudah dikenal sebagai blogger kayusirih, sekarang Mama punya nama samaran lain, yaitu Mama Kepiting. Hihi..

Akhir kata, semoga teman-teman bisa memetik manfaat dari Mama Kepiting yaa.. ☺☺









Read More

Mengajari Anak Jajan, Apakah Terlarang?

Monday, February 12, 2018

Saya termasuk orang tua yang tidak membiasakan anak jajan sembarangan, apalagi belanja ke warung sendirian. Anak saya pun tumbuh menjadi anak yang tak terlalu merepotkan, karena mereka bukan tipe anak yang tiap kali melihat pedagang lewat di depan rumah, merengek minta dibelikan. Alhamdulillah, pengeluaran harian jadi lebih hemat. Tapi kemudian ada hal yang membuat saya menyesal, mengapa tidak memperkenalkan nilai uang sejak dini?

Orang tua mana yang ingin anaknya boros? Orang tua mana yang nggak ingin anaknya anteng, puas dengan masakan rumah, tidak terbiasa minta uang untuk jajan? Makanya, menyadari bahwa mencari uang tidaklah mudah, saya pun tak membiasakan anak-anak jajan.

Anak-anak bukannya tak pernah jajan, ya... Jajan, tapi sekedarnya saja. Misalnya, saat saya harus ke minimarket atau ke toko dekat rumah untuk membeli sesuatu, kemudian anak-anak ikut serta, maka es krim, susu, biskuit atau makanan kecil lainnya, pasti menarik perhatian mereka.

Ya, mereka hanya jajan di momen ketika ada saya atau papanya atau tantenya yang menemani. Mereka bukan tipe yang minta uang, kemudian pergi jajan sendiri.

Kelihatannya menyenangkan, ya?

Di satu sisi, ini adalah hal yang sangat positif. Banyak orang tua yang menginginkan demikian, karena pengeluaran bisa terkontrol, anak pun tak akan jajan sembarangan. Tapi di sisi lain, saya agak menyesal. Kenapa?

Begini ceritanya,
Amay, sulung saya, tahun ini sudah menjadi anak SD. Sekolahnya lumayan jauh dari rumah. Karena sekolah Amay berakhir pukul 13:15, maka memberikan uang jajan menjadi hal yang wajar, meski sudah ada catering di jam istirahat ke dua. 

Awal-awal Amay masuk kelas 1, saya sempat stres.

Amay belum tahu nilai uang.

Jangankan tahu harga makanan yang dia inginkan, belinya pakai uang yang warna apa, kemudian ada kembalian atau tidak, Amay sama sekali belum paham.

Saat mengantarnya di hari pertama, saya memintanya membeli susu. Ia saya bekali uang 5K. Begitu ia kembali, ia hanya membawa sekotak susu ukuran kecil tanpa kembalian, padahal harganya adalah 2,5K. Akhirnya, sampai di rumah, Amay saya jejali dengan pengetahuan tentang nilai uang, harga jajanan yang mungkin ia beli nanti, bagaimana jika membeli dengan uang 5K sementara harganya cuma 2K, bagaimana meminta kembalian, dll. 

Dan itu takes time banget, nggak cukup hanya seminggu-dua minggu. Setiap hari pun saya harus “menginterogasi” apa saja yang dibelinya, bagaimana dia membayarnya, dan lain sebagainya, untuk make sure saja, apakah dia sudah membelanjakan uang sakunya dengan tepat. 

Repot banget.

recehan sisa uang jajan ditabung. sumber: kayusirih.com

Cerita di atas tadi adalah satu poin yang menjadi alasan penyesalan saya mengapa tidak mengenalkan nilai uang sejak dini pada Amay.

Penyesalan lainnya adalah ketika lebaran anak-anak mendapatkan angpao, lalu mereka abai dengan uang yang mereka miliki. Bukan hanya “eman-eman” atau sayang jika uangnya hilang, tapi lebih dari itu, abai dengan pemberian orang tentu akan membuat sedih pemberinya, bukan? Berapapun besarnya, sedikit atau banyak, tentu harus dihargai.

Nah, jadi kesimpulan saya; Ajarkan anak jajan supaya ia paham dengan nilai uang, disamping itu, bimbing mereka untuk membelanjakannya dengan cermat. Seperti pesan Eyang Titiek Puspa,

Jajan sih, boleh saja
Sisihkan buat nabung
Belanja sih, boleh saja
Tak lupa,nabung


Read More

Membuat Puding Puyo

Wednesday, January 10, 2018

Menjelang libur semester kemarin, Mas Amay dan Mama beraksi di dapur lagi. Kayaknya udah lamaaaa banget Mas Amay nggak diajak bantu-bantu Mama membuat sesuatu. Padahal dulu Mama rajin banget bikin kue kesukaan Mas Amay. 

Cake Cokelat Klasik ini contohnya. Kalau Mama membuatnya, Mas Amay lah yang biasa diminta menakar tepung dan gula pasirnya. Hmmm...walaupun pernah bantat, tapi tetap enak dan Mas Amay tetap suka.

Mungkin karena sekarang ada Adek Aga, jadi Mama agak kerepotan kalau harus membuat makanan seperti dulu lagi. Malahan pernah, Mas Amay marah karena tidak diajak membantu Mama memasak. Padahal Mas Amay ingin membantu, tapi malah ditinggal. Alasannya sih, mumpung Adek Aga tidur jadi Mama terburu-buru.

Tapi Mas Amay mengerti koq. Makanya ketika Mama mengajak Mas Amay membuat Puding Puyo, Mas Amay bersemangat sekali. Pulang sekolah, Mama menjemput Mas Amay, lalu kita mampir ke toko untuk membeli bahan-bahannya.

Bahan-bahan membuat Puding Puyo ala kami, diantaranya:
1. Nutrijell rasa kelapa. Mama memakai 2 bungkus, karena ukurannya kecil. 
2. 1 kaleng susu kental manis warna putih.
3. 1 sdm tepung maizena.
4. 1 liter air putih.

Membuat Puding Puyo

Caranya gampaaang banget. 
- Pertama, Mama mencampur bubuk Nutrijell dengan tepung maizena, langsung di panci yang akan digunakan untuk memasak.
- Selanjutnya, Mama menuangkan susunya. Tidak lupa, sisa susu di kaleng, dilarutkan dengan air yang telah disediakan.
- Tuang sisa air tadi ke dalam panci ya... 
- Nyalakan kompor, masak puding dengan api kecil.
- Sudah, tunggu sampai mendidih yaa.. 
- Kalau sudah mendidih, matikan api, lalu masukkan puding ke dalam cetakan. Kalau uap panasnya sudah mulai hilang, masukkan ke dalam kulkas. Puding akan semakin nikmat ketika disantap setelah dingin.

Puding Puyo

Caranya gampang kan? Rasanya juga enak. Pudingnya kayak degan, lezaaat. Mas Amay yakin, Mas Amay bisa membuatnya lagi nanti, ya meskipun saat mengaduk pudingnya, rasanya tangan Mas Amay hampir terbakar karena panas, sih. 

Teman-teman, coba juga yuk! Tapi ingat ya, kalau menyalakan kompor harus dengan sepengetahuan Mama atau orang dewasa lainnya.

Selamat mencoba... 
Read More

Outbond di Anava, Tlatar, Boyolali

Thursday, January 4, 2018

Tanggal 12 Desember 2017 yang lalu, Mas Amay dan seluruh teman-teman kelas 1, mengikuti Outbond di Anava, Tlatar, Boyolali. Mas Amay diantar Mama dan Adek Aga. Sebenarnya Mama takut repot kalau bawa Adek Aga, tapi karena Papa malu kalau nanti jadi bapak-bapak sendiri, makanya Mama yang antar. Alhamdulillah, Mama bahagia karena bisa bertemu dengan ibu-ibu lainnya. Kekhawatiran Mama kalau Adek Aga akan rewel, tidak terbukti.

Memang, Adek Aga nggak bisa diam. Bahkan, Adek Aga ingin selalu ikut bermain bersama Mas Amay dan teman-teman Mas Amay. Tapi kan nggak boleh, jadi Adek Aga cuma lihat aja. Dan karena Mama harus membuntuti Adek Aga, Mama jadi nggak bisa ikut pengajian dan ramah tamah dengan Bu Guru dan ibu-ibu lainnya.

Tapi nggak apa-apa deh. Malahan, Mama jadi bisa ambil banyak foto kan.. 😁😁



Di Anava, memang terdapat kolam renang berstandar Nasional. Tapi Mas Amay dan teman-teman berenang di kolam renang yang khusus untuk anak-anak, yang tidak terlalu dalam. Kolam renangnya bersih lho. Kamar mandi untuk membilasnya juga. Airnya pun dingin. Segaaaarrr...

Oya, saat outbond ini, Mas Amay dan teman-teman dibimbing oleh kakak-kakak dari Lembaga Psikologi Anava. Ada 7 permainan seru yang kami lakukan bersama.

1. Flying Fox
Ini yang paling seru. Mas Amay sampai bilang sama Mama, ingin mengulang flying fox lagi. Mas Amay punya ide, bagaimana kalau kita menanam dua buah pohon, lalu nanti setelah besar, kita pasang tali di sana untuk meluncur. Keren kan idenya? Tapi ketika Mas Amay menyampaikan ide itu, Mama malah tertawa. 😂😂😂

Alhamdulillah, waktu liburan ke Bandung kemarin, Mas Amay bisa main flying fox lagi di Floating Market, Lembang.

Nanti baca cerita Mama yang ini ya: Family Trip II; Floating Market, Lembang

2. Meniup Gelas Plastik
Oya, Mas Amay dan teman-teman dibagi menjadi beberapa kelompok. Mas Amay sendiri ikut kelompok abu-abu. Nah, kelompok abu-abu dan kelompok orens bertanding. Kelompok yang lain juga sama, ada lawannya sendiri-sendiri. Saat meniup gelas plastik sambil merangkak ini, kelompok Mas Amay menang lho... Tapi, Mas Amay kalah waktu lawan Hafiz dari kelompok orens.



3. Mengambil Air Memakai Gelas Bocor
Mama nggak lihat permainan ini, jadi nggak ada fotonya. Mas Amay jelasin ke Mama tapi Mama nggak ngerti-ngerti juga. Huh!

4. Menanam Padi di Sawah
Baru kali ini Mas Amay menginjak lumpur. Rasanya geli. Mas Amay suka sekali waktu mengangkat kaki, eh, kakinya Mas Amay penuh lumpur. Di dalam lumpur susah banget jalannya.

menanam padi di outbond Anava, Tlatar, Boyolali
Salut deh sama Pak Tani dan Bu Tani yang setiap hari berjuang di lumpur untuk bisa menanam padi, agar kebutuhan makanan kita tetap bisa terpenuhi.

5. Menangkap Ikan
Mas Amay bisa lho menangkap beberapa ekor ikan yang disebarkan sama kakak-kakak. Tapi waktu Mas Amay tangkap ikannya, tangan Mas Amay sempat kena durinya. Duh, perih banget. Tapi Mas Amay nggak kapok koq. Mas Amay masukkan ikan-ikan itu ke dalam plastik, lalu Mas Amay kasihkan ke Mama. Tapi karena Mama sibuk mengurusi Adek Aga yang berenang dan nggak mau selesai-selesai berenangnya, ikan yang Mas Amay kumpulkan hilang deh. Nggak tau siapa yang ambil.

Terus, Mama nyuruh Mas Amay kembali lagi ke kolam dan menangkap ikan yang baru. Alhamdulillah dapat lagi buat dibawa pulang. Tapi, ikan-ikannya pada mati. Sekarang, ikannya cuma tinggal 1 ekor di rumah.

6. Berjalan di Atas Kayu (Meniti)
Ini agak susah. Mas Amay takut banget jatuh ke lumpur. Tapi Alhamdulillah Mas Amay berhasil.


outbond Anava. berjalan di atas kayu.

7. Berenang
Mas Amay suka sekali berenang. Setelah bermain dengan lumpur, Mas Amay dan teman-teman langsung nyemplung ke air. Mas Amay juga bermain perosotan. Ada anak yang menangis karena nggak sengaja kepleset terus jatuh. Mas Amay sih sudah bisa berenang sedikit-sedikit. Mas Amay senaaaang sekali berenang di tempat ini.

Nah, ini cerita Mas Amay kali ini. Nantikan cerita selanjutnya yaa.. Byeeee...
Read More

Mimpi di Siang Bolong

Tuesday, January 2, 2018

Hari ini tumben Mas Amay tidur siang. Mungkin karena habis dimarahi Mama yaa, hehe... Habisnya, Mas Amay dan Adek Aga beranteeem aja. Ceritanya, Adek Aga mau kasih makan ikan yang Mas Amay dapat dari outbond 12 Desember lalu. Tapi, ngasih makannya pakai daun cabe yang Mama tanam. Mas Amay marah, ngasih tau kalau ngasih makan ikan bukan pakai daun, tapi Adek Aga ngeyel.

Dan sudah bisa ditebak kan akhirnya gimana? Adek Aga teriak, Mas Amay marah-marah. Mama pusing dong, dibilangin pelan-pelan nggak bisa. Pakai ilmu diam, Amaynya lapooorrrr aja, "Ini lho Ma, adeknya!" gitu melulu. 

Akhirnya pakai jurus terakhir, ancaman! Mama nggak teriak koq, cuma ngancam. Hahaha, sama aja yaa... Gini nih, "Kalau masih pada berantem, Mama mau pergi berdua aja sama Papa. Lanjutin ya berantemnya, sampai puas!" Gitu. Trus pada nangis dong dua-duanya.

Lalu Mama pun bertitah, "Cuci tangan sini, habis itu tidur!" 

Dan mereka pun pergi tidur. Hasilnya, Mas Amay bermimpi dan jadilah cerita ini.



Mimpi:  aku bertemu kelinci

1. aku melihat terowongan yang sempit banget

2. terus aku masuk ke terowongan itu

3. terowongan itu panjang sekali

4. sudah sampai aku kaget

5. kelinci-kelinci itu banyak sekali

6. aku balik lagi aku melihat satu kelinci

7. kelinci itu kelaparan

8. terus aku berikan rumput dan wortel

9. terus dia menangis mau ke ibunya

10. kuantar dia ke tempatnya dia berhenti nangis

11. dia bahagia kubawa ke truk, dia kelaparan

12. dia kubebaskan


Mungkin ada yang bingung ya dengan endingnya, tapi ini cerita yang ditulis Mas Amay sendiri, tanpa intervensi Mama. :)
Read More