Showing posts with label matrikulasi iip. Show all posts
Showing posts with label matrikulasi iip. Show all posts

NHW #9, Bunda Sebagai Agen Perubahan

Monday, April 1, 2019

Waktu begitu cepat berlalu, dan pada akhirnya kami sampai di sini. Mahasiswi Institut Ibu Profesional batch 7, minggu ini menghadapi NHW terakhir, yaitu NHW #9. Meski selama 3 bulan ini Mama tak terlalu aktif di grup, dan seringkali mengerjakan tugas mingguan dengan terburu-buru sehingga hasilnya kurang maksimal, namun tetap saja Mama merasa sedih dan kehilangan.

Tapi seperti kata orang bijak, cara kita melihat apakah kita cocok dengan seseorang atau tidak, yaitu ketika kita merasa lupa waktu. Dan ya, minggu demi minggu, hari demi hari yang kami lewatkan dengan obrolan seru, membuat kami benar-benar lupa waktu. Sampai kemudian kami tersadar, yah, ini adalah tugas terakhir, sebelum kami dinyatakan lulus atau tidak.

NHW #9 ini, merupakan tindak lanjut seusai pencarian jati diri. Jika di NHW #8 kemarin kita sudah menentukan Misi Hidup dan Produktivitas, kali ini kita diarahkan untuk menjadi agen perubahan.

Change Maker, source; youtube.com

Kedengarannya koq wow banget yaa.. Agen Perubahan, gitu lho! Tapi kembali lagi ke fitrah kita sebagai manusia. Manusia yang bermanfaat adalah manusia yang menjalankan kehidupan sesuai dengan fitrahnya.

Jadi, jika kita sudah menemukan passion (ketertarikan minat) ada di ranah mana, mulailah melihat isu sosial di sekitar kita, lalu belajarlah untuk membuat solusi terbaik di keluarga dan masyarakat.

Karena ketertarikan Mama ada di dunia tulis-menulis, Mama buat seperti ini;




Social Venture adalah suatu usaha yang didirikan oleh seorang social entrepreneur baik secara individu maupun organisasi yang bertujuan untuk memberikan solusi sistemik untuk mencapai tujuan sosial yang berkelanjutan. Sedangkan social entrepreneur adalah orang yang menyelesaikan isu sosial di sekitarnya menggunakan kemampuan entrepreneur.

Untuk membuat perubahan di masyarakat, kita bisa mengawalinya dari rasa empati. Dan untuk membuat usaha yang berkelanjutan, kita bisa mengawalinya dengan menemukan passion, dan menjadi orang yang merdeka menentukan nasib hidupnya sendiri. Jika kita bisa menyelesaikan permasalahan sosial di sekitar kita dengan kemampuan entrepreneur yang kita miliki, kita tak perlu lagi menunggu dana dari luar untuk melakukan perubahan, karena modal sesungguhnya cukup dengan tekad kuat dari dalam hati.

Nah, Mama punya mimpi, kesadaran literasi di sekitar kita meningkat. Jika kesadaran literasi meningkat, kita tak akan mudah dibohongi. Kita pun akan semakin pandai dalam mencari informasi, menganalisa, menemukan, sehingga informasi yang terdistribusi adalah informasi yang benar, bukan hoaks semata.

Untuk mengawali kampanye literasi digital ini, Mama dan teman-teman Mama di KEB Solo, akan mengadakan kelas blogging untuk pemula dalam waktu dekat. Semoga kelak semakin banyak blogger yang menghasilkan karya-karya inspiratif, yang bisa mendorong masyarakat untuk menggunakan internet secara lebih bijak.


Quote about Change Maker by Mahatma Gandi


Read More

NHW #8 ; Misi Hidup dan Produktivitas

Monday, March 25, 2019

Jika minggu lalu di NHW #7 kita sudah belajar tentang "Ikhtiar Menjemput Rezeki" dengan "Kenali Diri, Bangkitkan Potensi", di NHW #8 kali ini kita akan belajar tentang "Misi Hidup dan Produktivitas".

NHW #8, Misi Hidup dan Produktivitas

Secara kebetulan, hari Sabtu kemarin Mama dan Mas Amay terlibat obrolan seru. Mas Amay yang tanggal 16 Maret kemarin berulang tahun ke delapan, Mama ajak bicara dari hati ke hati. Obrolan ini bermula saat kami membahas seorang temannya yang sudah berhari-hari mogok sekolah. Mengapa temannya itu tidak mau sekolah? Bagaimana hal itu membuat ibunya sangat sedih? Sampai kemudian kami membahas tentang cita-cita, bagaimana agar bisa mewujudkannya? Mengapa Allah mengaruniai kita otak untuk berpikir, tangan untuk bekerja, dan hati untuk merasa?

Dalam banget. Terlebih sehari sebelumnya, yaitu hari Jumat, Mas Amay menerima rapor mid semester. Jujur, Mama bersyukur dengan apa yang Mas Amay dapatkan. Tapi Mama lebih bahagia saat Bu Husna berkata bahwa Mas Amay senang menggambar, dan di kelas, Mas Amay sering menggambarkan sesuatu untuk teman-teman.

Mama bahagia, karena Mama melihat ada binar-binar di mata Mas Amay saat Mas Amay menggambar. Insya Allah ke depannya kita akan lebih mudah berjalan, karena titik cahaya itu sudah kelihatan.

Saat Mama bertanya tentang cita-cita, jawaban Mas Amay ada dua. "Mas Amay mau jadi arsitek kayak papa, terus mau menulis buku juga."

Bismillah ya, Nak...

Untuk buku, tahun lalu Mas Amay sudah membuat satu judul buku. Insya Allah tahun ini kita buat lagi ya. Oya, ini cerita tentang buku Mas Amay : Mas Amay Belajar Berbagi; Jual Buku untuk Korban Gempa Lombok, Palu dan Donggala.

Buku Pertama Mas Amay

Mama hanya bisa berdoa dan memberi support. Semoga Mas Amay bisa istiqomah di jalan yang sudah Allah tunjukkan. Mas Amay harus bersyukur, karena setidaknya Mas Amay sudah punya mimpi di usia ini. Mama, harus mencari dan menemukannya di usia yang tak lagi muda.

Mas Amay harus bersyukur, Mama dan Papa selalu support kegiatan Mas Amay. Mama, dulu berada di kondisi yang sangat terbatas. Jangankan untuk mengasah potensi, untuk membeli buku bacaan saja, Akung dan Uti kesulitan.

Tapi alhamdulillah, kini semua sudah terlewati.

Sekarang, jika Mama ditanya;

A. Apakah ada ranah aktivitas yang sesuai dengan kuadran SUKA dan BISA, seperti yang tertulis di NHW #7?

Alhamdulillah, apa yang Mama lakukan pada hari ini, sudah sesuai dengan potensi yang Mama miliki. Ya, Mama akhirnya benar-benar kecemplung di dunia tulis-menulis, dunia yang Mama impikan, sejak tahun 2013. 

Namun, meski sudah berjalan 6 tahun lamanya, Mama masih harus banyak belajar untuk menjadi seorang Blogger Profesional.

B. Tentang "Be, Do, Have"

1. Mental seperti apa yang harus dimiliki untuk menjadi seorang blogger profesional?
Menurut Mama, seorang Blogger Profesional itu;

- Rendah Hati. Seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk, seperti itulah Blogger Profesional. Seperti Mak Carolina Ratri yang rajin berbagi ilmu ngeblog di blognya, atau seperti almarhum CumiLebay yang sering berkunjung ke blog-blog, tanpa melihat apakah blogger ini terkenal atau tidak.

- Haus Ilmu. Teknologi semakin berkembang, dan tentu, ini berpengaruh juga terhadap dunia per-blogging-an. Jangan pernah merasa puas, atau kau akan terlindas. Belajar lagi, belajar lagi, belajar lagi, karena di luar sana jumlah blogger atau penulis akan semakin banyak.

- Punya Value. Yap! Kata orang, profesi blogger semakin wangi. Mulai banyak brand yang menggunakan jasa blogger untuk mengiklankan produknya. Namun, seorang Blogger Profesional tidak gebyah uyah. Blogger Profesional tidak hanya mengejar materi saja. Blogger Profesional adalah blogger yang mengutamakan profesionalisme dalam berkarya. Untuk itu, blogger profesional harus mampu memilah dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan hati nuraninya. Seperti pesan Ibu Septi Peni, "Rejeki itu pasti, Kemuliaan yang harus dicari."

2. Apa yang harus Mama lakukan untuk menjadi Blogger Profesional?

Belajar. Seperti yang sudah Mama tulis di NHW #5; Learning How to Learn,

- Mama harus selalu memperbaiki tulisan
- Mama harus bisa menaklukkan sebuah lomba
- Belajar tentang coding, SEO, juga tentang adsense

3. Apa yang akan Mama lakukan apabila Mama sudah memiliki apa yang Mama harapkan?

Seperti poin nomor 1 tadi, Mama harus tetap rendah hati, tidak pelit ilmu, sekaligus tetap belajar agar tidak tergilas perkembangan zaman. Satu lagi, Mama harus tetap punya value. 

C. Tentang 3 aspek dimensi

1. Apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu kehidupan kita?
Mama ingin tetap berada di jalan-Nya, semakin baik dari waktu ke waktu, bisa memberikan manfaat untuk diri sendiri, untuk keluarga, dan untuk lingkungan sekitar.

2. Apa yang ingin dicapai dalam waktu 5-10 tahun ke depan?
Ingin sekali dari hasil menulis, bisa ditabung untuk memberangkatkan Akung menunaikan rukun islam ke 5.

3. Apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahun?
Ingin sekali bisa memenangkan lomba blog, dan bisa memberangkatkan Akung umroh. Siapa tahu nanti ada lomba blog berhadiah umroh, ya kan? Jika menang, hadiahnya akan Mama berikan untuk Akung.

Mohon doanya semoga impian-impian Mama bisa tercapai ya... Aamiin YRA.

Ya, lebih dari itu, Mama ingin bisa mendampingi Mas Amay dan Dek Aga untuk mengejar cita-cita, memberi manfaat untuk banyak orang. Semoga Mama, Papa, Akung, Mas Amay dan Dek Aga, senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan agar bisa beribadah dengan baik. Semoga kita selalu berada dalam penjagaan-Nya. Aamiin YRA. 





Read More

NHW #7 ; Kenali Diri, Bangkitkan Potensi

Monday, March 18, 2019

"Before you can successfully make friends with others, first you have to become your own friend." Stephen Richards 
Suatu hari Mama menemukan motivational quotes di atas, dan kalimat itu benar-benar membuat Mama merenung. Ya, sebelum bisa berteman dengan orang lain, pertama-tama kita harus bisa berteman dengan diri kita sendiri. Berteman dengan diri sendiri, artinya kita mampu mengenali diri sendiri, baik kelemahan maupun potensi yang dimiliki. Berteman dengan diri sendiri juga berarti mengetahui hal-hal yang kita sukai dan yang tak kita sukai. 

Menjadi mahasiswi di Institut Ibu Profesional, Mama semakin akrab dengan pesan Bu Septi Peni, yaitu, "Meninggikan gunung dan bukan meratakan lembah." Ini lagi-lagi membuat Mama manggut-manggut. Oiya ya, kenapa kita harus repot-repot menjadi orang lain dengan 'meratakan lembah'? Kenapa kita tidak menonjolkan kemampuan kita saja? Jadi diri sendiri itu lebih membuat kita nyaman, ya kan?

Bersyukur di NHW #7 ini, kami para mahasiswi, diajak untuk menyelami diri sendiri. Jangan salah, menguliti diri sendiri ternyata tidak lebih mudah dari menilai pribadi orang lain, lho, hihi... Makanya ada peribahasa yang mengatakan, gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak.

Buya Hamka bahkan berkata, "Mengenal diri sendiri jauh lebih sukar daripada ingin mengetahui kepribadian orang lain, sebab itu, kenalilah dirimu sendiri sebelum mengenal pribadi orang lain."

Beruntung, IIP mendapatkan izin untuk menggunakan tools temuan Abah Rama Royani, seorang yang sering menjadi guru tamu di komunitas Ibu Profesional. Tools tersebut beralamat di www.temubakat.com

Setelah mencoba tools tersebut, hasil yang Mama dapatkan adalah sebagai berikut;


ARINTA ADININGTYAS, anda adalah orang yang senang mengkomunikasikan sesuatu yang sederhana menjadi menarik, analitis, teliti & suka mengumpulkan informasi, senang mempelajari latar belakang, senang olah pikir, menyendiri, analitis dan senang berkomunikasi, senang mengkomunikasi ideanya, suka mengumpulkan berbagai informasi atau literatur. 

Ternyata, potensi Mama Kepiting adalah sebagai communicator, evaluator, explorer, interpreter, dan journalist

Apa iya sih? Memang, hasil tesnya bisa berubah-ubah, tergantung mood. Tapi, di sana kita diberikan beberapa pilihan, mana yang paling cocok sampai dengan yang paling tidak cocok dengan karakter kita.

Mama Kepiting tentu tidak cocok menjadi operator atau producer, karena memang Mama Kepiting kurang terampil dalam membuat atau mengoperasikan sesuatu. Misalnya, menjahit baju atau membuat menu makanan baru. Duh, Mama tidak mampu.

Selain itu, Mama akui, Mama bukan marketer yang baik. Iya, selama ini, Mama memang mencoba menjadi reseller dan marketer buku-buku anak. Tapi, tujuan dari berjualan buku itu bukan untuk menjadi kaya atau banyak uang. Mama ikut memasarkan buku hanya agar bisa memiliki buku untuk Mas Amay dan Dek Aga, tanpa harus kehilangan banyak uang, hehe.. Kan kalau jadi reseller atau marketer, diskonnya lebih banyak. Dengan mengumpulkan teman-teman Mama yang ingin membeli buku itu juga, setidaknya Mama bisa mendapatkan buku incaran Mama dengan harga lebih murah, syukur-syukur dapat gratis. Hehe... 

Lalu, apakah benar potensi terbesar Mama adalah sebagai communicator, evaluator, explorer, interpreter, dan journalist?

Mama belum pernah menggali potensi sebagai evaluator, explorer, dan interpreter sih. Namun sebagai communicator, Mama memang sebenarnya suka tampil di depan umum. Hanya saja, permasalahan utama yang dulu Mama hadapi adalah soal ketidakpercayaan diri.

Sampai suatu hari, saat diadakan seminar parenting di TK Mas Amay, Mama diminta untuk menjadi moderator. Meski deg-degan pada awalnya, namun alhamdulillah, Mama bisa membuktikan pada diri sendiri bahwa Mama bisa melakukannya.



Lanjut soal potensi menjadi journalist. Ya, meski mungkin bukan sebagai jurnalis profesional, tapi setidaknya sudah terlihat bahwa Mama memiliki dua blog sebagai tempat menuangkan isi hati dan isi kepala. Anggap saja ini berkaitan dengan potensi sebagai journalist yaa, hehe... 

Alhamdulillah, so far hasil tesnya tidak terlalu jauh dari karakter Mama selama ini.

Baiklah, setelah mencoba mengenali potensi diri melalui www.temubakat.com, kemudian mengkonfirmasi ulang apakah Mama benar-benar seperti hasil tes itu, Mama kemudian bisa memetakan hal apa saja yang Mama suka dan Mama bisa, Mama suka namun Mama tak bisa, Mama tak suka namun Mama bisa, dan yang Mama tak suka dan tak bisa.

Suka dan Bisa
- Menulis
- Berbicara di depan banyak orang/anak
- Memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu

Suka, namun Tidak Bisa
- Bermain Musik
- Menggambar / Mendesain 

Tak Suka, namun Bisa
- Memasak
- Bersih-bersih rumah

Tak Suka dan Tak Bisa
- Menjahit
- Crafting

Sebagai penutup, Mama petik sebuah kalimat, yang mungkin nanti berguna untuk Mas Amay, Dek Aga, dan yang lainnya.
Before anything else, find yourself, be yourself and love yourself. 



Read More

NHW #6; Ibu Manajer Keluarga Handal

Monday, March 11, 2019

Memasuki NHW #6, kali ini Mama belajar tentang bagaimana menjadi manajer andal. Jika Ibu Septi Peni mempunyai program menjadikan pakaian "daster" bagi ibu-ibu hanya dipakai dari Subuh sampai pukul tujuh pagi, di mana saat berdaster itu merupakan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rutin di rumah, berbeda dengan Mama. Mama lebih suka menggunakan daster sepanjang hari, karena mayoritas waktu Mama memang berada di ranah domestik ini.

Ibu Septi, setelah jam tujuh pagi, berganti pakaian yang lebih rapi, dan beliau siap mendidik anak-anaknya dan bermain total bersama mereka. Ya, kalau Mama tidak salah, Bu Septi mendidik sendiri putra-putrinya di rumah, atau bisa disebut homeschooling. Setelah pukul tujuh malam, beliau berdaster kembali.

Program ini dikenal dengan nama '7 to 7' dan sekarang menjadi program andalan di Institut Ibu Profesional.

Dulu Ibu septi membuat program 7 to 7 tujuannya agar bisa bertindak sebagai ibu profesional dengan adanya jam kerja. Dalam mendidik anak, beliau berpenampilan rapi selayaknya guru yang mengajar sejak jam 7 pagi hingga jam 7 malam. Intinya beliau belajar menghargai diri bahwa ibu rumah tangga juga sebuah profesi yang bisa dikerjakan secara profesional, bisa dandan cantik dan modis di jam tersebut.

Mengapa Mama tidak menirunya? Karena Mama lebih nyaman "bekerja" dengan daster, hehe.. Pun, Mas Amay dan Dek Aga tidak menjalani homeschooling. Jadi kelak, saat Dek Aga sudah resmi menjadi anak TK, waktu Mama untuk "menyendiri" dengan tugas-tugas domestik insya Allah akan lebih panjang.

Nah, maka dari itu, saat ada materi tentang kandang waktu, Mama mengumpamakan saat Dek Aga sekolah nanti. Toh, insya Allah tinggal beberapa bulan lagi.

Dan karena rata-rata waktu sekolah Dek Aga adalah sejak pukul 7:30 sampai pukul 12 siang, maka kandang waktu Mama adalah sebagai berikut :

Jam 5 - 7 pagi, Mama menjadi koki dan "qyu-si". Apa itu qyu-si? Hihi.. Itu maksudnya QC alias Quality Control. Setelah menyiapkan sarapan pagi, Mama harus mengecek keperluan Mas Amay dan Dek Aga, juga keperluan Papa sebelum mereka berangkat.

Jam 7 - 11 siang, waktunya memasak untuk sehari, mencuci, menyapu dan mengepel. Mama harus menyelesaikan tugas ini dalam waktu 4 jam. Bisa? Harus bisa. Kalaupun terpaksa belum selesai, Mama boleh menundanya keesokan hari.

Di IIP, ada kandang waktu yang bersifat dinamis, atau bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Nah, untuk tugas domestik seperti ini, Mama harus menetapkan prioritas juga.

Di antara 4 hal yang harus Mama kerjakan di 4 jam ini, yaitu memasak, mencuci, menyapu dan mengepel, yang paling wajib adalah memasak. Mengapa? Setidaknya ada 2 alasan;

1. Tidak memasak, artinya boros. Sedangkan Mama harus pandai mengatur keuangan keluarga juga. Ya kan? Jika salah perhitungan, khawatirnya akan mempengaruhi kebutuhan lainnya.
2. Memasak supaya gizi keluarga terjamin.

Untuk mencuci, menyapu, dan mengepel, jika Mama tak sempat, maka akan dilakukan sesempatnya. :)

Jam 11-1 siang, waktu Mama untuk menulis. Menulis sekenanya. Menulis sedapatnya. 

Mengapa Mama membuat kandang waktu menulis di jam ini? Jam 11, Mama harus berhenti dari mengerjakan pekerjaan domestik. Dan jam 1, adalah waktu sebelum anak-anak pulang sekolah. Jika anak-anak pulang lebih cepat, Mama akan mengurangi waktu untuk menulis ini.


Kandang Waktu Mama Kepiting


Jam 1-8 malam, waktu Mama akan tercurah untuk anak-anak, dan untuk papa. Ini waktu untuk menemani mereka bermain dan belajar. Jika diperlukan, waktunya akan Mama tambah.

Before Bedtime, Mama akan melanjutkan kegiatan menulis, membuat desain postingan untuk sosial media, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan mama sebagai Mom Blogger.

Ya, itulah jadwal yang telah Mama susun, setidaknya untuk hari Senin-Jumat, saat anak-anak dan papa punya kegiatan di luar rumah. Terkhusus untuk hari Kamis, Mama harus menyediakan waktu menjadi Makmin di WA Grup Kumpulan Emak Blogger, karena hari itu adalah jadwal drop link blog walking.

Untuk weekend atau Sabtu dan Minggu, jika tidak mudik dan tidak ada acara dengan komunitas menulis baik itu IIDN maupun KEB, maka Mama akan menggunakan waktu untuk having fun bersama keluarga, plus, menyetrika. Hehe..

Do'akan semoga Mama bisa mematuhi jadwal yang Mama buat sendiri ini yaaa... Selamat me-manage waktu untuk keluarga juga ya, Ma..


Read More

NHW #5, Learning How to Learn

Monday, March 4, 2019


Matrikulasi sudah memasuki minggu ke-5. Pelajarannya masih tentang menguatkan peran Mama di keluarga ini. Jika di NHW sebelumnya Mama harus menetapkan milestone, kali ini Mama harus membuat kurikulum. Warbyasak yaaa... Milestone kemarin saja belum benar, tugas selanjutnya malah lebih rumit lagi, hihi...


NHW #5 Matrikulasi IIP

Tapi memang, Mama harus membuat kurikulum untuk Mama sendiri terlebih dahulu, sebelum Mama membuatkan kurikulum untuk Mas Amay dan Dek Aga. Tujuannya biar "nggak jarkoni" mungkin yaa... Masa Mama menuntut anak-anaknya belajar, sedangkan Mamanya leha-leha? Nggak adil dong yaa... Bagaimana Mama mau menjadi madrosatul uula?

Lagipula, jika seorang ibu telah mampu membuat kurikulum yang baik untuk dirinya sendiri, insya Allah dia akan lebih mudah untuk membuat kurikulum bagi anak-anaknya. Ya, arahnya ke sana. Menguatkan peran anak-anak, dengan terlebih dulu menguatkan peran sang ibu. Sampai di sini, Mama semakin paham bahwa peran kita di dunia ini, sama dengan fitrah yang dilekatkan oleh Allah saat kita dilahirkan dahulu.  

Lanjut tentang kurikulum untuk Mama yaa..

Terus terang, semakin hari Mama semakin takjub dengan Institut Ibu Profesional. Kurikulum yang telah disusun untuk para mahasiswinya benar-benar te-o-pe. ❤ 

Mama kan sudah menetapkan satu jurusan ilmu yang ingin Mama pelajari. Tak hanya ingin Mama pelajari sih, tapi juga ingin Mama tekuni. Dan jurusan ilmu yang Mama pilih itu adalah tentang ilmu menulis. Mama beruntung sekali sudah mengenal IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) dan KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger) sejak 2013, sehingga Mama sedikit memiliki bayangan, pelajaran tentang menulis yang bagaimana yang Mama butuhkan.

Satu yang Mama sesalkan. Jika Mama sudah menetapkan milestone di NHW #4 dengan benar, seharusnya tugas kali ini menjadi lebih mudah. Tapi tugas yang lalu saja belum Mama perbaiki, jadi ya tugas kali ini mungkin belum bisa maksimal juga. Hiks.

Ya sudahlah, besok luangkan waktu untuk mendalami NHW #1 sampai NHW #4. Sekarang saatnya kita tetapkan tujuan. Hal-hal yang ingin Mama pelajari dari dunia menulis adalah;




1. Bagaimana Agar Tulisan Mama Disukai Pembaca?

Jika melihat blog Mama di www.kayusirih.com, berdasarkan Google Analytics, tulisan yang banyak dicari setahun belakangan adalah tulisan tentang ini; Wedangan Kebon nDeso, Colomadu, Karanganyar

Meski begitu, popular post selama ini masih diduduki tulisan ini; Mengelola Air Limbah Rumah Tangga, untuk Indonesia yang Lebih Sehat.

Tulisan tentang Wedangan belum pernah Mama share di media sosial manapun, selain WhatsApp. Jadi, itu murni hasil dari pencarian di google. Sedangkan tulisan kedua, Mama share satu kali saat tulisan itu baru saja Mama buat, untuk mengikuti sebuah lomba. Namun ternyata, keingintahuan masyarakat tentang pengelolaan air limbah, cukup besar juga. Ini membuat tulisan tentang pengelolaan air limbah itu menjadi popular post di kayusirih.com.


Jadi, jika tujuan Mama menulis di blog adalah untuk mendapatkan page view dari pembaca yang mencari di google, maka Mama harus banyak menulis tentang kuliner atau tentang hal-hal yang berkaitan dengan gaya hidup. Padahal, dua tulisan itu bukan tulisan yang Mama banget. Tulisan yang Mama sukai malah tentang "curhatan" seperti ini; Tentang Memaafkan; Forgive and You'll Be Free, juga ini; Heart Field; Usaha Saya Mengganti Kecewa dengan Rasa Bahagia.


Lalu apakah saya harus keluar dari diri karakter Mama sendiri?


Jawabannya, tidak. Menulis bagi Mama adalah sarana untuk aktualisasi diri dan terapi hati. Jika yang Mama kejar hanya hal-hal yang bersifat duniawi, lalu apa fungsi hidup ini?


PR Mama adalah, bagaimana agar "curhatan" Mama bisa banyak dicari?


2. Menaklukkan Lomba

Mama sedih lho, karena berkali-kali Mama ikut lomba, berkali-kali juga Mama gagal memenangkannya. Tapi alhamdulillah sedihnya cuma sebentar. Selanjutnya, mari kita belajar lagi. Belajar dari mana? Tentu saja dari tulisan para jawara. :)


3. Menulis Fiksi

Mama juga ingin belajar menulis fiksi. Kebetulan, satu antologi cerita anak yang di dalamnya ada karya Mama, insya Allah sebentar lagi terbit. Tapi, Mama punya mimpi untuk bisa memiliki buku anak sendiri. Semoga mimpi itu terwujud di tahun ini.


Dan sebenarnya, menurut kata teman-teman Mama yang sudah lebih dulu menjadi penulis profesional, yang perlu dilakukan seorang lenulis adalah membaca, memaca, membaca, lalu menulis, menulis, menulis. Membaca lagi, menulis lagi. Begitu seterusnya. 


Jadi, Mama juga harus memperbanyak bacaan. Mama juga harus pandai membaca sekitar, menangkap dan mempertajam ide dari apa yang terlintas di pandangan.


4. Mengoptimalkan Adsense

Ini sih, hal terakhir yang ingin Mama pelajari, hihi.. Nanti jika Mama sudah berhasil melakukan 3 hal di atas, Mama baru akan memikirkan poin ke-4 ini.

Mengoptimalkan adsense adalah bagian dari menguasai ilmu tentang SEO (Search Engine Optimization). Ini cukup rumit, dan akan jadi lebih mudah jika poin nomor satu sudah benar-benar Mama kuasai.


Huwaaah, kalau sudah dijabarkan begini, ternyata PR Mama banyak sekali. Hihi... Tapi Mama harus semangat, karena menuntut ilmu juga bagian dari ibadah kan? 




Read More

NHW 4, Mendidik Anak dengan Kekuatan Fitrah

Monday, February 25, 2019

Tak terasa, ternyata sudah sebulan lebih Mama berada di kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional. Nice Homework atau kami menyebutnya NHW, sudah memasuki minggu ke 4. Semakin ke sini materinya semakin berat. Mama hampir saja menyerah, huhu... Tapi Mama akan mencoba bertahan. Kelas yang penuh manfaat ini terlalu sayang untuk begitu saja ditinggalkan. Eman-eman, ya kan?

Di NHW 1, setelah belajar tentang adab menuntut ilmu, Mama menetapkan satu jurusan ilmu yang ingin Mama pelajari, yaitu tentang sabar. Namun sepertinya, Mama harus berubah haluan, supaya ilmu ini lebih terukur. Ilmu sabar memang sangat penting, tetapi siapa yang dapat memberi ukuran secara tepat? Dan akhirnya, Mama memutuskan ingin belajar menulis saja. Hehe..

Seperti kata Eyang Pramoedya Ananta Toer, "Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."

Kutipan dari Pramoedya Ananta Toer

Mama berharap, dengan menulis hal-hal yang bermanfaat seperti ini di media blog ini, akan ada banyak orang yang mendapatkan manfaat dari sini. Siapa tahu, dengan rahmat dari Allah ta'ala, tulisan yang Mama buat bisa mengalirkan pahala jariyah, yang bisa menambah catatan amal Mama saat Mama tak ada nantinya.

Berarti di NHW 2, Mama juga harus mengubah check list harian yaa.. Hehe.. Untuk menjadi emak blogger yang juga ibu profesional kebanggaan keluarga, Mama harus rajin menulis. Mama harus menuliskan hal-hal yang bermanfaat, dengan referensi yang tepat, jadi bukan hanya rajin menuliskan curhat. Ups...

Mama jadi ingat Tante Ran dan Tante Widut, tante-tante di #BloggerKAH yang mencemplungkan Mama di IIP ini. Mereka rajin-rajin banget ngeblognya. Mereka juga selalu menyuntikkan semangat saat Mama malas-malasan. Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah mengelilingi hamba dengan orang-orang baik. ☺


Milestone Mama Sebagai Blogger

Jika dirunut kembali, bagaimana Mama bisa menjadi seorang Emak Blogger, semuanya tak lepas dari jasa Papa.

2010, Papa membuatkan blog kayusirih, agar Mama bisa mengisi waktu luang pasca resign dari mengajar. Tapi karena Mama tidak pede dengan tulisan Mama sendiri, blog itu kosong melompong sampai beberapa tahun.

Alhamdulillah, keinginan untuk menulis muncul kembali 3 tahun setelahnya.

2013, Mama bergabung di beberapa komunitas menulis di facebook. Mama mencoba menulis apapun. Kalau ada ide menulis fiksi, Mama menulis fiksi. Mama juga sesekali menulis di blog kayusirih.

Di tahun itu juga, Mama bergabung dengan Komunitas Emak Blogger atau KEB. Dari berkomunitas, Mama "mencuri-curi" ilmu dari teman-teman Mama.

2018, ketika KEB Chapter Solo diresmikan, Mama diminta membantu Tante Ety Abdoel yang menjabat sebagai ketuanya. Mama diminta untuk memegang kendali di instagram @emakbloggersolo. Menjadi Makmin instagram, banyak juga ilmu yang Mama dapatkan. Utamanya dari tante Ranny Afandi yang telah mengajari Mama banyak hal.

Mama bersama Makmin KEB Solo lainnya.

Sampai kini, jelang 6 tahun belajar menulis, Mama sudah merasa jauh lebih baik dari Mama yang dulu. Yang gaptek, yang kurang percaya diri, yang sering merasa inferior. Jika dulu Mama takut berbicara di depan orang banyak, sedikit demi sedikit Mama mulai berani mengungkapkan apa yang Mama pikirkan. Mama mulai bisa mengontrol diri, menempatkan rasa malu pada tempatnya.

Alhamdulillah...

Tetapi Mama tak boleh cepat puas. Masih banyak yang harus Mama pelajari, agar Mama bisa menjadi ibu sekaligus blogger yang profesional.

Seperti ilmu yang Mama dapatkan di KEB Intimate bulan Januari lalu, sebagai seorang perempuan, ada lima peran yang tak boleh dilupakan. Peran di sini mungkin sama dengan fitrah.

1. Sebagai istri
2. Sebagai ibu
3. Sebagai diri sendiri
4. Sebagai anak
5. Sebagai makhluk sosial

Nah, sebagai blogger, tanggung jawab Mama ada dua. Sebagai diri sendiri, dan sebagai makhluk sosial. Untuk itu, Mama harus tetap belajar, agar konten yang Mama buat bisa disenangi dan berguna bagi banyak orang.

Mama harus kembali mencari jati diri, agar tulisan Mama bisa dengan mudah dikenali. Nah, ini dia tantangannya. Bagaimana agar orang-orang bisa tahu jika ini tulisan Mama Arinta, meski di situ tak tertulis nama Mama? Susah sih kelihatannya, tapi tetap harus dicoba. Ya ngga?

Masih jauh langkah yang harus Mama tempuh di IIP. Ini baru Matrikulasi. Kelak akan ada Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif, dan Bunda Shaleha. Terus terang, Mama belum ada ide apapun. Boleh ngga sih, mikirnya nanti saja? Hihi... *langsung dilirik sama Mbak Fasil. Tetapi jika melihat pada diri Mama sendiri, Mama merasa menjadi seseorang yang lebih bahagia dan bermanfaat setelah Mama melakukan apa yang Mama sukai. Menulis adalah hobi, meski Mama masih belum menjadi penulis sejati.

Untuk itu, pada Mas Amay dan Dek Aga, Mama akan melakukan hal yang sama. Mama akan dampingi anak-anak Mama untuk menemukan hal yang membuat mereka bahagia ketika mereka melakukannya. Meski ternyata menentukan pilihan dan membuat keputusan adalah hal yang tak mudah. Akan tetapi, andaipun pilihan kita belum tepat, semoga apa yang kita jalani masih sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia. Aamiin YRA. 
Read More