Showing posts with label parenting. Show all posts
Showing posts with label parenting. Show all posts

Egg Chicken Roll, Menu a la HokBen untuk Bekal Sekolah

Saturday, December 3, 2022

 

"Mas Amay pengen bawa bekal, Ma. Soalnya Mas Amay bosen jajan di kantin." Pinta Si Sulung beberapa waktu lalu. Sebenarnya, di sekolah sudah disediakan catering, tetapi anak ini memang lagi "semega", kalau kata orang Jawa. Artinya, nafsu makannya sedang sangat baik, sampai-sampai diibaratkan bisa menghabiskan sega (nasi, pen). Mama sendiri tidak bisa memastikan penyebabnya. Namun memang, meningkatnya nafsu makan ini terjadi setelah anak-anak mengonsumsi suplemen Interlac + Vit D3 yang salah satu manfaatnya adalah untuk menjaga kesehatan saluran cerna.

Kembali ke bekal makan tadi, Mama langsung mencari ide di Instagram. Ada beberapa resep yang Mama simpan, tapi semuanya belum Mama eksekusi. Wkwkwk... Kenapa? Karena Mama langsung keidean untuk membuat Egg Chicken Roll. 

Mama pernah membuat Egg Chicken Roll ini sebelumnya dan semua menyukainya. Menu ini juga praktis karena stoknya bisa disimpan di freezer, dan kita bisa langsung menggorengnya untuk bekal. Oiya, Egg Chicken Roll juga bisa jadi salah satu ide stok menu untuk sahur, Ma...

Menu bekal sekolah yang simpel, Egg Chicken Roll

 

Cara membuat Egg Chicken Roll ini juga mudah. Saya membuatnya dengan modifikasi resep dari Chef Devina.

Bahan yang diperlukan:

  1. Paha ayam fillet (saya pakai 500gr)
  2. 5 siung bawang putih
  3. Bawang merah goreng secukupnya
  4. 2 sdm tepung maizena 
  5. 1 butir putih telur
  6. 2 sdm minyak goreng (di resep Chef Devina memakai minyak wijen)
  7. 1,5 sdt garam
  8. 1,5 sdm gula pasir
  9. Kaldu bubuk sesuai selera
  10. 1/2 sdt merica
  11. 1-2 lembar roti tawar (opsional)

    Catatan:
    1. Di resep Chef Devina ada tambahan bubuk pala atau bubuk ngohiong, tetapi karena saya tidak punya, jadi saya skip.
    2. Saat menggiling adonan, tambahkan es batu agar adonan tidak panas.

Bahan kulit risoles:

  1. 2 butir telur (bisa ditambahkan kuning telur sisa isian ayam tadi)
  2. 80gr tepung terigu (saya pakai sekitar 5 sdm)
  3. 40gr tepung maizena (saya pakai sekitar 2,5 sdm)
  4. 250 ml air
  5. 2 sdm minyak goreng
  6. 3/4 sdt garam
  7. 1/2 sdt kaldu bubuk

Langkah membuat Egg Chicken Roll:

* Buat kulitnya terlebih dahulu:

  1. Campurkan semua bahan (tepung terigu, maizena, telur, garam, kaldu bubuk, air, dan minyak goreng), aduk rata. Gunakan whisk agar adonan tidak menggumpal. 
  2. Panaskan wajan dengan api kecil, tuang adonan kulit sambil diratakan, masak hingga matang lalu sisihkan.

* Buat isiannya:

  1. Giling ayam bersama dengan garam, kaldu bubuk, dan gula pasir
  2. Masukkan bawang putih (saya haluskan dengan parutan keju), bawang goreng, merica, minyak goreng, dan es batu
  3. Masukkan putih telur dan maizena, haluskan hingga tercampur rata
  4. Kalau Mama suka memakai roti tawar, potong-potong roti tawar, campurkan dengan air, lalu masukkan ke dalam blender
  5. Isian Egg Chicken Roll sudah jadi. Mama bisa goreng sedikit adonan untuk koreksi rasa.

Egg Chicken Roll, menu praktis untuk bekal anak sekolah

* Buat Gulungan Egg Chicken Roll

  1. Siapkan kulit risoles yang tadi kita buat, isi dengan adonan ayam, lipat
  2. Jangan lupa, oles ujung kulit dengan larutan tepung agar lipatan tidak mudah terbuka
  3. Kukus Egg Chicken Roll selama 20 menit, tiriskan, lalu potong sesuai selera

* Panaskan minyak, goreng Egg Chicken Roll hingga kuning keemasan

* Egg Chicken Roll sudah siap dinikmati

Lauk frozen homemade untuk bekal sekolah anak SD


Kalau Mama ingin menyetok Egg Chicken Roll, bungkus dengan plastik gulungan Egg Chicken Roll yang belum dikukus. Simpan ke dalam wadah, lalu masukkan ke dalam freezer. Saat ingin menggoreng, cukup iris-iris saja tanpa perlu mengukusnya. 

Tujuan dari mengukus di sini tadi adalah supaya adonan lebih padat dan mudah untuk diiris. Ketika disimpan di freezer, adonan akan membeku, sehingga mudah untuk diiris.

Nah, Ma, itulah resep membuat Egg Chicken Roll a la HokBen, yang bisa dijadikan ide menu untuk bekal sekolah anak-anak. Egg Chicken Roll juga bisa dijadikan ide menu untuk stok saat sahur, supaya anak-anak lebih semangat dalam berpuasa. Happy Cooking, Ma! 😊

 

 

Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Rangkuman Materi Al Islam Kelas 2 Semester 1 SD Muhammadiyah

Saturday, November 26, 2022

 

Pekan ini Penilaian Akhir Semester (PAS) di sekolah Mas Amay dan Adek Aga sudah dimulai. Seperti biasa, ketika masa ujian datang, Mama Kepiting sebisa mungkin akan mendampingi mereka belajar. Bagaimana cara Mama mengajari anak SD belajar di rumah? Biasanya, Mama akan membuat rangkuman materi tiap bab, kemudian menjelaskan materi tersebut, lalu memberi tebak-tebakan atau latihan soal. 

Karena Mas Amay sudah kelas 6 SD dan sudah bisa belajar sendiri, jadi Mama hanya mengawasi saja. Sesekali Mama turun tangan jika Mas Amay menemukan kesulitan. Alhamdulillah, jadi Mama bisa fokus mengajari Adek Aga yang masih kelas 2 SD.

Kebetulan, anak-anak sekolah di sekolah Muhammadiyah, jadi pelajaran agamanya ada beberapa macam. Dari Hijaiyah, Al Islam, Bahasa Arab, juga Kemuhammadiyahan.

Nah, hari ini Mama Kepiting akan menuliskan rangkuman yang sudah Mama buat. Materi kali ini adalah materi Al Islam semester 1 untuk kelas 2 SD.

BAB I. Huruf Hijaiyah Bersambung


Sejujurnya, Mama Kepiting sempat heran mengapa ada materi ini di Al Islam. Bukankah sudah ada pelajaran Hijaiyah? Hehe... Tapi ngga apa-apa, sesuatu kalau semakin sering dibahas di mana-mana, insya Allah akan semakin diingat. Ya kan? 

Nah, di semester 1 ini, anak-anak akan belajar tentang kaidah menyambung huruf hijaiyah. Ternyata, tidak semua huruf hijaiyah bisa disambung dengan huruf sesudahnya lho... Ada 6 huruf yang tidak bisa disambung dengan huruf sesudahnya, yaitu: alif, dal, dzal, ro, zay, dan wawu.

Mengapa keenam huruf di atas tidak bisa disambung dengan huruf setelahnya? Karena jika dipaksa untuk disambung, huruf-huruf tersebut tidak akan bisa dibaca, atau bahkan berubah menjadi huruf lain. Huruf alif misalnya, jika penulisannya disambung dengan huruf sesudahnya, ia akan berumah menjadi lam.

Ngga percaya? Coba deh teman-teman coba tulis dan dibuktikan sendiri. :)

6 huruf hijaiyah yang tidak bisa disambung dengan huruf sesudahnya

BAB II. Asmaul Husna (As-Salam, Al-Mukmin, Al-Muhaimin, dan Al-'Aziz)


Asmaul Husna adalah nama-nama yang baik bagi Allah SWT. Jumlahnya ada 99, dan kita bisa menemukannya dalam Al-Qur'an.

Jika di kelas 1 dulu kita mempelajari nama-nama Allah seperti Ar-Rahman, Ar-Rahiim, Al-Malik dan Al-Quddus, di kelas 2 ini kita akan mendalami makna empat asmaul husna berikutnya, yakni As-Salam, Al-Mukmin, Al-Muhaimin, dan Al 'Aziz.  

1. As-Salam

As-Salam artinya Yang Maha Sejahtera atau Yang Maha Selamat. Saat kita mengucapkan salam pada orang lain, itu artinya kita sedang mendoakan keselamatan baginya. Untuk itu, saat bertemu teman atau saudara, sebaiknya kita saling mengucapkan salam.

Asmaul Husna As-Salam

2. Al-Mukmin

Al-Mukmin artinya Yang Maha Memberi Keamanan. Saat kita merasa takut, ingatlah selalu bahwa Allah akan menjaga kita dan memberi kita rasa aman. Nah, kita pun harus meneladani Allah SWT sebagai Al-Mukmin, yakni dengan senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan tingkah laku, agar tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Jangan sampai, orang lain merasa tidak aman apabila bertemu dengan kita. :)

Allah Al-Mukmin

3. Al-Muhaimin

Al-Muhaimin artinya Yang Maha Memelihara. Allah menjaga, melindungi, dan memelihara seluruh alam semesta ini. Untuk itu, kita juga harus menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar kita.

Al-Muhaimin artinya

4. Al-'Aziz

Al-'Aziz artinya Yang Maha Perkasa. Bukti dari kemahaperkasaannya Allah adalah, Allah mampu menciptakan dan menguasai seluruh alam semesta ini tanpa bantuan dari siapapun. Maka, kita tidak boleh sombong dengan kekuatan kita, karena apa yang kita miliki tidak aada apa-apanya dibanding dengan milik Allah SWT.

Al-'Aziz artinya

BAB III. Akhlak Terpuji


Akhlak disebut juga perilaku. Akhlak terpuji berarti perilaku yang baik. Anak yang memiliki akhlak terpuji, biasanya tahu adab. Apa itu adab? Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun, yang didasarkan pada aturan agama. 

Adab sangat penting dalam kehidupan manusia. Ini untuk menjaga kita dari kemungkinan melakukan perbuatan tercela. Nah, kali ini kita akan belajar tentang adab makan & minum, adab tidur, dan adab bertetangga. 

1. Adab Makan dan Minum

Makan dan minum adalah kebutuhan kita sehari-hari. Namun, makan dan minum harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar agar kita tetap sehat dan disayang oleh Allah SWT. Semua aturan makan dan minum itu disebut juga adab. Nah, berikut ini adalah adab makan dan minum yang harus kita ketahui dan kita amalkan:

  1. Berdo'a sebelum dan sesudah makan dan minum
  2. Menggunakan tangan kanan saat makan atau minum
  3. Makan dan minum sambil duduk
  4. Makan dan minum secukupnya
  5. Tidak mencela makanan atau minuman

adab makan dan minum

2. Adab Tidur 

Tidur adalah salah satu kebutuhan manusia. Tidur pun harus dilakukan sesuai dengan adab, agar tidak hanya menghilangkan rasa lelah, tapi juga mendatangkan pahala. Adab tidur yang mesti kita terapkan antara lain:

  1. Berwudhu / mencuci tangan dan kaki
  2. Membersihkan tempat tidur
  3. Berbaring menghadap ke sebelah kanan
  4. Berdo'a sebelum tidur
  5. Berdo'a saat bangun tidur

Adab tidur

3. Adab Terhadap Tetangga

Tetangga adalah orang yang tempat tinggalnya dekat dengan kita. Islam mengajarkan kita untuk berbuat baik pada tetangga. Berikut ini adalah adab terhadap tetangga yang harus kita amalkan agar tercipta kehidupan bertetangga yang rukun dan damai:

  1. Mengucap salam ketika bertemu
  2. Membantu tetangga yang kesulitan
  3. Menjenguk tetangga yang sakit
  4. Tidak menceritakan kejelekan tetangga
  5. Saling berbagi makanan

Adab bertetangga


BAB V. Keteladanan Nabi Hud a.s., Nabi Sholeh a.s., dan Nabi Ibrahim a.s.

Kita langsung lompat ke bab 5 ya, karena bab 4 membahas tentang tata cara shalat. Bukannya tidak penting, tetapi bacaan shalat antara satu dengan yang lain terkadang berbeda. :)

Jadi, kita langsung ke teladan para nabi, ya...

1. Nabi Hud a.s.

Nabi Hud a.s. adalah putra dari Shalikh bin Arfakhasayadz. Nabi Hud a.s. masih keturunan dari Nabi Nuh a.s. 

Nabi Hud a.s. diutus untuk berdakwah di kaum 'Aad. Kaum 'Aad memiliki keahlian membuat bangunan yang tinggi. Mereka menyembah berhala. Mereka tidak mau beriman kepada Allah SWT. Akibatnya, Allah membinasakan mereka dengan mengirimkan angin yang sangat kencang selama berhari-hari.

tentang Nabi Hud a.s.

2. Nabi Sholeh a.s.

Nabi Sholeh a.s. adalah putra dari 'Ubaid bin Masih. Sama seperti Nabi Hud a.s., Nabi Sholeh a.s. juga masih keturunan dari Nabi Nuh a.s.

Nabi Sholeh a.s. diutus untuk berdakwah di kaum Tsamud. Nabi Sholeh a.s. diberi mukjizat oleh Allah SWT dapat mengeluarkan unta betina dari sebuah batu. Meski sudah melihat mukjizat tersebut, Kaum Tsamud tetap durhakan kepada Allah SWT. Mereka tetap menyembah pada berhala. Akhirnya, Allah SWT menghukum mereka dengan mengeluarkan suara yang sangat keras dari langit ditambah dengan gempa bumi yang dahsyat. Kaum Tsamud pun hancur dan binasa.

tentang Nabi Sholeh a.s.

3. Nabi Ibrahim a.s.

Nabi Ibrahim tinggal di Huran. Masyarakat Huran menyembah bintang-bintang dan berhala. Ayah Nabi Ibrahim bernama Azar. Beliau juga menyembah bintang-bintang dan berhala dan menolak ajakan Nabi Ibrahim untuk menyembah Allah SWT.

Suatu hari Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala itu, hingga membuat masyarakat Huran marah. Mereka pun ingin membakar Nabi Ibrahim a.s., tetapi Allah memberikan mukjizatnya dengan menjadikan api tersebut terasa dingin.

tentang Nabi Ibrahim a.s.

~

Itulah rangkuman materi Al Islam kelas 2 semester 1 SD Muhammadiyah. Di sini kita telah belajar tentang huruf hijaiyah yang tidak bisa disambung dengan huruf setelahnya, makna asmaul husna, adab makan dan minum, adab tidur, adab bertetangga, juga perjuangan dakwah Nabi Hud a.s., dakwah dan mukjizat Nabi Sholeh a.s., serta perjuangan dakwah dan mukjizat Nabi Ibrahim a.s. Semoga rangkuman ini bermanfaat untuk Mama dan anak-anak, yaa...



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Membuat Es Lumut Bersama Anak (Bonus Ide-ide Wirausaha)

Saturday, November 5, 2022

 

Memasak adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk menguatkan bonding antara ibu dengan anak yang sudah beranjak gede. Kegiatan ini juga bisa jadi sarana untuk anak belajar bagaimana bekerja sama dalam tim. Anak jadi belajar untuk mendengarkan dan didengarkan, juga memimpin dan dipimpin.

Dulu saat pandemi dan semua anak #BelajarDariRumah saya sering memasak bersama anak-anak. Biasanya kami membuat cemilan bersama-sama, untuk dinikmati bersama-sama pula. Kegiatan ini sangat seru, meski agak riweuh. Hihi...

Baca: School From Home, Mas Amay Membuat Pisang Geprek

Kegiatan yang bisa menguatkan bonding dengan anak
 

Nah, sekarang, setelah anak-anak kembali sekolah offline, kegiatan ini jadi semakin jarang kami lakukan, karena anak-anak sekolah sampai sore. Di hari Sabtu / Minggu, anak-anak masih ada kegiatan ekstrakurikuler, dan terkadang kami ada acara ke luar kota juga. 

Namun, alhamdulillah, hari ini kami bisa memasak bersama lagi. Masaknya yang simpel, tapi anak-anak suka. Mumpung hari ini cukup panas, jadi kami memutuskan untuk membuat Es Lumut.

Bahan-bahan untuk Membuat Es Lumut

Bahannya gampang, bisa didapatkan di minimarket terdekat. Apa saja bahan untuk membuat es lumut?

  • Nutrijel kelapa
  • Susu evaporasi
  • SKM
  • Pasta strawberry
  • Satu lagi, es batu

bahan membuat es lumut

Langkah membuat Es Lumut:

1. Masak nutrijel, beri 1 sdt pasta strawberry

2. Setelah mendidih, masukkan jelly ke dalam es batu sambil terus diaduk. Ini akan membuat jelly hancur, dan saat diminum terasa seperti "lumut". 

3. Tambahkan susu evaporasi dan SKM sesuai selera

4. Selesai

Catatan: Video pembuatannya sudah saya unggah di isntagram @arinta.adiningtyas

Ide jualan di bulan ramadhan

Es lumut ini bisa jadi ide untuk kegiatan wirausaha anak-anak di sekolah atau jadi ide jualan untuk bulan ramadhan nanti. 

Oiya, omong-omong soal kegiatan wirausaha (market day), beberapa hari lalu Mas Amay dan teman-teman sekelasnya juga belajar berwirausaha. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok itu diminta untuk membuat satu produk makanan, lalu menjualnya di sekolah. 

Nah, kelompok Mas Amay yang beranggotakan 5 orang anak, membuat martabak mini. Dengan modal sekitar 18 ribu rupiah, martabak mini yang dihasilkan adalah sebanyak 22 pcs. Martabak mini itu dijual Rp 1.500,- per piece. Jadi, keuntungan yang didapat adalah Rp 15.000,00. Dari keuntungan ini, anak-anak mendapatkan masing-masing sebesar Rp 3.000,00. Alhamdulillah.

kegiatan wirausaha di sekolah

Kegiatan wirausaha ini sangat seru, dan kata Bu Guru, alhamdulillah semuda dagangan habis dalam waktu kurang dari 30 menit. 😍

Nah, selain membuat es lumut dan martabak mini, ada beberapa makanan lain yang bisa dijual saat kegiatan wirausaha anak-anak di sekolah. Misalnya, risoles mayones, pisang karamel, brownies, jus, dll.

Ide makanan untuk dijual saat kegiatan wirausaha

Ide jualan untuk anak-anak


Nah, Ma, kalau ada waktu luang, kita masak dengan anak-anak, yuk! Dengan kegiatan sederhana ini, kita bisa menguatkan bonding dengan anak, anak bisa belajar bekerja sama, dan selain itu kita bisa jadikan masakan itu sebagai ide berwirausaha. Selamat memasak bareng anak! 😊



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Langkah Membangun Bonding dengan Anak yang Sudah Beranjak Gede

Saturday, October 29, 2022

 

Mama yang memiliki ABG, tentu paham ya, betapa mendampingi anak yang sudah beranjak gede itu cukup challenging. Di usia ini, anak-anak sudah mulai merasa ngga terlalu membutuhkan orang tua. Sulung saya, jangankan diajak berfoto bersama, diajak jalan-jalan aja mager (males gerak, pen). Maunya menyendiri.

Nah, minggu lalu, kami sekeluarga pergi ke Jogja karena ada beberapa acara keluarga. Kami menginap di rumah salah satu sahabat di Jogja bagian atas. Karena momennya sangat santai, maka hari itu saya jadikan sebagai waktu untuk memperkuat bonding dengan anak-anak, terutama dengan si sulung yang sudah menginjak usia pra remaja. 

Meski sebenarnya membangun bonding dengan anak tidak perlu menunggu waktu liburan, tetapi karena di hari biasa kami berkutat dengan kesibukan masing-masing, jadi waktu liburan ini menjadi sangat berharga. Kami berjalan-jalan santai ke sungai, bahkan sempat membuat reels instagram bersama. Seru!


Video reels di atas juga bisa dilihat di instagram saya: @arinta.adiningtyas

Pertanyaannya, kok tumben Mas Amay mau ya? Hihi, iya, alhamdulillah banget dia mau. Mungkin karena lagu dan filternya juga lucu. Oiya, untuk filter ini, saya persilakan Mas Amay untuk memilih sendiri yang mana yang dia suka. Mama ngikut aja, walaupun agak geli juga. Haha...

Oiya, sebenarnya bonding antara orang tua dengan anak itu, maksudnya bagaimana sih?

Bonding adalah sebuah ikatan emosional yang terjadi antara orang tua dengan anak. Hubungan ini tercipta melalui pola pengasuhan yang membangun ikatan antara satu dengan yang lain.

Manfaat bonding ini banyak sekali loh. Bahkan, tidak hanya mempengaruhi kecerdasan anak, tapi bonding dengan anak juga berpengaruh pada kesehatan fisik dan mentalnya. Beberapa manfaat bonding dengan anak, antara lain:

1. Bisa meningkatkan imunitas

Bagaimana ikatan emosional antara orang tua dengan anak bisa meningkatkan imunitas? Jadi, menurut penelitian, anak yang merasa secure (merasa aman) terhadap orang tuanya, cenderung memiliki kesehatan mental yang baik. 

Bagaimana kondisi dan suasana hati kita, ternyata berpengaruh pada fisiologi sistem saraf dan kekebalan. Tidak perlu jauh-jauh, kita lihat saja pada diri sendiri. Saat mengalami stres, biasanya imunitas menurun, penyakit juga akan lebih mudah datang. 

Nah, pada anak-anak pun begitu. Anak yang merasa aman, nyaman di dekat orang tuanya, mendapat dukungan penuh dari keluarga, merasa diakui keberadaannya, akan tumbuh dengan perasaan bahagia, dan dengan begitu, kondisi imun tubuhnya pun akan lebih baik. 

2. Anak akan lebih pandai mengatasi masalah

Anak yang secure terhadap orang tuanya, akan memiliki kepercayaan diri karena paham value dirinya. Hal ini juga akan mempengaruhi kecakapannya dalam memecahkan masalah yang ia temui di kemudian hari. Anak akan memiliki emosi positif yang lebih sering, menjadi lebih kreatif, mampu berinisiatif, lebih peka dengan lingkungannya, bahkan memiliki kemampuan untuk memimpin.

3. Anak akan lebih berprestasi

Bonding dengan orang tua, ternyata juga dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah. Anak yang dekat dengan orang tuanya biasanya lebih memiliki motivasi untuk belajar. Apalagi jika orang tua, terutama ibu, berperan dalam menjadi sekolah pertama untuk anak. 

Lebih dari itu, bonding yang kuat antara orang tua dan anak akan membentuk keluarga yang saling menyayangi. Tentu ini menjadi impian kita bersama ya, Ma... Untuk itu, mari kita mulai kuatkan perasaan itu, Ma... 

Langkah-Langkah yang Bisa Dilakukan untuk Membangun Bonding dengan Anak


Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk memperkuat bonding antara orang tua dengan anak, (di artikel ini, saya akan mengkhususkan untuk anak yang sudah beranjak remaja) di antaranya;

1. Sering-sering Mengobrol

Meskipun di usia ini anak-anak lebih suka menghabiskan waktunya dengan menyendiri, tapi sebenarnya mereka tetap ingin tahu apakah orang tuanya peduli dengan kehidupan mereka atau tidak. Karenanya, percakapan yang intens bersama anak remaja tetap perlu dilakukan sesering mungkin, agar anak tahu bahwa kehidupan mereka tetap berarti untuk kita.

2. Belajar untuk Mendengarkan

Bagaimana respon kita saat mengobrol dengan anak-anak, akan mempengaruhi antusiasme mereka saat bercerita. Meski faktanya cukup sulit mengendalikan diri untuk tidak berkomentar atau untuk tidak membenarkan pendapat mereka (yang menurut kita mungkin kurang tepat), tapi ingat, saat ini yang lebih penting adalah bagaimana mempertahankan komunikasi yang terbuka. Daripada besok-besok anak kita kapok dan ngga mau cerita lagi, ya kan, Ma?

3. Habiskan Waktu Bersama

Semakin anak-anak bertambah usia, semakin berkurang waktu untuk bersama mereka. Mereka sudah semakin sibuk dengan tugas-tugasnya, bahkan kadang, di rumah cuma untuk istirahat dan tidur saja. Jadi, saat semua memiliki waktu luang, maksimalkan kesempatan itu. Ngga harus dengan jalan-jalan atau liburan, bahkan bersih-bersih rumah atau menonton film bersama di rumah pun bisa memperkuat ikatan. 

Baca juga: Jenis Olahraga yang Bisa Menguatkan Bonding Antara Orang Tua dan Anak

4. Terlibat dalam Studi, Aktivitas, dan Pertemanan Anak-anak

Walau antar jemput sekolah itu kadang melelahkan, apalagi jika sekolahnya jauh dan mesti menembus kemacetan, tapi demi anak, lakukanlah. Kadang, di perjalanan itu kita justru punya aneka macam bahan obrolan. 

Saya termasuk salah satu Mama yang senang mendampingi anak-anak berkegiatan di sekolah. Saat ekstra kurikuler misalnya, terkadang saya menunggui mereka.

Langkah Membangun Bonding dengan Anak Remaja

Dengan teman baik anak-anak pun saya berusaha mengenal. Oiya, si sulung punya 4 orang sahabat laki-laki. Mas Amay dan keempat sahabatnya kami namai Pandawa Lima. Saking dekatnya, bahkan saat khitan pun mereka khitan di tempat yang sama, dengan waktu yang berdekatan (bisa dibilang berbarengan, hanya dibedakan saja jadwalnya karena pandemi tidak memperkenankan kita bergerombol).

Baca cerita khitannya di sini: Pengalaman Mengkhitankan Mas Amay di Solo Khitan Center

5. Percayai Anak, Hargai Pendapatnya, dan Jadi Support System Untuknya

Agar sebuah hubungan bisa terjalin dengan baik, masing-masing pihak harus saling mempercayai satu sama lain. Rasa saling percaya tak hanya diperlukan dalam hubungan suami istri, antara orang tua dengan anak pun begitu. 

Memang butuh waktu ya, Ma... Saya pun masih belajar untuk ini, karena kadang di hati saya masih tebersit keraguan terhadapnya. Entah itu tentang kemampuannya, entah itu tentang pilihan-pilihannya. Namun, saya sadar, saya harus melatih tumbuhnya rasa percaya itu. Karena ketika anak merasa dipercaya, anak akan merasa dihargai, kepercayaandirinya akan tumbuh, dan ia pun akan belajar bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. 

~

Saat anak-anak kecil, waktu terasa lambat berjalan. Namun, seiring dengan bertambahnya usia mereka, seiring dengan tumbuhnya kemandirian di diri mereka, kita akan menyadari betapa waktu seolah berlari. Untuk itu, Ma, selagi ada banyak waktu untuk bersama, habiskan dengan saling menyayangi, karena waktu tak akan pernah kembali.


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Perubahan dan Perkembangan pada Anak Laki-laki 11 Tahun

Sunday, October 16, 2022

 

 "Mas Amay kan bukan bocil lagi."

Protes si sulung, waktu saya memintanya memakai minyak telon selepas mandi. 

Apa? Minyak telon?

Hehe, iyaa... Saya suka dengan wangi minyak telon, jadi saya sering mengoleskannya ke tubuh anak-anak setiap mereka selesai mandi. 

Tapi Mas Amay sudah 11 tahun. Masa masih pakai minyak telon? 

Itulah... Di mata saya, dia masih bayi kecil yang belum ngerti apa-apa. Padahal, di usianya yang sudah masuk kategori "teenager" ini, tentu sudah banyak sekali perubahan dan perkembangan yang menunjukkan bahwa ia bukan anak kecil lagi.

Milestone Anak Laki-laki 11 Tahun


Milestone anak laki-laki 11 tahun

Anak laki-laki dan anak perempuan, memiliki tahapan perkembangan yang berbeda. Mengutip theasianparent.com, di dalam rahim, anak laki-laki mengalami lonjakan testosteron yang dapat membuat otak mereka berkembang secara berbeda dari otak anak perempuan. Nah, menurut penelitian, semakin tinggi hormon testosteron yang terekspos pada bayi laki-laki di kandungan, maka semakin besar pula kemungkinan mereka untuk menjadi anak yang impulsif. Faktor inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab perbedaan perkembangan pada anak laki-laki dan perempuan.

Perbedaan perkembangan ini terjadi sejak bayi, bahkan sampai anak menginjak masa remaja. Maka tak heran jika anak perempuan biasanya akan mengalami pubertas lebih awal dibandingkan anak laki-laki.

Namun, kali ini kita tidak akan membahas tentang perbedaan-perbedaan itu, Ma... Di artikel ini kita akan fokus pada perkembangan anak laki-laki di usia 11 tahun. So, inilah yang terjadi dan apa saja yang bisa kita lakukan untuk bisa membantu mereka tetap pada jalurnya.

Perkembangan Bahasa

Di usia 11 tahun kebanyakan anak laki-laki akan mengalami penambahan kosakata yang cukup banyak. Nah, di sini kita mesti hati-hati, Ma, karena lingkungan pergaulan juga akan mempengaruhi gaya bahasa mereka. 

Beberapa waktu lalu, ada masalah yang terjadi di kelas anak saya. Ada anak-anak yang senang berbicara kotor, bahkan beberapa di antaranya adalah anak perempuan. Kata-kata kotor ini terdengar oleh salah satu orang tua murid, dan singkat cerita terjadilah perdebatan panjang antara orang tua murid ini dengan orang tua si anak yang berbicara kotor itu.

Bagi beliau (orang tua yang anaknya sering berbicara kotor), ketika anak bicara kotor dengan temannya, artinya dia sudah menemukan circle pertemanan yang nyaman. 

Tepok jidat!

Tentu saja, sebagai ibu, saya tidak ingin anak saya ikut-ikutan dan menormalisasi kata-kata kotor dan kasar seperti itu. Saya dan suami pun berdiskusi dengan Mas Amay soal ini, dan alhamdulillah kami sepaham bahwa berkata kasar itu tidak baik. Suami juga menyampaikan bahwa kita dinilai dari perkataan dan perbuatan yang kita lakukan. Sehingga, penting bagi kita untuk menjaga ucapan dan perilaku.

Kebiasaan berkata kotor, bisa saja terbawa hingga dewasa. Saya tidak ingin itu terjadi. Lagipula, dalam Islam pun kita diperintahkan untuk berkata yang baik-baik, atau diam. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda,

"Bukanlah seorang Mukmin itu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang melaknat, bukan pula seorang yang keji dan kotor ucapannya." (HR. Bukhari)


Baca : Ketika Anak Berbicara Kasar


Hadits larangan berkata kotor


Perkembangan Fisik

Usia 11 tahun. Pubertas atau masa akil balig sudah dekat, atau bahkan sudah dimulai. Anak-anak kita mungkin ada yang sudah mengalami perubahan fisik, seperti perubahan bentuk suara, tumbuhnya rambut kumis atau jambang, pundak dan dada yang terlihat bidang, dll.

Nah, sebagai orang tua, kita bisa melakukan beberapa hal ini untuk mendukung fisik mereka, Ma;

  1. Sediakan makanan sehat di rumah, dan usahakan untuk sesering mungkin makan bersama anak-anak di rumah. Nikmati sebanyak mungkin momen bersama mereka, karena masa ini tidak akan terulang. (Duh, nulis begini aja udah mellow)
  2. Pastikan mereka punya waktu tidur yang cukup
  3. Dukung mereka untuk melakukan olahraga yang disukai. Anak-anak saya kebetulan mengikuti ekstrakurikuler Tapak Suci di sekolah. Meski di mata kita, kegiatan mereka saja sudah cukup melelahkan, tapi ternyata ekskul ini adalah "hiburan" bagi mereka. Olahraga memang menguras energi secara fisik, tapi jika anak-anak menyukainya, ini jadi semacam sarana untuk me-refresh otak.


Baca Juga: Kiat Mempersiapkan Anak Menghadapi Masa Balig Menurut Ajaran Islam

Perkembangan Sosial

Di usia 11 tahun, anak laki-laki mungkin akan lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Sebagai orang tua, yang bisa kita lakukan antara lain:

  1. Bangun harga diri anak. Tekanan dari teman sebaya mungkin akan meningkat mulai usia ini. Anak yang sudah memahami dirinya dengan baik, paham bahwa diri mereka berharga, insya Allah akan dapat melalui masa ini dengan baik pula.
  2. Jelaskan tentang bahaya merokok, alkohol, dan penggunaan obat-obat terlarang. Ajarkan cara menolak ajakan teman yang meminta mereka untuk "icip-icip". Di sini, peran Ayah juga sangat penting ya, Ma...
  3. Bicara tentang "seks", bukan hal yang tabu lho... Daripada mereka tau dari teman-temannya, lebih baik mereka tau dari orang tuanya, bukan?
  4. Pantau keamanan online. Anak-anak jaman now sudah semakin pintar, Ma... Ada beberapa yang sudah membuat password untuk handphone mereka sendiri. Jadi, orang tua harus lebih cerdik, ya...


Baca: Ternyata Begini Rasanya Mengasuh Anak Pra-Remaja

Perkembangan Emosi

Usia 11 tahun termasuk usia peralihan antara masa anak-anak menuju masa remaja. Biasanya, anak-anak ini punya keinginan untuk lebih cepat dewasa. Tapi, apakah mereka sudah benar-benar siap memikul aneka tanggung jawab?

Kita para orang tua yang sudah sampai di usia ini, sudah paham bahwa jadi orang dewasa ternyata banyak menanggung beban tidak mudah. Tapi, dalam perspektif anak-anak, jadi orang dewasa itu lebih menyenangkan, karena dianggap lebih bebas dan punya kendali atas diri sendiri.

Nah, di sinilah orang tua perlu nge-spill, apa saja sih yang harus ditanggung oleh orang dewasa? 

  1. Di pikiran anak, jadi dewasa itu enak, karena bisa punya uang dan mengatur semua semaunya. Jadi, orang tua perlu memberi penjelasan bahwa menjadi orang dewasa tidak selalu berhasil. Ada banyak kegagalan yang pernah kita lewati. Jelaskan pula tentang risiko dan tanggung jawab, juga bagaimana kita menghadapi kegagalan itu. 
  2. Di usia ini, anak mungkin akan mulai mengalami stres, entah karena tugas sekolah yang menumpuk, atau karena hubungannya dengan teman-teman. Nah, kita perlu memberi contoh yang baik, bagaimana cara meredakan stres, agar anak dapat menirunya. 
  3. Anak umur 11 tahun, biasanya akan lebih senang mengobrol dengan teman-temannya, dan akan semakin jarang bercengkerama dengan orang tuanya. Tidak apa-apa, Ma, memang seperti inilah masanya. Namun, mari, sebisa mungkin ajak anak-anak untuk mengobrol tentang apa saja. Karena saat bercengkerama inilah, kita bisa memasukkan nilai-nilai yang kita pegang.


Perkembangan Akademis

Mas Amay saat ini sudah duduk di kelas 6. Tentu akan ada banyak tantangan di tahun ini. Kabar baiknya, anak laki-laki di usia ini biasanya lebih bisa fokus daripada di usia sebelumnya. Mereka punya rentang konsentrasi dan perhatian untuk waktu yang lebih lama. 

Anak usia 11 tahun juga mulai menjadi pemikir. Jangan kaget kalau mereka punya pertanyaan-pertanyaan yang "rumit". Yang jelas, jangan malas untuk berkonsultasi dengan guru kelas untuk memantau perkembangan akademisnya, Ma... 

~

Saat menjadi orang tua, artinya kita harus siap untuk belajar hal baru setiap harinya. Setiap usia memiliki tantangannya sendiri-sendiri. Bismillah, insya Allah kita bisa ya, Ma... Selamat datang di perjalanan roller coaster anak usia 11 tahun, yang menyenangkan, namun juga membingungkan! 😊

 

Ditulis dengan Cinta, Mama

 

Referensi:

-  https://www.webmd.com/parenting/guide/son-11-milestones

Read More

Kiat Mempersiapkan Anak Menghadapi Masa Balig Menurut Ajaran Islam

Saturday, October 1, 2022

 

"Pena (pencatat amal) akan diangkat dari tiga orang, yaitu dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak-anak sampai dia balig, dari orang yang gila sampai dia sadar (berakal)." (HR. Abu Daud)

Hadits tentang pencatatan amal


Membaca hadits di atas, seketika saya teringat dengan Mas Amay yang saat ini sudah berumur 11 tahun. Mungkin sebentar lagi, ia pun akan memasuki masa balig. Tentu, sebelum kita menghadapi sesuatu, akan lebih baik jika kita sudah lebih dulu membekali diri dengan ilmu, supaya tidak kaget atau bingung. Maka dari itu, saya pun mulai mencari referensi, apa saja yang harus orang tua persiapkan untuk mendampingi anak-anak menjelang masa peralihan itu. Alhamdulillah, di sekolah ada pelajaran Al Islam, yang mulai men-spill tentang apa itu masa balig, apa saja tanda-tandanya, dan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menghadapinya. Jadi tugas saya sedikit lebih ringan. 😁

Satu hal yang harus kita ingat, ketika anak-anak sudah memasuki masa akil balig, mereka sudah masuk kategori mukalaf atau diberi beban syariat. Maka dari itu, segala tingkah lakunya tidak bisa ditolerir seperti saat mereka masih kecil. Untuk itu, sebagai orang tua kita harus menjelaskan bahwa sejak saat itu, seluruh perbuatan kita, baik atau buruk, sudah mulai dicatat dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Ada beberapa hal yang mesti kita (orang tua) persiapkan, untuk mendampingi anak menyambut masa akil balig. Tapi sebelumnya, mari kita cari tahu, apakah yang dimaksud dengan akil balig itu?

Masa akil balig seringkali diidentikkan dengan masa pubertas. Puber, berasal dari kata pubescere yang dalam bahasa latin memiliki arti mendapat pubes. Tahukah apa itu pubes? Pubes adalah rambut kemaluan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa masa puber adalah masa di mana tubuh anak mengalami perubahan secara fisik, yang menandai matangnya organ-organ reproduksi. 

Sebenarnya ada sedikit perbedaan makna antara pubertas dan akil balig dalam Islam. Akil, berarti memiliki akal, pemahaman atau pengetahuan. Sedangkan balig artinya telah sampai pada kesempurnaan. Akil balig bisa diartikan sebagai masa ketika seseorang telah mencapai tahap sempurna baik dari segi fisik maupun emosional. Pada anak laki-laki, masa akil balig ini ditandai dengan mimpi basah, sedangkan pada anak perempuan ditandai dengan datangnya haid atau menstruasi.

Nah, seperti yang telah Mama Kepiting tulis di awal, setelah anak memasuki masa balig yang berarti sudah masuk kategori mukalaf, anak sudah harus paham apa saja kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang muslim. 

Berkaitan dengan kewajiban-kewajiban itu, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh orang tua, yakni:

Tips mendampingi anak menjelang masa puber

 

1. Membiasakan Anak Melakukan Ibadah Wajib

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud dan Ahmad, dari Amr bin Syu'aib, dari bapaknya dan kakeknya dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

"Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan salat saat usia mereka 7 tahun, dan pukulah mereka saat usia 10 tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka." (Dishahihkan oleh Al-Albany)

Nah, maka benar bahwa dalam Islam, persiapan menyambut masa balig itu tidak instan, tetapi harus dipersiapkan sejak tahun-tahun sebelumnya. Apa jadinya jika sejak kecil anak tidak dibiasakan salat dan berpuasa? Saat masa balig itu tiba, yang dikhawatirkan adalah anak-anak meninggalkan kewajiban itu.

2. Mengajarkan tentang Thaharah atau Bersuci

Mengapa thaharah itu penting? Karena ada beberapa ibadah yang baru dianggap sah apabila dilakukan dalam keadaan suci dari hadas.

Apa itu Hadas?

Hadas adalah keadaan tidak suci pada seseorang sehingga terhalang baginya melakukan salat, tawaf ketika haji, dan ibadah lainnya yang harus dilakukan dalam keadaan suci.

Hadas dibagi menjadi 2;

  • Hadas kecil, yaitu hadas yang dapat disucikan dengan cara berwudhu atau bertayamum saja. Misalnya; keluar sesuatu dari lubang qubul atau dubur (buang air kecil, buang air besar, kentut), bersentuhan langsung antara kulit laki-laki dengan perempuan yang sudah balig dan bukan mahramnya.
  • Hadas besar, yaitu hadas yang harus disucikan dengan cara mandi. Misalnya; haid dan nifas pada perempuan, keluarnya air mani pada laki-laki, atau kondisi setelah berhubungan suami istri.

Saat masa balig tiba, anak perempuan akan mengalami haid, anak laki-laki akan mengalami mimpi basah. Untuk itu, mereka harus tahu cara bersuci yang benar, agar ibadah sholatnya tetap sah.

3. Memberi Pengarahan untuk Menjaga Adab dan Pergaulan dengan Lawan Jenis 

Suatu hari seorang teman berbagi informasi bahwa di sekolah anaknya diajarkan persiapan menghadapi masa akil balig. Ada satu pesan yang bisa kita highlight.

"Saat balig, kita sudah bisa menjadi ayah dan ibu. Tapi, untuk menjadi ayah dan ibu yang baik, banyak hal harus kita persiapkan, seperti mental, spiritual, juga finansial. Karena setelah menjadi ayah dan ibu, tanggung jawab kita akan lebih banyak dan lebih besar. Nah, jika Mas / Mbak (nama anak kita), belum siap menjadi ayah atau ibu, maka Mas / Mbak harus menjaga adab dan pergaulan dengan lawan jenis."

4. Ajarkan Anak untuk Mandiri

Ini juga penting ya, Ma... Ajarkan anak untuk mandiri atau mulai mengurus diri sendiri. Untuk anak perempuan misalnya, mintalah mereka untuk mencuci pakaiannya sendiri. Apalagi jika sudah mengalami menstruasi, maka anak harus bisa mencuci bekas darahnya sendiri.

5. Ajarkan Manajemen Waktu

Manajemen waktu ini berkaitan dengan memilah-milih mana kegiatan yang bermanfaat, mana yang sia-sia. Ingat AMBAK (Apa Manfaat BAgiKu) saat kita akan melakukan sesuatu. Jika tidak ada manfaatnya, lebih baik tinggalkan.

~

Nah, Ma, itulah beberapa persiapan yang mesti orang tua lakukan dalam rangka mempersiapkan anak menghadapi masa puber, sesuai anjuran Islam. Barangkali ada yang mau menambahkan? Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita, untuk menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak, ya... Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.



Ditulis dengan Cinta, Mama

 

 

Sumber referensi:

- https://www.voa-islam.com/read/muslimah/2019/10/25/68019/dampingi-anak-pada-masa-pubertas/ 

- https://al-ibar.net/keluarga/198/persiapan-orang-tua-muslim-menghadapi-masa-pubertas-anak

Read More

Contoh Surat Izin Tidak Masuk Sekolah karena Sakit

Monday, August 1, 2022


Hari ini, Mas Amay tidak masuk sekolah karena sakit. Baru 2 minggu menjalani sekolah di tahun ajaran baru, dia sudah tumbang. Entah karena kelelahan, atau memang karena cuaca yang sering tidak bersahabat; udara di pagi hari terasa dingin, namun matahari bersinar dengan teriknya kala siang. Yang jelas, apapun penyebab sakitnya itu, saya harus membuat surat izin tidak masuk sekolah untuk diberikan pada ibu guru.

cara membuat surat izin tidak masuk sekolah

Kok masih pakai surat izin? Kenapa ngga WA saja?

Ya, ini adalah aturan yang dibuat oleh wali kelasnya Mas Amay, dan saya sangat mendukung aturan tersebut, karena meskipun "ribet" atau kurang praktis, tapi menggunakan surat izin saat tidak bisa masuk sekolah juga menunjukkan adab yang baik terhadap guru. 

Saya kadang agak gimana gitu, kalau ada orang tua murid minta izin perihal anaknya yang tidak bisa masuk ke sekolah, tapi minta izinnya di grup kelas. Pun biasanya dengan tata tulis yang disingkat-singkat. Setidaknya, kalau memang tidak bisa mengirimkan surat izin secara langsung, kirim WA-lah secara pribadi, dan gunakan bahasa yang baik dan benar.

Nah, kembali ke surat izin tidak masuk sekolah ini. Selama menjadi orang tua murid, baru sekali ini saya membuat surat izin. Jadi, tadi pagi, sambil mengingat-ingat pelajaran Bahasa Indonesia saat sekolah dulu, saya pun mempraktikkan langsung penulisan surat izin sakit ini.

Surat izin tidak masuk sekolah yang dibuat oleh orang tua untuk wali kelas / guru, adalah contoh surat pribadi yang bersifat resmi. Hal ini karena surat tersebut dibuat oleh pribadi, namun ditujukan kepada lembaga resmi, dan untuk kepentingan yang resmi pula. Untuk itu, surat izin sakit atau surat izin tidak masuk sekolah karena alasan lain tersebut, setidaknya harus memuat beberapa unsur penting, seperti:

  1. Tanggal pembuatan surat
  2. Alamat tujuan
  3. Pembuka
  4. Isi surat
  5. Penutup 
  6. Tanda tangan
  7. Nama terang

Contoh surat izin tidak masuk sekolah

Kira-kira seperti ini ya, Ma, contoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakit. Untuk redaksinya, bisa diubah-ubah sesuai keperluan, yang penting, maksud atau isi surat tersebut bisa tersampaikan. Semoga kita diberi kesehatan selalu supaya ngga perlu lagi bikin surat izin sakit ya, Ma. Aamiin YRA. 😊


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Kesalahan Parenting yang dapat Menghancurkan Mental Anak

Wednesday, June 15, 2022

 

Kita hidup di zaman yang penuh dengan tekanan. Itulah mengapa, penting bagi orang tua untuk menumbuhkan ketahanan emosional dan mental pada anak-anak kita. Sebab, anak-anak dengan ketahanan mental yang baik, akan lebih siap menghadapi masa depan. Tak hanya dalam kehidupan sosialnya, tetapi juga dalam pendidikan maupun pekerjaan mereka nantinya. Namun, terkadang sikap kita sebagai orang tua, tanpa kita sadari justru dapat menghancurkan mental mereka.


Kesalahan Parenting yang dapat Menghancurkan Mental Anak


Ini yang juga sedang saya pelajari. 7 kesalahan orang tua yang dapat menghancurkan mental anak;

1. Mengecilkan Perasaan Anak

Anak-anak perlu mengetahui bahwa mengekspresikan dan mengungkapkan perasaan mereka adalah sesuatu yang baik. Bahkan berpengaruh baik pada kesehatan fisik dan mental. Kesalahan para orang tua adalah seringkali kita mengatakan pada mereka hal-hal seperti, "Gitu aja nangis. Cengeng!" atau "Udah, jangan nangis lagi!"

2. Selalu Menyelamatkan Mereka dari Kegagalan

Mama Kepiting paham, kegagalan itu menyedihkan. Mama juga pasti pernah mengalami itu, dan tak ingin anak-anak merasakan perasaan seperti itu juga.

Namun, Mama harus ingat bahwa kegagalan adalah bagian besar dari kesuksesan. Jika anak-anak tidak pernah diberi kesempatan untuk merasakan kegagalan, mereka tidak akan pernah belajar dan mengembangkan ketekunan yang mereka butuhkan untuk bangkit kembali setelah mengalami kemunduran.

3. Memanjakan Anak-anak Secara Berlebihan

Pernah ngga mendengar orang tua yang mengatakan, "Kita cari uang untuk siapa sih kalau bukan untuk anak-anak?" 

Statement itu memang tidak salah. Namun, kurang bijak apabila setiap permintaan anak selalu kita penuhi, tanpa ia harus berjuang terlebih dahulu.

Saya jadi ingat keluarga Indra Brasco dan Mona Ratuliu. Putri sulung mereka, setiap punya keinginan untuk membeli barang, selalu mengajukan proposal pada orang tuanya. Ini menunjukkan bahwa Indra Brasco dan sang istri tidak pernah begitu saja mengabulkan permintaan sang anak.

Kok kesannya kejam ya?

Oh, tidak... Justru dengan cara ini, anak-anak belajar mengendalikan diri. Anak-anak juga belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu, harus ada perjuangannya terlebih dulu. Ini membuat mereka lebih menghargai apa yang mereka miliki. 

4. Terlalu Menuntut Kesempurnaan

Wajar kok apabila kita menginginkan anak-anak kita bisa menjadi yang terbaik dalam segala hal. Namun, menetapkan standar yang terlalu tinggi bisa mempengaruhi kepercayaan diri anak di kemudian hari.

Baca: Dear Mama, Apakah Ketidaksempurnaan adalah Dosa?

Lalu, bagaimana cara yang baik untuk memotivasi anak agar ia tetap semangat dalam berjuang tanpa harus merasa tertekan?

Bangun kekuatan mentalnya dengan menetapkan ekspektasi yang realistis. Dan jika misalnya ia gagal, kegagalan itu bisa menjadi pelajaran hidup yang berharga baginya, bahkan dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi tantangan berikutnya.

5. Selalu Membuat Mereka Merasa Nyaman

Ada banyak hal yang mungkin akan membuat anak-anak kita merasa tidak nyaman. Seperti misalnya saat mereka berada di lingkungan baru, sekolah baru, bertemu teman baru, mencoba makanan baru, dan lain-lain.

Saat anak merasakan ketidaknyamanan, temani ia, tanpa harus menyingkirkan ketidaknyamanan itu. Mengapa? Karena perasaan tidak nyaman itu, apabila dapat diatasi dengan baik, justru dapat menguatkan mental loh!

Untuk itu, dorong anak-anak kita untuk berani mencoba hal baru. Bantu mereka saat memulai, karena ini adalah bagian tersulit. 

Ingat-ingat kata fourtwnty, "Keluarlah dari zona nyaman." 😁

6. Tidak Menetapkan Batasan Antara Orang Tua dan Anak

Betul bahwa anak-anak mesti diberi kepercayaan dan dilatih untuk membuat keputusan sendiri. Namun, mereka juga perlu tahu bahwa orang tua adalah "Bos". Jadi, anak-anak tetap harus mematuhi aturan yang dibuat di dalam keluarga.

Baca: Ternyata Begini Rasanya Mengasuh Anak Pra-Remaja

Anak-anak yang bermental kuat terlahir dari orang tua yang memahami pentingnya batasan dan konsistensi. Orang tua yang terlalu mudah menyerah dengan rengekan anak-anak dan membiarkan aturan dinegosiasikan terlalu sering, dapat menyebabkan orang tua kehilangan "power". Akibatnya, anak-anak akan menjalani hidup semau sendiri, dan ketika mereka berada di lingkungan yang mengharuskan untuk patuh, mereka akan sulit untuk survive.

7. Tidak Melatih untuk Menjaga Diri Sendiri

Kesadaran untuk menjaga kesehatan diri baik fisik maupun mental sebaiknya dibiasakan sejak dini, agar anak-anak bisa survive dalam menjalani kehidupan di masa yang akan datang, baik saat orang tua ada di dekat mereka, maupun saat orang tuanya jauh dari pandangan.

Disadari atau tidak, bagaimana gaya hidup kita sebagai orang tua biasanya akan diikuti oleh anak-anak kita. Gaya hidup ini termasuk bagaimana kita memilih makanan yang sehat, bagaimana kita menjalani aktivitas sehari-hari, hingga bagaimana kita mengatasi tekanan dan memulihkan diri saat mengalami hal-hal yang melelahkan secara fisik dan psikis. 

Maka sebenarnya penting juga memberitahu anak-anak bagaimana kondisi kita. Saat sedang lelah atau stres karena pekerjaan, jangan ragu untuk mengatakan pada mereka, "Hari ini Mama / Papa agak lelah karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Mama / Papa mau istirahat dulu, yaa.."

Kelak ketika anak-anak besar dan mengalami hal serupa, ia bisa mengatasi kelelahan itu dengan cara yang diajarkan orang tuanya.


Sikap parenting yang dapat menghancurkan mental anak


Itulah 7 kesalahan parenting yang dapat menghancurkan mental anak. Mari kita berbenah sama-sama, Ma, agar kekuatan mental anak-anak kita tetap terjaga. ☺️



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Ternyata Begini Rasanya Mengasuh Anak Pra-Remaja

Monday, February 14, 2022


Akhirnya, kami harus mengucapkan kepada diri kami sendiri; Selamat datang ke dunia Parent-Teen! Selama ini kami hanya mendengar dari sana-sini bahwa mengasuh remaja itu penuh dengan tantangan. Banyak drama. Dan kini kami merasakannya juga. Pfft.

Tantangan mengasuh anak pra-remaja

Saat ini Mas Amay berumur 10 menuju 11 tahun. Usia ini digolongkan ke dalam usia pra-remaja, yakni peralihan dari masa anak-anak menuju tahapan sebelum dewasa. Di usia ini, banyak perubahan yang terjadi baik secara fisik maupun psikis, karena pengaruh hormon.

Secara fisik, perubahan itu bisa terlihat dari perubahan bentuk tubuh, suara, dll. Nah, yang biasanya menimbulkan konflik antara orang tua dan anak adalah karena perubahan pada psikis.

Kenapa?

Karena di usia ini, orang tua masih menganggap bahwa anaknya masih kecil, belum bisa membuat keputusan, dan masih harus diarahkan. Sementara itu, sang anak merasa bahwa ia bukan anak kecil lagi, ia merasa berhak membuat keputusan sendiri, dan juga ingin diakui sebagai orang dewasa.

Jujur, bagian ini lumayan bikin nyesek, Ma... Meski sedikit-sedikit sudah paham kisi-kisinya, tapi saat harus "praktik", nyatanya ini bikin kami shock juga.

Sebenarnya sudah sejak tahun lalu Mas Amay menunjukkan beberapa perubahan. Ia sering mengatakan, "Mas Amay kan bukan anak kecil lagi." 

Lain waktu dia bertanya, "Kapan ya suaranya Mas Amay berubah? Mas Amay males dianggap bocil terus gara-gara suara Mas Amay kecil."

Well, peer pressure is real. Padahal teman-temannya juga banyak yang suaranya belum berubah lho... Atau jangan-jangan di circle pertemanan Mas Amay, goals mereka saat ini adalah punya suara yang lebih berat?

Yang membuat Mama Kepiting akhirnya terpikir untuk menulis ini adalah, karena di tahun 2022 yang baru memasuki bulan Februari ini, Mas Amay sudah "marah-marah" sebanyak dua kali. Marahnya ini sambil menangis dan teriak-teriak.

Usia Pra-Remaja Itu, Emosinya Sangat Labil, Mood-nya Bisa Berubah Sangat Cepat

Tanda-tanda anak memasuki usia pra-remaja

Kejadian pertama adalah di bulan Januari. Saat itu kucing betina kami sedang di masa birahi. Jujur ini adalah pengalaman pertama bagi kami, karena kucing kami yang dulu berjenis kelamin jantan.

Baca: Akhirnya Mayo Jumpa Betina

Karena merupakan pengalaman perdana, kami jadi mudah panik. Suami jadi stres karena ada 3 kucing jantan yang bergantian datang ke rumah. Udah gitu ngga cuma ngawinin kucing kami, tapi kucing-kucing itu juga numpang makan dan pup. Sebel kan? 

Nah, di hari ketiga birahi, suami sudah sangat lelah. Ditambah lagi beliau WFH dan ada banyak deadline yang harus selesai sebelum kami ke Jogja untuk menghadiri acara keluarga. Mendengar kucing jantan udah meang-meong di depan memanggil kucing kami, suami langsung mengusirnya. 

Mas Amay salah tangkap. Ia mengira, papanya marah pada kucing kami. Mulai deh itu drama.

"Papa nggak punya hati!" teriaknya sambil menangis. "Kalau Papa menyakiti Mayo (kucing betina ini juga kami beri nama Mayo), sama aja Papa menyakiti Mas Amay!"

"Lho, siapa yang menyakiti?" Papanya bingung dong...

Rupanya telah terjadi kesalahpahaman. Susah memang berhadapan sama orang yang lagi bucin-bucinnya sama sesuatu, termasuk kucing. Alhamdulillah, kesalahpahaman itu terurai setelah perdebatan diskusi yang cukup lama. Nyaris 1,5 jam lho. Fyuuuh...

Di Usia Pra-Remaja, Keinginan untuk Memberontak dan Menolak Aturan Mulai Muncul


beberapa perubahan perilaku pada anak usia pra-remaja


Kesalahpahaman kedua, terjadi dua minggu lalu. Ba'da ashar, Mas Amay berniat mengerjakan PR-nya. Posisi saya saat itu sedang menemani Adek Aga mengerjakan tugasnya juga. Saat mengerjakan PR itu, Mas Amay bolak-balik bertanya, jawabannya apa. 

Berkaca dari pengalaman hari sebelumnya, yaitu ketika Mas Amay keliru menjawab soal Bahasa Indonesia karena tidak teliti membaca teks, saya pun berkata, "Coba dibaca yang teliti. Pasti ada jawabannya di teks."

Amay menjawab, "Nggak ada lho, Ma, Mas Amay udah baca berkali-kali."

"Kalau Mama baca dan ketemu jawabannya, gimana? Mas Amay kebiasaan kok, suka buru-buru bacanya." kata saya. "Mama sedih lho, karena minat baca Mas Amay menurun banget dibanding waktu kecil dulu.

Saya ngomong seperti itu ke Mas Amay, lalu kembali fokus ke Adek Aga. 

Tiba-tiba, hening. Mas Amay pun mulai menangis.

"Mas Amay nangis?" tanya saya. 

"Mama itu udah melukai Mas Amay. Mas Amay kan udah bilang, ini jawabannya tuh nggak ada. Mas Amay udah bilang berkali-kali tapi Mama nggak percaya, malah membanding-bandingkan Mas Amay sama Mas Amay yang dulu."

Waduh, kok jadi begini, pikir saya. 

Saya langsung melihat ke buku tugasnya Mas Amay. Ternyata ia benar, jawabannya memang tidak ada di teks. Saya pun mengaku bersalah dan tak ragu minta maaf padanya. Tapi Mas Amay terlanjur terluka.

Dia mengeluarkan semua keluh kesahnya tentang kami. Pertama, kami dianggap terlalu cepat menghakiminya. Dia pun tidak suka dibanding-bandingkan, meskipun itu dengan dirinya sendiri di masa lalu. Lama-lama, keluh kesahnya jadi beraneka warna, membuat kami bercermin, sudah jadi orang tua seperti apa kami selama ini. Meski memang, untuk beberapa hal, kami punya alasan tertentu dan saat itu pula kami langsung memberikan penjelasan padanya.

Contohnya ketika Mas Amay protes, kenapa kok kita harus sering pergi-pergi? Mas Amay lebih suka di rumah. (Ini tentang perjalanan bulan lalu saat kami menghadiri pernikahan salah satu anggota keluarga di Jogja sana. Rupanya dia nggak suka diajak ke acara seperti itu)

Tentu kami harus menjelaskan bahwa tidak ada pilihan lain lagi. Ketika kami harus ke Jogja, otomatis Mas Amay harus ikut, karena nggak mungkin kan kami meninggalkannya sendiri di Solo?

Protesnya semakin panjang. Katanya, kenapa kalau ada tamu, Mas Amay harus stand by nemenin di luar (ruang keluarga yang sekaligus jadi ruang tamu), dan nggak boleh diam di kamar? Kami pun menjelaskan, jika tamunya merupakan orang dekat (sepupu misalnya, atau teman yang anaknya seumuran dengan Mas Amay), tentu akan lebih sopan kalau Mas Amay ikut membaur. Meski begitu, sekarang kami memberi keleluasaan untuknya. Setelah ramah tamah (salim / jabat tangan), kalau Mas Amay kurang nyaman dan ingin masuk kamar, kami tidak akan melarang. Deal.

Papanya pun menambahkan. "Papa sekarang sudah paham, kayaknya Mas Amay termasuk anak yang introvert, karena Mas Amay lebih nyaman ketika sendirian. Tapi Mas Amay tau nggak? Yang introvert bukan cuma Mas Amay lho. Papa sama Mama juga. Cuma, meski kita lebih senang sendirian, kita nggak boleh lupa untuk bersosialisasi. Dan pesan Papa, meskipun Mas Amay introvert, Mas Amay harus tetap punya attitude yang baik, ngga boleh semaunya sendiri."

*

Beuh, panjang banget ya, Ma...

Sebenarnya masih ada banyak bahasan lain, tapi nanti jadi panjang banget tulisannya. Wkwkwk... 

Nah, setelah kejadian kedua itu, saya dan suami pun terlibat obrolan yang cukup dalam. Betapa Mas Amay saat ini sudah bukan anak kecil yang polos seperti dulu lagi. Pola pikirnya pelan-pelan berubah, pun dengan gaya bicara dan perilakunya. Maka kami pun harus mulai belajar untuk menjadi orang tua yang baik bagi sulung kami ini.

Sejak itu, saya mulai membaca beberapa literatur tentang karakter anak usia pra-remaja dan bagaimana cara terbaik untuk menyikapinya sebagai orang tua.

Ternyata benar, seorang anak yang telah memasuki usia pra-remaja, akan menunjukkan beberapa perubahan perilaku, seperti:

  1. Emosi yang sangat labil
  2. Perubahan mood yang sangat cepat
  3. Mulai menarik diri
  4. Interaksi dengan orang tua mulai berkurang
  5. Munculnya keinginan untuk memberontak
  6. Mulai mencoba keluar dari batasan-batasan yang selama ini ditetapkan orang tua 

 

Ciri-ciri anak usia pra-remaja

Memang perubahan-perubahan ini cukup bikin gemes, Ma... Tapi kita kan ngga boleh jadi orang tua yang otoriter, karena khawatirnya, anak malah akan tumbuh jadi seorang yang pendendam dan berhati dingin. 

Lalu, apa saja yang sebaiknya dilakukan para orang tua ketika anaknya memasuki usia pra-remaja dan menunjukkan beberapa perubahan perilaku seperti di atas?

1. Jangan merasa tersisih

Perubahan seperti ini tuh wajar, dan nggak hanya terjadi pada anak kita doang, Ma... Jadi, ketika anak memiliki "dunia baru" yang mereka anggap lebih seru dan lebih penting dibanding keberadaan orang tuanya, jangan sedih dulu. Jangan merasa tersisih, dan tetap jalin komunikasi yang baik dengan anak-anak. Kelak mereka akan sadar dengan sendirinya bahwa keluarga adalah segalanya. Memang ia sedang di masa seperti ini, jadi pantau dari jauh aja. 😊

2. Luangkan waktu khusus untuknya

Walaupun anak kita sudah semakin besar dan terlihat tidak membutuhkan kita lagi, tapi penting untuk tetap meluangkan waktu bersama, Ma... Saat-saat berkumpul bersama adalah sesuatu yang akan mereka kenang hingga nanti. 

3. Dengarkan dan hargai pendapatnya

Kemarin ketika Mas Amay mengungkapkan ketidaknyamanannya saat pergi-pergi dan saat ada tamu, kami berdua mempraktikkan ini. Kami mendengarkan dan menghargai pendapatnya, tetapi sambil menyisipkan nilai-nilai yang kami pegang. 

4. Beri ia lebih banyak kebebasan

Kita semua membutuhkan waktu untuk diri sendiri. Anak-anak pun sama. Ia memiliki hak untuk tidak memberi tahu orang tua, segala sesuatu tentang kehidupannya. Kesannya kok jadi nggak terbuka sama orang tua ya? Iya memang, tapi, kita harus belajar untuk menghargai privasi anak. Kalau masih susah, inget-inget lagi, Ma, dulu waktu kita remaja juga seperti itu, kan?

5. Jangan terlalu menghakimi

Jangan buru-buru menghakimi atau mengkritik perilaku anak, karena alih-alih akan paham, anak justru akan semakin memberontak.

6. Jangan bereaksi berlebihan

Jujur, poin 5 dan 6 ini sering luput saya lakukan. Saya masih harus belajar untuk tenang dan tidak overreact pada apapun.

7. Beri ia kepercayaan untuk membuat keputusan

Memang sulit untuk mulai memberi kepercayaan pada anak ya, Ma... Rasanya pengen banget untuk kasih saran ini anu ono. Namun, jika sebelumnya sudah terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, jalan tengah akan lebih mudah didapat. Kita boleh kok memberikan alternatif solusi, dan selebihnya, biarkan anak memutuskan sendiri jalan yang akan dipilih. Yang pasti, ingatkan ia untuk bertanggung jawab atas pilihan yang ia ambil.

8. Tanamkan ajaran agama pada anak

Poin terakhir, tapi sejatinya merupakan yang pertama dan yang utama, yaitu penanaman nilai-nilai agama. Ketika nilai-nilai agama sudah melekat dalam keseharian anak, insya Allah segala sesuatunya akan lebih mudah. Namun tentu, jika kita menginginkan anak yang baik, maka kita pun harus bisa menjadi teladan yang baik pula.

Tips menghadapi anak usia pra-remaja

Menjadi orang tua memang tidak selalu mudah ya, Ma... Namun, konflik dengan anak usia pra-remaja juga tidak selalu menjadi hal yang buruk kok. Justru di sinilah awal mula anak kita belajar untuk lebih mandiri, mengemukakan pendapat, mempertahankan pendirian, hingga mencari jati diri. Dan yang anak-anak butuhkan di masa ini  bukanlah perlawanan, melainkan pendampingan. Bismillah, semoga kita selalu dibimbing-Nya ya, Ma... ☺️


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More