Review Purebaby Laundry Liquid dan Purebaby Liquid Soap

Thursday, August 30, 2018

Purebaby Laundry Liquid dan Purebaby Liquid Soap

Bicara soal kulit sensitif, Aga, memiliki kulit yang sensitif sejak bayi. Saat baru berusia 2 minggu, kulitnya bruntusan, banyak bintik-bintik merah yang menyelimuti sekujur badan, bahkan hingga kepala. Orang-orang bilang, Aga terkena sawan kikir.

Mama kurang paham apa penyebab sawan kikir ini. Yang jelas, Aga baru sembuh setelah Mama mencampurkan air rebusan daun johar di air mandinya. Memang tidak instan. Kira-kira butuh waktu sekitar 2 minggu sampai kulit Aga jadi benar-benar bersih. Dan selama itu pula, setiap kali mandi, Aga memakai air rebusan daun johar ini. Terus terang, Mama baru tahu tentang daun johar ini dari Mbah Mun, dukun bayi yang rutin memijat Mama, Mas Amay, dan Dek Aga. Dan memang ternyata daun johar dikenal sebagai ramuan herbal untuk menyembuhkan penyakit kulit.

pict source 

Selesai sampai di situ? Tidak... Aga tidak bisa memakai bedak tabur. Jadi, jika bayi-bayi lain selalu terlihat merok-merok (baca: menor) dengan bedak, Aga tidak. Polosan dia mah... Wanginya hanya berasal dari wangi minyak telon saja, xixixi...


Kulit Aga yang sensitif membuatnya mudah berbekas jika terluka. Misalnya nih, ketika digigit nyamuk, lalu digaruk-garuk, maka bekasnya akan jadi hitam. Hiks... Sekarang pun dia masih sering merasa risih dengan label-label baju, karena itu akan membuatnya gatal. Kalau sudah gatal, digaruk-garuk, lecet, perih, membekas. Kasihan ya?

Tapi terus terang, Mama tak pernah terpikir bahwa kulit sensitif memerlukan perawatan khusus sampai pada pemilihan sabun mandi dan pembersih pakaiannya juga.

Hingga kemudian, Mama dikenalkan pada Purebaby Laundry Liquid dan Purebaby Liquid Soap for Baby’s Sensitive Skin.

Kita ulas satu per satu dulu yaa...

1. Purebaby Laundry Liquid
Saat pertama kali menuang cairan pembersih pakaian ini ke dalam bak cuci, Mama merasa teksturnya lebih encer dibandingkan deterjen cair yang biasa Mama pakai. Ketika diberi kucuran air, muncul busa, namun tak begitu banyak dan berangsur hilang. Rasanya juga nggak licin, jadi membilasnya nggak perlu banyak air.

Guru kimia Mama dulu pernah mengatakan bahwa sabun cuci yang bagus itu justru yang tak banyak busa. Tapi jangan tanya penjelasan ilmiahnya bagaimana yaa, Mama lupa. Haha... 

Dari artikel yang pernah Mama baca pun, busa berlebih justru bisa menahan kotoran tertarik kembali pada pakaian dan terjebak di daerah-daerah yang tidak terbilas bersih, seperti salah satunya adalah di bawah kerah. Yang pasti, dari yang Mama rasakan sendiri, kata-kata guru Mama tersebut ada benarnya. Dan Purebaby Laundry Liquid, dengan kemampuan stain remover-nya mampu membersihkan dan mengangkat kotoran pada pakaian bayi.

Dan memang, kemarin Mama dibuat takjub saat mencuci baju sekolah Mas Amay. Mama nggak menyangka sih, bekas-bekas pensil (biasa lah Mas Amay, nggak tau deh Mama cara pegang pensilnya gimana) yang tadinya ada dan terpampang nyata, tiba-tiba sudah hilang tak berbekas. Seriusan ini teh karena Purebaby Laundry Liquid, gitu? Tapi memang sih, untuk noda kerah mah tetap harus pakai perjuangan ekstra, wkwkwk... Bandel banget nodanya.

Oya, Purebaby Laundry Liquid ini aman untuk kulit bayi yang sensitif. Dengan formulasi bebas deterjen (Sodium Lauryl Sulphate Free), Purebaby Laundry Liqid menjadi cairan pembersih yang hypoallergenic karena menggunakan bahan-bahan yang tidak menyebabkan alergi. Ada kandungan ekstrak Aloe vera-nya juga yang berfungsi untuk melembutkan pakaian dan juga sebagai anti bacterial dan anti fungi alami.

Mama sih yes lah dengan Purebaby Laundry Liquid, meski tetap, Mama harus menambahkan pewangi di bilasan terakhir, karena walaupun dalam komposisinya sudah terkandung Fragrance, tapi harumnya masih terasa kurang. Buat Mas Amay dan Dek Aga yang keringatnya udah kecut banget, tentu harus dibantu dengan pakaian yang wangi, supaya tetap cium-able dan peluk-able. Xixixixi...

Itu dia ulasan Mama untuk Purebaby Laundry Liquid. Sekarang, kita ke Purebaby Liquid Soap yuk...

2. Purebaby Liquid Soap

Purebaby Liquid Soap
Waktu pertama kali cium wanginya, Masya Allah, enak banget, segar. Berbeda dengan Purebaby Laundry Liquid, keharuman Purebaby Liquid Soap memang lebih terasa. Dek Aga jadi wangi, segar, dan tetap lembut. Mama suka banget. Kalau katanya, sabun mandi bisa mengurangi kelembaban kulit, memakai Purebaby Liquid Soap ini, di tangan tidak terasa kesat dan kering.

Purebaby Liquid Soap memang dibuat sebagai sabun untuk perawatan pada kulit bayi yang terkena iritasi ringan atau gangguan kulit seperti dermatitis, ruam, alergi dan biang keringat. Jadi, sabun ini cocok sekali untuk kulit Aga yang sensitif.

Oya, tentang kulit sensitif, sebenarnya kulit Mama juga sensitif sekali akhir-akhir ini. Entah apa penyebabnya, padahal waktu masih single dulu, kulit Mama sehat-sehat saja. Sekarang, apalagi di musim kemarau seperti ini, kulit Mama jadi kering sekali. Yang bikin sebel dan sedih sekaligus, kulit kering itu jadi gatal sekali.

Waktu Mama mencari tahu di internet, ternyata salah satu perawatan yang bisa Mama lakukan adalah berendam dengan taburan oatmeal. Di banyak artikel disebutkan bahwa oatmeal memang sangat bermanfaat untuk melembabkan kulit, juga sebagai anti inflamasi yang dapat mengurangi peradangan.


Purebaby Liquid Soap
Nah, oatmeal ini juga merupakan salah satu bahan yang terkandung di dalam Purebaby Liquid Soap. Jadi, komposisi yang terkandung di dalam Purebaby Liquid Soap ini, antara lain:

Allantoin dan Ekstrak Chamomile yang berfungsi untuk mengatasi merah-merah pada kulit bayi.
Ekstrak Oat Kernel, untuk menyejukkan dan menenangkan kulit yang gatal dan perih karena iritasi.
Pro Vitamin B5, yang akan memberikan kelembaban untuk kulit bayi dan menjaga keseimbangan alami kulit bayi, sehingga tetap halus dan lembut.

Dengan kombinasi bahan alami tersebut, Purebaby Liquid Soap merawat kulit bayi dari iritasi/gangguan pada kulit dengan cara:
* Membantu mengurangi rasa perih dan tidak nyaman pada kulit bayi.
* Mengikat air lebih lama sehingga cocok digunakan untuk kulit bayi yang sensitif.
* Membantu menyamarkan merah-merah pada kulit bayi akibat iritasi.

Cara Pemakaian Purebaby Liquid Soap:
* Tuangkan sedikit Purebaby Liquid Soap ke washlap, beri air.
* Usapkan dengan lembut ke badan bayi.
* Bilas dengan air.

Jadi untuk Mama-Mama yang putera-puterinya memiliki kulit sensitif, coba yuk dua produk yang sudah mamakepiting pakai ini. :)  

Read More

Pengalaman Pertama Mas Amay Cabut Gigi Susu

Sunday, August 5, 2018

Bulan Ramadhan yang lalu, kami dikejutkan dengan tumbuhnya gigi Mas Amay. Seharusnya ini menjadi sebuah berita gembira, karena di usia Amay yang sudah 7 tahun, gigi susunya masih utuh, sementara teman-temannya banyak yang telah memiliki gigi baru. Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah, tumbuhnya gigi baru ini mendahului tanggalnya gigi lama. Jadi, iya giginya "kesundulan". 

Tahu ada calon gigi yang menyembul di gusi Mas Amay, Mama Papa langsung bingung. "Haduh, harus ke dokter nih, giginya harus dicabut segera. Kalau nggak, giginya bisa tumpang tindih nanti," kata Papa.

Si bocah, demi mendengar kata "dokter", nyalinya langsung mengkeret. Ya sudah, Mama Papa menunggu sampai Mas Amay benar-benar berani. Kan nggak lucu kalau pas di tempat praktik doi nangis-nangis... Ya to

Waktu berlalu, sampai kami harus mudik ke Purworejo. Mama mencari tahu dokter gigi yang ramah anak di Purworejo. Beberapa teman merekomendasikan dokter langganan mereka. Tapi, lagi-lagi Mas Amay belum siap. Dia masih takut, padahal berkali-kali Mama meyakinkan bahwa cabut gigi itu nggak sakit.

Sementara Mas Amay masih ragu-ragu untuk cabut gigi, kami sudah harus kembali lagi ke Solo. Yaah, akhirnya di kota ini jua lah kami harus mencari dokter gigi yang sesuai dengan keinginan kami. Kami mencari beberapa referensi dokter gigi di Solo, tapi ujung-ujungnya, yang kami datangi adalah dokter gigi yang berpraktik tak jauh dari rumah kami.

Siapakah dokter pilihan kami itu? Dokter Gigi Diana Rahmawati namanya.

Kami mendatangi tempat praktik beliau sejak pukul 5 sore. Tapi karena kami mendapat nomor antrian ke-12, sementara yang sudah ditangani baru 1 orang, maka kami memutuskan untuk pulang, dan kembali ke sana setelah maghrib.

Dan ketika tiba saatnya... Nama Amay dipanggil...

Kami memasuki ruangan, dan Mas Amay diminta berbaring. Wajahnya terlihat tegang. Meski begitu, ia mengaku sudah tidak takut lagi, karena ia sudah percaya dengan perkataan Mama, bahwa cabut gigi tidak sakit. 

muka tegang sebelum cabut gigi

Sambil menunggu Bu Dokter siap-siap, kami menggoda Mas Amay untuk mencairkan suasana. 




Yak, dan Bu Dokter pun beraksi...

cabut gigi tidak sakit :)

cabut gigi tidak sakit :)

Selesaaaiiii...

Mas Amay diminta untuk menggigit kapas, dan baru boleh dibuang setelah 15 menit. Kata Bu Dokter, "Habis ini maem es krim ya..." Wah, seneng banget dia.

dokter gigi Diana Rahmawati, dokter gigi yang ramah anak

Untuk cabut gigi, biaya yang harus kami keluarkan adalah sebesar Rp 30.000,-. Tapi tenang, bisa pakai BPJS juga koq. Kami sempat tanya-tanya juga berapa biaya untuk scaling gigi (membersihkan karang gigi)? Dan biayanya nggak sampai 200 ribu lho...

Alhamdulillah, kami sudah menemukan dokter gigi idaman. Insya Allah nggak pindah kemana-mana lagi lah. Tahu nggak? Mas Amay sudah nggak sabar untuk cabut gigi lagi. Kebetulan gigi seri bagian atasnya sudah goyang.

Duh, setelah tahu kalau cabut gigi itu nggak sakit, Mas Amay malah jadi ketagihan. Hahaha... 

dokter gigi Diana Rahmawati, dokter gigi recommended di Gedongan, Colomadu, Karanganyar

Dokter Gigi Diana Rahmawati berpraktik di Gedongan (jalan samping Arista Onion Trans ke utara sekitar 50 meter, kiri jalan), setiap hari Senin - Jumat, mulai pukul 16:30 - 20:00 WIB. Beliau masih relatif muda, sangat ramah, gaul juga. Duh pokoknya asik deh. Kami merekomendasikan beliau sebagai dokter gigi terbaik di Colomadu. Jadi, untuk teman-teman di Solo yang ingin cabut gigi, membuat gigi palsu, scaling gigi, apapun itu, ke dokter Diana Rahmawati saja.☺❤
Read More

Dongeng Fabel Karya Mas Amay

Friday, July 13, 2018

Tanggal 29 Mei yang lalu, sekolah libur. Mas Amay yang sedang puasa Ramadhan, mengisi liburnya dengan main game melulu. Mama sampai capek mengingatkan.

Mama bilang, "Mas, mbok bikin apaaaa gitu lho, nggak capek apa main game terus?"

Mama ngomel sambil mencuci. Selesai mencuci, Mas Amay memberi Mama sesuatu. Ternyata itu adalah kumpulan kertas berisi cerita bergambar. Pura-puranya sih, buku. 

And here we go, buku cerita karya Mas Amay. 




Coba ngga usah nge-game yaa, mungkin bukunya udah banyak. Hihihi... Mama jadi ingat, dulu Mama pernah membuat mini project dengan Mas Amay.

Baca: Mini Project with Amay (Pictorial Book)

Mama berharap, Mas Amay bisa kembali menuangkan ide-ide menjadi gambar dan tulisan, biar waktunya lebih bisa bermanfaat. Daripada main game terus kan? :)


Read More

Kehangatan dan Keharuman Tahan Lama Pilihan Mama untuk Mas Amay dan Dek Aga

Sunday, July 1, 2018

disclaimer: Ini review dari hati, bukan postingan berbayar. Apa yang tertuang di sini, sesuai dengan pengalaman yang Mama Kepiting rasakan.

Sekitar tujuh tahun lalu saat Mama masih meraba-raba dalam merawat bayi Mama, segala merek untuk perawatan tubuh kalian, Mama coba. Termasuk untuk urusan minyak telon.

Maaf ya Mas Amay, karena secara tidak langsung, Mas Amay seolah menjadi kelinci percobaan, hihi... Tapi tidak ada salahnya untuk coba-coba, kan? Kan Mama ingin yang terbaik. Kalau tidak mencoba, dari mana Mama tahu baik buruknya sesuatu untuk kalian, ya kan? Jika ada yang bilang, buat anak kok coba-coba, ya, Mama punya alasan.

Untuk minyak telon, sebenarnya Bunda (Kakak Mama, Ika Puspita) sudah memberi contoh. Bunda memakaikan My Baby minyak telon untuk Kak Fina dan Mas Aufa, bahkan sampai Rara. My Baby minyak telon memang wangi dan hangat, tapi, Mama masih ingin “mencicipi” minyak telon yang lainnya juga. Penasaran ceritanya.

My Baby Minyak Telon, minyak telon rekomendasi mamakepiting

Petualangan Mama dalam mencari minyak telon yang terbaik pun, bermula...

Mama mencoba merek A, yang harganya lebih mahal dari My Baby minyak telon. Wanginya enak, Mas Amay juga menjadi segar saat dicium. Hangatnya juga pas, tidak terlalu panas. Tapi, ketika pagi hari wanginya hilang, tidak seperti ketika Mas Amay memakai My Baby minyak telon. Jadi, karena kelemahannya dibanding My Baby minyak telon ada 2, yaitu lebih mahal dan wanginya tidak tahan lama, Mama berhenti memakai minyak telon merek A tersebut.

Mama beralih ke merek B. Kelebihannya dari My Baby minyak telon, adalah harganya yang lebih murah. Wanginya segar juga, enak. Entah, Mama sih suka banget sama wangi-wangi minyak telon, dan setiap merek memang memiliki wangi khasnya masing-masing. Mama sangat berharap merek ini bisa jadi andalan Mama, agar Mama bisa sedikit lebih berhemat. Tapi, ternyata Mas Amay dan Dek Aga (Dek Aga pernah Mama cobain minyak telon merek ini juga) tidak kuat dengan panasnya. Wah, ternyata hangatnya berlebihan yaaa... Jadi, Mama segera memutuskan untuk berhenti memakaikan merek B ini di kulit Mas Amay. Kasihan Mas Amay, kulitnya jadi kemerahan karena panas.

Mama akhirnya memantapkan pilihan pada merek My Baby untuk minyak telon kalian. Ternyata pilihan Bunda memang benar yaa, hehe... Mama sih, nggak percayaan. Wkwkwkwk..

Kesimpulannya, kelebihan My Baby minyak telon dibandingkan merek minyak telon lainnya adalah:

1. Wanginya tahan lama
Semua minyak telon memiliki wangi yang khas, tetapi tidak ada yang wanginya bisa bertahan sampai pagi. Sampai saat ini, di antara semua merek minyak telon yang pernah Mama coba, hanya My Baby yang bisa menjaga kesegaran kalian, sampai kalian bangun tidur esok hari. Ini penting sih, karena bayi kan mudah berkeringat. Kalau wangi kalian hilang seiring dengan banyaknya keringat, nanti kalian nggak ciumable lagi dong.

2. Harganya terjangkau
Meski ada yang lebih murah dari My Baby, tetapi harganya masih terjangkau. Toh, masih ada yang lebih mahal lagi. Harga My Baby minyak telon ukuran 150ml, di toko dekat rumah adalah sekitar Rp 32.000,- sedang di ****maret adalah sekitar Rp 36.000,-. Tenang, ada yang ukuran kecil koq, yang lebih ekonomis. :)

3. Hangatnya pas
Ini penting sekali, karena kulit Mas Amay dan Dek Aga tidak tahan dengan minyak telon yang hangatnya berlebihan.

4. Bisa menghindarkan kulit dari gigitan nyamuk
My Baby minyak telon yang Mama pilihkan untuk kalian, mengandung Citronella dan Chamomile. Dua bahan ini, wanginya tidak disukai nyamuk.

My Baby Minyak Telon, mengandung Citronella dan Chamomile, ampuh untuk mengusir nyamuk

Oya, sebenarnya ada juga My Baby Minyak Telon plus yang memberi perlindungan selama 8 jam dengan tambahan wangi jeruk. Tapi Mama lebih suka yang ini. Dan sebenarnya, masih ada botol bekas My Baby Minyak Telon yang sudah habis isinya, tapi tidak ikut kefoto, hehe... Lain kali Mama fotoin untuk instagram @kayusirih deh, biar pada percaya, kalau tulisan ini bukan bualan Mama semata.

Jujur saja, tidak hanya kalian yang memakai minyak telon ini. Mama dan Papa juga. Apalagi jika "negara nyamuk" mulai menyerang, Mama yang memiliki riwayat asma dan tidak kuat dengan bau obat nyamuk, lebih memilih untuk mengoleskan My Baby minyak telon di sekujur tubuh, bahkan di telinga juga. Ya, supaya nyamuk-nyamuk itu tidak ngang-nging-ngang-nging mengganggu tidur Mama.

Mama bersyukur sudah menemukan minyak telon yang terbaik untuk kalian. Tidak hanya ramah di kulit, tapi juga ramah untuk hidung dan kantong. :)
Read More

Bawa Toddler Saat Buka Bersama, Enaknya Gimana?

Friday, May 25, 2018



Puasa sudah memasuki hari ke sembilan, tapi keluarga Mama Kepiting sama sekali belum berbuka puasa di luar. Memang sudah ada jadwal di tanggal 30 Mei dan tanggal 2 Juli, yaitu ifthor bersama ex TK Mas Amay (karena Mama masih menjadi pengurus komite), dan ifthor bersama teman-teman SD Mas Amay. Tapi sejujurnya, Mama masih bingung akan bagaimana buka bersama nanti.

Untuk TK Mas Amay, Mama sebenarnya sudah berencana untuk minta ijin tidak hadir, karena selain tempatnya lumayan jauh, Mama juga pusing memikirkan bagaimana jika Dek Aga rewel di sana. Tapi belum juga sempat ijin, semalam Ust Rina meminta Mama menjadi MC di ifthor nanti. Hihi, padahal Mama suka grogi, masa diminta jadi MC? Tapi Ust Rina adalah Ust Rina, yang pandai merayu dan membesarkan hati Mama. Entah bagaimana, Mama jadi tak kuasa menolaknya. :D

Nah, tinggal ifthor bersama teman-teman SD, nih. Mama sudah merayu Papabebi, supaya Papa saja yang datang nanti. Tapi Papabebi selalu beralasan, “Malu ah, nanti Papa jadi satu-satunya bapak-bapak di sana...” Padahal ketakutannya itu seringkali tidak terbukti. Seperti waktu out bond akhir tahun lalu, ada beberapa bapak-bapak yang mengantar anak-anaknya kok.


Akhirnya, seringkali Mama kembali mengalah. Menghadiri acara meski dengan membawa Dek Aga. Sejujurnya Mama masih agak trauma, jika mengingat buka bersama tahun lalu bersama Tante Diba dan Om Apip, semalam sebelum kami mudik.

Kami sudah berbuka di rumah kantor, dengan segelas teh manis hangat dan beberapa potong gorengan. Setelah sholat Maghrib, kami baru berangkat ke tempat berbuka, yang tak seberapa jauh dari kantor Papa. Cara ini belakangan memang kita pilih, agar tidak kehilangan waktu sholat Maghrib, yang jauh lebih wajib dan lebih berharga dari sekedar buka bersama di restoran, yang seringkali memakai dalih silaturrahmi.

Tentu tidak semua yang berbuka puasa di luar, menomorduakan sholat maghrib yaa.. Tapi bisa kita rasakan sendiri, kok, mana yang lebih nyaman. Sholat maghrib di rumah, atau di restoran, yang terkadang seperti diburu-buru oleh pengunjung lainnya yang antri di belakang.

Maka dari itu, sejak punya Dek Aga, Mama lebih senang memilih untuk berbuka puasa di rumah makan yang tidak jauh dari rumah, dan berangkat ke sana setelah selesai sholat maghrib di rumah. Enaknya, tempatnya sudah relatif lebih sepi, karena beberapa pengunjung sudah menyelesaikan makannya. Kita juga tidak kehilangan kekhusyu’an dalam mengerjakan sholat Maghrib yang waktunya paling sempit di antara waktu sholat lainnya. Resikonya, sholat isya’ dan tarawihnya terlambat, jadi harus menunaikannya sendiri di rumah.

Nah, tahun lalu, saat berbuka puasa di luar, kondisi Mama dan Papa memang sedang tidak fit. Tapi hari itu adalah hari terakhir kantor sebelum libur lebaran. Maka, acara buka bersama tetap diadakan.

Qodarullah, Dek Aga rewel, nangis melulu. Mama mempersilakan Papa untuk makan lebih dulu. Papa pun makan dengan buru-buru. Setelah Papa selesai, Papa mengambil alih Dek Aga. Tapi, ya memang karena Dek Aga sedang jelek mood-nya, dia nangis terus. Bener deh, Mama sampai kehilangan nikmatnya berbuka. Apalagi Mama sempat tersedak juga, dan itu membuat Mama terbatuk-batuk, hingga seluruh isi perut Mama keluar. Yah, kebetulan kondisi Mama dan Papa juga sedang sakit kan?


crying toddler from chacomsig

Duh, kalau mengingat hari itu, rasanya Mama kapok membawa toddler berbuka puasa di luar. Tapi, setelah Mama ingat-ingat lagi, dulu waktu Mas Amay masih kecil, Mas Amay juga sering kok diajak makan di luar. Kami bahkan sering sekali berbuka puasa bersama Mas Arka, sahabatnya Mas Amay sedari bayi. Ya mungkin karena Mas Amay lebih mudah ditenangkan saat rewel dibandingkan Dek Aga yaa.

Jadi menurut Mama Kepiting bagaimana? Mengajak Toddler berbuka puasa, yay or nay?

Jawaban Mama, tergantung.

  • Mama harus melihat dan memahami karakter si toddler bagaimana. Kalau senang berada di keramaian, saat rewel mudah ditenangkan dan perasaannya mudah dikendalikan, Mama akan jawab yay.
  • Syarat lainnya, harus ada orang dewasa lainnya yang bisa bergantian mengasuh si toddler, dalam hal ini, Papa.


Jika kedua syarat itu tak terpenuhi, udah deh, mending buka puasa di rumah aja, tak kalah nikmatnya. Hihihi...

Dan untuk teman-teman di Solo yang sedang mencari tempat berbuka puasa, bisa ke sini yaa:

- Ibarbo Food Court, Kottabarat
- Kebon nDeso, Colomadu
- Cemokot, Wedangan nge-Hits di Klodran, Colomadu, Karanganyar

Read More

Resep Pisang Pasir untuk Buka Puasa

Friday, May 18, 2018

Ada satu makanan kesukaan yang Mas Amay sering minta untuk Mama buatkan, yaitu Pisang Pasir a.k.a Pisang Crispy ala mamakepiting. Kalau Mama sedang terlihat membuatnya, Mas Amay dan Dek Aga selalu tak sabar untuk mencicipinya segera. Dan karena tadi pagi Mbak Sayur membawa pisang kepok kuning lagi, akhirnya Mama membuat cemilan berbahan pisang dengan resep sederhana untuk takjil atau makanan pembuka saat berbuka puasa.

Bahannya sangat sederhana. Nggak pakai ribet pokoknya. Yang pasti, sediakan pisang kepok kuning, kupas, kemudian bagi dua. 

Untuk balurannya, kita hanya membutuhkan tiga bahan, yaitu;
- Tepung panir
- gula pasir 1/2 sdm
- garam 1/4 sdt

Mas Amay saat membantu Mama membuat Pisang Pasir

Caranya: 
- Campur tepung panir, gula pasir dan garam. Aduk-aduk pokoknya, supaya nanti rasa manis dan gurihnya merata.
- Gulingkan pisang yang sudah dikupas dan dibagi dua tadi, ke dalam tepung panir. 
- Remas-remas pisangnya, hingga tepung panirnya menempel rata.
- Masukkan ke dalam wadah, lalu simpan ke dalam freezer.
- Jelang maghrib, goreng beberapa potong. Nikmati selagi hangat.

adonan Pisang Pasir siap dimasukkan ke dalam freezer

Oya, ada yang menggunakan telur ayam supaya tepung panirnya mudah menempel. Tapi mamakepiting tidak suka dengan bau amisnya, hihi... Dan begini saja, Mas Amay dan Dek Aga sudah senang banget koq. Hehe.. Tapi jika Mama lebih suka jika menggunakan telur, silakan saja. Yang pasti, menu ini bisa jadi alternatif, jika kita sudah mulai bosan dengan kolak pisang. Praktis kan?

Untuk resep buka puasa yang lain, Mama juga bisa mencoba resep praktis Puding Puyo. Selamat mencoba ya, Ma.. ☺❤
Read More

Liburan di Purworejo, Ngapain Aja?

Friday, May 11, 2018


Duh, dalam sekali makna kutipan tentang "kampung halaman" di atas, ya... Memang, seperti lapar, yang menjadikan makanan terasa lebih lezat saat dimakan, jarak, kita perlukan agar kita pandai memaknai arti kerinduan. 

Alhamdulillah, akhir April kemarin keluarga Mama Kepiting bisa pulang kampung. Alhamdulillah, selain bisa berkunjung ke rumah Akung, kami juga bisa membasuh rindu di kampung halaman tercinta, Purworejo Berirama. 

Tugu Clorot di Alun-alun Purworejo

Hari sudah gelap saat kami akhirnya bisa mencium wangi udara Purworejo. Dari stasiun, kami menaiki angkot sampai alun-alun. Di alun-alun, tepat di seberang tugu clorot di atas, Tante Opik memesan taksi online, untuk mengantar kami ke rumah Akung.

Eh, sudah tau clorot belum? Clorot adalah makanan khas dari Purworejo. Rasanya manis, teksturnya kenyal, dan clorot ini dibungkus dengan menggunakan janur. Seperti ini:

Clorot Purworejo. pict by Mama Arinta Adiningtyas, mamakepiting.com

Sebenarnya Akung menawarkan untuk menjemput kami. Tapi daripada makin repot, lebih baik kami naik taksi online saja, lebih praktis. Thanks to taksi online, deh... Sampai di rumah Akung, kami disambut dengan teh hangat dan mie instan rebus buatan Bude Nana. Alhamdulillah, akhirnya perut ini terisi juga, hihi... Kami pun bisa beristirahat dengan nyenyak.

Di Purworejo Ngapain Aja? 

Di Purworejo, kami tidak pergi kemana-mana. Hanya di Minggu pagi, Mama pergi ke pasar untuk membeli nasi megono dan lupis kesukaan. Dua makanan ini mengandung kenangan. Waktu Mama kecil, pergi ke pasar desa yang bernama Pasar Sayir alias Pasar Lugosobo alias Pasar Gintungan, adalah sebuah rutinitas mewah. Makanya, Mama bersyukur sekali kemarin, karena bisa kembali merasakan sensasi itu, sembari mengenang masa lalu.


Oya, sebenarnya Purworejo memiliki tempat wisata lho, hanya saja masih kurang terekspos. Tempat wisata ini berada di daerah pegunungan di Kecamatan Bruno. Mama pernah menulisnya di kayusirih.com


Kenapa kemarin kami tidak pergi ke sana? Salah satu alasannya adalah kami tak punya kendaraan yang memadai. Selain itu, kondisi Adek Aga belum memungkinkan untuk diajak mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah (lha koq jadi nyanyi...), eh, maksudnya Adek Aga kan masih kecil, jadi belum bisa diajak jalan-jalan ke Curug. Bisa sih, asal Mama atau Papa mau menggendong. Tapi kan berat.. :(

Tapi meski kami nggak kemana-mana, Mas Amay dan Adek Aga tetap bahagia koq. Harus bahagia lah, hehe... Di Purworejo, Mas Amay dan Dek Aga bisa berlarian dengan bebas. Sok sana, lari sampe capek. Mama ijinkan.. Kalau di Solo, kan nggak bisa, hehe... 

lari-larian di halaman rumah Akung
Selain itu, Mas Amay memancing bersama Afizna, anaknya teman Mama. Di mana? Di kolam ikan di belakang rumahnya Afizna lah. Hehe... Ibunya Afizna memelihara ikan gurame, sama dengan Akung. Tapi, kalau Akung memelihara ikan yang masih kecil-kecil, Ibunya Afizna justru memelihara ikan yang sudah lebih besar. 

Dapet ikan nggak?

Enggak.

Susah banget nangkapnya. Mungkin mereka sudah kenyang. Udah gitu, ada ular lagi. Ular sawah sih, tapi tetap saja kan, geli. Hiiiii...



Karena nggak dapat-dapat juga, Mas Amay sempat pindah ke kolam di sebelahnya. Tapi tetap saja sih, itu ikan nggak mau dipancing. Huhuhuhu...

Tidak apa-apa. Liburan yang akan datang, kita coba lagi ke sana yaa... Mama sudah bilang sama Ibunya Afizna, boleh tidak kalau kami ngabuburit sambil memancing ikan? Dan alhamdulillah dijawab dengan kata "boleh bangeeet laaah..." gitu. Hihihi...

Nggak sabar deh jadinya menunggu liburan lebaran sekaligus liburan kenaikan kelas nanti. Teman-teman Mama, sudah ada rencana liburan belum? Semoga liburannya nanti menyenangkan yaaa...☺
Read More