Kisah Menghadirkan Proses Metamorfosis di Rumah

Friday, January 11, 2019

Ulat daun
ulat pohon jeruk

Beberapa orang tetangga terkejut saat melihat pohon jeruk yang Mama tanam di depan rumah kini tak berdaun. Bukan karena rontok, tapi karena habis dimakan makhluk mungil berwarna hijau yang seringkali sadar kamera jika difoto. Ya, memang, saat ini ada banyak sekali ulat hijau yang mendiami pohon jeruk itu. 

"Kok mboten dibuangi, Bu?" tanya pengasuh Nay.

"Pun kersane (nggak apa-apa biarin aja)," jawab Mama sambil tersenyum. 

Mungkin beliau heran, masa cuma dibiarin aja? Tapi memang sedari awal Mama menyadari keberaaan ulat-ulat itu, tak ada niat sedikitpun untuk memberantas mereka.


Ulat memakan daun sebelum menjadi kepompong
ulatnya malu-malu

Bukan, bukan karena takut, bukan pula karena cuek. Tapi serius, Mama malah bersyukur. Syukur dalam artian seperti ini; karena Mama menanam pohon jeruk, maka mereka bisa makan dengan leluasa. Itung-itung berbagi rezeki dengan sesama makhluk-Nya, gitu.

Mama Kepiting sok bijak niye?

Haha... Bahkan Papa pun berkata seperti itu. Tapi kalau cuma sekadar sok-sokan, tentu niat untuk "membiarkan mereka makan" hanya bertahan beberapa hari saja, ya 'kan? Nyatanya, sampai hari ini, sampai daun-daun jeruk di pohon itu hampir tak bersisa, Mama tak sekalipun berniat menyingkirkan mereka.

Ih, itu kan hama?

Betul. Tapi tak apa. Toh, saat hari berganti dan musim ulat sudah pergi, dedaunan itu insya Allah akan tumbuh lagi. Jika daun-daun itu bisa berbicara, mungkin mereka pun akan bersyukur karena keberadaan mereka menjadi manfaat bagi si ulat. Karena daun jeruk ini tak bisa dijadikan bumbu masak. Hihi...

proses metamorfosis, saat ulat berubah menjadi kepompong
kepompong yang menempel di dinding

Lebih dari itu, ada manfaat lain yang bisa kami petik. Dengan tidak menyingkirkan ulat-ulat itu, mereka menghadirkan pengetahuan baru untuk Mas Amay dan Dek Aga. Apa lagi kalau bukan soal metamorfosis? 

Ya, dari halaman rumah yang seuprit itu, Mas Amay akhirnya bisa melihat secara langsung proses metamorfosis. Sebelumnya, dari buku yang pernah ia baca, Mas Amay memang sudah paham tentang metamorfosis atau perubahan makhluk hidup dari telur hingga menjadi dewasa yang sempurna, dengan mengalami perubahan bentuk morfologi, anatomi bahkan fisiologis. Tapi, melihat secara langsung bagaimana proses metamorfosis itu terjadi, adalah hal yang luar biasa bagi anak-anak. 

Mama merasa puas saat melihat Mas Amay dan Dek Aga, ketika pagi-pagi membuka pintu, bersorak kegirangan melihat kepompong-kepompong di dinding. Mata mereka memancarkan sebuah kekaguman. 

"Kok bisa ada di dinding ya, Ma?" tanya Amay penasaran.

Iya, karena ketika ulat sudah cukup besar alias sudah merasa kenyang makan, dan merasa sudah saatnya berubah menjadi kepompong, biasanya ia akan berjalan mencari tempat yang aman. Meski terkadang, tempat yang ia kira aman justru menawarkan hal sebaliknya. Dan tempat itu bisa di mana saja. Kebetulan, kebanyakan ulat memilih dinding rumah kita.
 

kepompong yang gagal menetas
kupu-kupu yang gagal menetas

Mas Amay (Dek Aga belum yaa, hihi..) akhirnya juga paham, bahwa terkadang, sesuatu tak berjalan sebagaimana mestinya. Terkadang kita menemui kegagalan, seperti foto di atas. Dan semua itu tentu atas kehendak Allah. Tugas kita adalah mengambil pelajaran. :)

Tak hanya itu, Mas Amay (Mama juga tentunya) pun belajar tentang kesabaran. Saat kupu-kupu berhasil keluar dari kungkungan kepompong, ia menjeda rasa bahagianya. Sabar, tak perlu buru-buru. Sabar, kuatkan dulu sayapmu.

Mungkin sebenarnya kupu-kupu itu sudah ingin terbang sembari memandang indahnya dunia, apalagi sebelumnya ia sudah terpenjara cukup lama dan harus berpuasa selama beberapa hari, ya 'kan? Tapi memberi jeda pada diri sendiri, seringkali menjadi keputusan terbaik. 


contoh metamorfosis sempurna


Dan percayalah, kesabaran seringkali berbuah manis. Sabar dengan ulat yang menggelikan, yang bahkan menghabiskan dedaunan hingga tak lagi terlihat indah, membuahkan pengalaman berharga. Rasa puas menyaksikan bagaimana kupu-kupu memenuhi halaman rumah kita, tentu tak terkira besarnya.


metamorfosis sempurna, contohnya


Eh, omong-omong soal metamorfosis, Mama jadi teringat salah satu murid Mama. Luna namanya.

10 tahun lalu saat ia masih TK dan jadi anak didik Mama, ia memaksa Mama berani menghadapi ulat seperti ini. Waktu itu dia merengek, menangis sampai hampir 1 jam, karena tak juga berhasil menangkap seekor pun kupu-kupu.

Saat kehabisan ide bagaimana menghentikan tangisannya, seekor ulat mencuri perhatian Mama. Dengan sok berani, Mama mengambil ulat itu, lalu Mama berikan pada Luna. Mama bilang, "Luna tahu nggak? Kupu-kupu itu sebenarnya berasal dari ulat. Ini Luna bawa pulang yaa, coba Luna tunggu beberapa hari lagi, beneran jadi kupu-kupu apa nggak."

Beruntung anak itu mau mendengarkan. Mungkin sebenarnya dia sudah lelah menangis juga, hihi..

Besoknya, dia protes, "Miss Arin bohong, ya? Kok ulatnya nggak jadi kupu-kupu?" 

"Lho, kan Miss Arin bilang tunggu beberapa hari. Mungkin sekitar dua minggu."

"Yah, lama banget."

"Sabar dong..."

And two weeks later... Luna datang pagi-pagi banget, dan langsung menyerbu Mama. "Ms Arin, beneran keluar kupu-kupunya... Bagus banget iiih.." then she kissed me. So sweet banget memang ini anak. Dan karena dia jago menggambar, saat Journal Time dia menggambar proses metamorfosis ini, lalu dia ceritakan pada teman-temannya.

Misi Miss Arin selesai. Nggak perlu repot menjelaskan metamorfosis segala 'kan? Sudah ada yang bisa bantu jelaskan. Hihihi...



Nah, itu dia Luna, bersama Ms Budi, Principal di sekolah tempat Mama mengajar dulu. Cantik kan? Hihi... 
Read More

Terlambat Cabut Gigi Susu, Gigi Amay Jadi Begini...

Sunday, January 6, 2019

Terlambat lagi. Gigi seri bawah Mas Amay sudah tumbuh, padahal gigi susunya belum tanggal. Jadi gigi seri bawah Mas Amay dua-duanya kesundulan. Tahukah, gigi yang kesundulan, adalah salah satu penyebab gigi berantakan

Sebelumnya, bulan Ramadhan yang lalu, gigi seri bawah Mas Amay yang sebelah kanan pun kesundulan. Hasilnya kini giginya tumbuh miring. Eh, kejadian ini terulang lagi. Sungguh, kami menyesal dua kali.


gank gigi berantakan

Dari foto di atas, kelihatan kan kalau gigi bawah Mas Amay tumbuh miring?

Memang sih, terlambat mencabut gigi hanyalah salah satu faktor penyebab gigi berantakan. Sedangkan faktor lainnya antara lain:

1. Keturunan

Ada satu cerita lucu. Waktu Mama bilang begini; "Yah, kesundulan lagi. Gigi Mas Amay berantakan deh," anak ini dengan santai menjawab, "Ya kan Mas Amay keturunannya orang yang giginya berantakan juga."

Hahaha... Mamanya langsung diem deh.

Memang, tidak hanya Mamakepiting yang giginya berantakan, Papa juga. Lihat foto di bawah ini deh! Jadi, Mas Amay nggak sepenuhnya bersalah, yaa.. Xixixi...

gigi berantakan bikin manis koq. *haciiimmm!

2. Kebiasaan

Ada yang putra atau putrinya masih ngedot meski usianya sudah besar? Hati-hati lho, karena kebiasaan ini bisa menjadi salah satu penyebab gigi berantakan. Mas Amay dan Dek Aga sih nggak pernah ngedot, tapi faktor keturunan memanglah sungguh sangat kuat pengaruhnya. :)

Kebiasaan lain yang berpotensi membuat gigi tumbuh berantakan, contohnya suka menghisap jari, suka menjulurkan lidah saat bicara, suka mengigit kuku atau pensil, menggigit bibir, dan bernapas melalui mulut (terlebih jika sering pilek, yang mengakibatkan hidung tersumbat).

Bernapas melalui mulut pun bisa berpengaruh pada gigi ya? Iya. Tekanan angin yang berembus lewat mulut lama-kelamaan akan menggoyahkan pertahanan gigi. Akibatnya ada beberapa gigi yang bisa berubah posisi. 


3. Lingkungan

Faktor lingkungan ini misalnya, jika anak tumbuh di keluarga pecinta makanan manis, biasanya dia akan menyukai makanan manis juga. Seperti yang kita tahu, makanan manis adalah salah satu faktor penyebab ECC (Early Childhood Caries). Dan karies atau gigi berlubang adalah salah satu faktor penyebab gigi tumbuh berantakan.  

Gigi susu yang berlubang tak seperti gigi tetap. Gigi susu akan hilang dan mengakibatkan rahang mengecil. Rahang yang mengecil ini membuat gigi tetap yang berada di bawah gigi susu tidak mendapat tempat untuk tumbuh. Lalu gigi dewasa tumbuh di mana? Karena tidak mendapat tempat, dia bisa tumbuh ke samping, ke depan, ke belakang, dan akhirnya susunan gigi jadi berantakan. 

Tuh kan, kelihatannya sepele, tapi kebiasaan yang salah sejak kecil ternyata pengaruhnya akan terasa sampai dewasa. Jadi Ma, yang putra-putrinya sudah menginjak usia 6-7 tahun, sering-sering diperiksakan giginya. Siapa tahu gigi permanennya sudah nggak sabar pengen nongol, padahal gigi susunya masih ingin bertahan. Kalau nggak ada yang mau mengalah, jadinya kesundulan, efeknya gigi anak-anak kita bisa berantakan. Nggak mau kan? :) 





Sumber bacaan:

* https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151221143302-255-99603/tiga-masalah-penyebab-gigi-berantakan 

* https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170301103029-255-196961/lima-kebiasaan-buruk-penyebab-gigi-tak-teratur

* https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171027060436-255-251475/4-bahaya-gigi-berlubang-pada-anak
Read More

Terapi Bicara dengan Membaca Huruf Hijaiyah

Monday, November 19, 2018


Assalamu'alaikum semua.. Tulisan kali ini sedikit berbeda, karena Mama Kepiting sedang berkolaborasi dengan #BloggerKAH untuk membahas tentang bagaimana meningkatkan kecerdasan anak.

Omong-omong, udah pada kenal sama tante-tante di #BloggerKAH, kan? Ya betul, ada Tante Rani R Tyas, juga Tante Widi Utami alias Tante Widut. Nanti kita simak tulisan Tante Rani tentang 7 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi Balita dan Tante Widut juga yaa.. 

Kembali ke topik bahasan kali ini, kita tentu sudah tahu bahwa kecerdasan itu bermacam-macam, yaa.. Bahkan sebenarnya manusia memiliki 8 Macam Kecerdasan Majemuk.

Nah, Mama ingin membahas salah satu di antara 8 kecerdasan majemuk itu, yaitu Kecerdasan LinguistikKecerdasan Linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Ciri-cirinya antara lain; senang berdiskusi dan menulis, suka membaca, menyukai permainan scrabble atau puzzle, dll. Jika seseorang memiliki kecerdasan linguistik, ia akan cocok menjadi jurnalis, news presenter, penyair, penulis, atau pengacara.

8 Multiple Intelligence, from kayusirih.com

Bicara tentang Kecerdasan Linguistik, lebih dari setahun belakangan, Mama mulai intens mengejar ketertinggalan Aga di bidang ini. Iya, dibanding Mas Amay, kemampuan biacara Aga memang cenderung terlambat. Jika di usia 26 bulan, Mas Amay sudah bisa menyanyi Cicak di Dinding, Balonku, dll, Aga baru bisa melakukannya di usia 3 tahunan. Itu pun belum terlalu jelas, hanya nadanya saja yang sudah tepat.

Baca: Mengapa Anak Saya Belum Bisa Bicara?

Tapi secara tidak sengaja, di usia Aga yang hampir 3 tahun, Mama menemukan sebuah metode yang cukup berhasil membuatnya senam lidah. Berawal dari keinginannya untuk bergabung bersama Mama dan Mas Amay setiap kami mengaji, Aga pun belajar membaca iqro'.

Seperti ini,





Lama-lama, belajar mengucapkan suku kata per suku kata, membuat Aga mampu menyusun satu kata sederhana dengan tepat. Dari satu kata itu, kemudian bertambah menjadi dua kata, tiga kata, dan seterusnya.

Jika dulu Aga memanggil mama papa dengan "ama" dan "apa", kini ia sudah dapat memanggil kami dengan "mama" dan "papa". Sekarang bahkan ia sudah bisa mengucapkan namanya sendiri dengan "Aga", dan bukan "Aja". Dan sebulan belakangan, setiap ia bangun tidur, ia akan mengatakan, "Mama, Aga sudah bangun."

Ya Allah, nyesss rasanya...

Memang untuk bisa mencapai titik ini sungguh membutuhkan kesabaran yang panjang, karena selain stimulasi yang  harus dilakukan secara terus-menerus, kita juga tidak boleh melupakan kesiapan organ speech-nya juga. Tapi Mama cukup puas dengan hasilnya. Alhamdulillah.. Kini kami bisa membuktikan bahwa Aga tidak "bisu", tidak juga bermasalah dengan pendengaran.

Nah, sekarang, Aga sedang menyukai lagu ini. Ada lirik yang lupa sih, tapi buat Mama, ini sudah cukup sempurna.

Terima kasih untuk kegigihanmu, ya, Nak... Mama bangga padamu. :)


Read More

Mas Amay Belajar Berbagi; Jual Buku untuk Korban Gempa Lombok, Palu dan Donggala

Friday, November 2, 2018


Assalamu’alaikum semua... 

Sepertinya sudah lama sekali blog ini tidak terisi. Maklum, mamakepiting lagi sok sibuk banget nih. Salah satunya, di awal bulan Oktober kemarin, mamakepiting dan papabebi merealisasikan rencana kami untuk memperbanyak buku karangan Mas Amay yang berjudul Kuro dan Peni.

Mama sudah pernah ceritakan tentang buku Mas Amay itu di “Dongeng Fabel Karya Mas Amay”.

Beruntung sekali Mas Amay memiliki papa yang kreatif. Cerita Mas Amay itu dipoles sedemikian rupa sehingga menjadi buku yang enak dibaca.

Proses kreatif itu dimulai sejak bulan Juli. Mas Amay diminta oleh papa untuk menggambar tokoh-tokoh dalam cerita yang dibuatnya. Seperti ini:


ikan pari, ikanbelang, kepe monyong dan kepiting
gambar lautnya



Kuro dan Peni
rumput laut, bintang laut, dan terumbu karang


sampah-sampah di lautan
perahu nelayan

air laut yang keruh oleh sampah
nelayan, jaring, dan petugas kebersihan pantai
suasana di tepi pantai


mobil pengangkut sampah
ubur-ubur, kuda laut, gurita, dan ikan-ikan












FYI, papa yang mewarnai gambar-gambar itu, karena Mas Amay belum terlalu jago dalam pewarnaan. Papa juga yang me-layout-nya halaman demi halaman, hingga tokoh-tokoh itu hadir dalam sebuah cerita yang utuh.

Dan jadilah seperti ini:







Untuk versi lengkapnya, bisa dilihat di https://issuu.com/yopieherdiansyah/docs/kuro___peni_-_2

Sedikit cerita, sebenarnya buku ini pernah diikutkan dalam sebuah lomba membuat e-book yang diadakan Ditjen PAUD Kemdikbud. Sayangnya, Mas Amay dan Papa belum beruntung. Namun, sedari awal Mama sudah berniat, jikapun mereka gagal menjadi juara, Mama tetap akan mencetak buku ini sendiri.

Dan akhirnya keinginan itu terealisasi.

Latar belakang dicetaknya buku ini adalah untuk mengumpulkan donasi bagi korban gempa Lombok. Kami ingin mengajarkan pada Amay tentang makna berbagi. Bahwa berbagi itu mengayakan jiwa, dan berbagi tak pernah membuat rugi. Jadi, meski kita tak punya banyak harta, kita bisa membantu dengan tenaga dan pikiran juga.

Alhamdulillah, berkat dukungan teman-teman semua, 56 eksemplar Kuro dan Peni sudah berpindah tangan. Dan hasil dari penjualan buku tersebut, terkumpul Rp 1.060.000,00, dan semuanya sudah kami serahkan kepada LAZIS Solo Raya, perantara yang kami tunjuk untuk menyalurkan donasi ke Lombok, Palu dan Donggala. 

Memang masih ada pemesan buku ini, tapi mohon maaf, untuk donasi sudah kami tutup. Jadi,  untuk pemesan berikutnya, keuntungannya jadi milik Mas Amay yaa.. ☺☺





Dan berikut rincian modal dan pendapatannya, sehingga muncul angka Rp 1.060.000,00 ya...



Ini adalah biaya cetaknya. Dengan kertas "art paper", 120 lembar A3 (kemudian dibagi 4, sehingga menjadi kertas berukuran A5) untuk 30 eksemplar, biayanya adalah Rp 315.000,00. Kami mencetak sebanyak dua kali, untuk memenuhi permintaan 60 eksemplar.

Jadi, total biaya cetak dan potong adalah Rp 630.000,-



Ini adalah biaya jilid spiral. Karena dirasa agak mahal, jadi Papabebi hanya menjilid sebanyak 15 eksemplar. 



Dan alhamdulillah, ketemu juga tempat menjilid yang agak murah di dekat kampus UMS. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan toko pertama yaa... Masuk akal koq kalau di dekat UMS lebih murah, karena dekat kampus, otomatis persaingan lebih ketat kan... Dan kami mencari yang lebih murah dengan tujuan agar donasi untuk korban gempa bisa terkumpul lebih banyak lagi. Lumayan kan, bertambah Rp 4.000,- per eksemplarnya.

Kami juga membeli amplop untuk mengirim ke luar kota sebanyak 18 buah dengan harga @1.500. Jadi, untuk amplop, biayanya adalah Rp 27.000,00.  

Jadi, total modal cetak kemarin adalah: 630.000 + 105.000 + 90.000 + 45.000 + 27.000 = Rp 897.000,00

Dan ahamdulillah, jumlah uang yang masuk adalah sebesar Rp 1.956.000,00. Jadi, jika dikurangi modal, maka keuntungannya adalah Rp 1.059.000,00. Untuk LAZIS kami genapkan menjadi Rp 1.060.000,00

Mungkin ada yang bertanya, Kuro dan Peni harganya Rp 30.000,00 tapi mengapa jumlah uang yang masuk ada Rp 1.956.000,00 padahal yang terjual adalah 56 eksemplar? Jawabannya adalah karena ada satu orang yang mentransfer 200.000, padahal yang dibeli hanya 1. Ada pula yang membayar Rp 50.000,00 untuk 1 buku. Jadi alhamdulillah ada tambahan lagi.

Alhamdulillah. Jujur, saya dan suami tak menyangka bahwa langkah kami ini mendapatkan support sehebat ini dari teman-teman semua. Terima kasih, terima kasih, terima kasih. Semoga donasi dari teman-teman bermanfaat untuk saudara-saudara kita di Lombok, Palu dan Donggala. Semoga Allah membalas semua kebaikan teman-teman yaa... Aamiin YRA.


NB: Untuk saat ini, di rumah masih ada sisa 4 eksemplar. Mohon keridhoan teman-teman ya, jika yang ada di rumah ini nanti hasil penjualannya untuk Mas Amay semua. Terima kasih. :)


Read More

Grand Opening "Kids Club" di The Alana Hotel Solo

Thursday, September 6, 2018

Sabtu, 1 September 2018 yang lalu, Mas Amay dan Dek Aga ikut serta dalam acara Grand Opening "Kids Club" di The Alana Hotel, Solo. Acaranya seru. Diawali dengan perkenalan dari kakak-kakak di Alana, juga latihan bagaimana mengucapkan salam Alana, anak-anak kemudian diajak untuk mengenal seluk-beluk dunia perhotelan.

Mengawali Hotel Tour kali ini, anak-anak diberi informasi tentang apa itu welcome drink. Setelah itu, anak-anak diajarkan bagaimana cara check-in di hotel oleh kakak-kakak di bagian reservation.

Dari reception, perjalanan dilanjutkan menuju tempat eskalator berada. Di situ, oleh Kak Heri, anak-anak diajari bagaimana cara menggunakan eskalator dengan aman. Sampai di atas, anak-anak juga diajari bagaimana menggunakan lift.

Kak Heri sedang menjelaskan tata cara menggunakan lift.

Tak berhenti di situ, anak-anak diajak naik ke lantai 11. Untuk apa? Untuk melihat kamar-kamar yang ada di The Alana Hotel. Seru kaaan? Jumlah kamar di The Alana Hotel ada 247, lho. Banyak yaa...

Yang lebih seru lagi, ada towel folding show, yaitu, ketika kakak-kakak menunjukkan bagaimana membuat berbagai macam binatang dari handuk.  

Amay dan Aga kebetulan diajari oleh Kak Anggun, nih... Ada berbagai macam binatang yang dibuat Kak Anggun dari handuk. Mau tau caranya? Mamakepiting sudah membuatkan videonya.

1. Membuat Ikan Paus dari Handuk



2. Membuat Ayam dari Handuk


Selain ikan paus dan ayam, ada juga angsa, anjing, dan gajah. Kak Anggun kreatif banget yaa.. 

angsa cantik dari handuk

Belum habis rasa takjub anak-anak melihat kepiawaian Kak Anggun saat membentuk handuk-handuk itu menjadi aneka ragam binatang, anak-anak diajak turun ke lantai 2. Rasanya? Super excited, karena ternyata kita menuju ke area kolam renang. 

Tau dong ya, anak-anak itu semacam punya ikatan dengan air, hihi...

Lihat, Mas Amay saja langsung lepas sepatu, duduk di tepian kolam, sambil merasakan sejuknya air di Aquamarine Pool di The Alana Hotel. Satu yang dia sesali, kenapa kita tidak bawa baju ganti. Hihihi...

Aquamarine Pool, The Alana Hotel, Solo

Rasanya ingin berlama-lama main airnya, tapi anak-anak sudah dipanggil oleh Kak Nunuk. Ayo kita mendekaaat, kita mau ngapain lagi ya?
Oh, ternyata kita mau membuat Pizza. Di sana sudah ada Chef Firman yang menunggu. Hmm, penasaran kan bagaimana serunya anak-anak membuat Pizza? Simak videonya di bawah ini yaa...



Yuhuuu, Pizza sudah jadi dan sudah siap dinikmati. Tapi, ternyata acaranya belum selesai. Anak-anak diminta untuk berkumpul ke sisi selatan, yaitu di Kids Club. Di sana sudah ada Kak Sistho A Sreshtho, selaku General Manager di The Alana Hotel & Convention Center – Solo.

Kak Sistho menjelaskan mengapa anak-anak diminta berkumpul di sana, yaitu untuk meresmikan Kids Club. Jadi, “Karena Alana Solo juga diperuntukkan untuk segmen keluarga, maka kami menambah fasilitas Kids Club sebagai tempat bermain anak – anak. Tidak hanya orang tuanya, anak – anaknya pun akan kita manjakan dengan hadirnya fasilitas terbaru ini.” begitu kata Kak Sistho.

Tapi memang kok, anak-anak memang terbukti dimanjakan di sini. Ada beraneka macam permainan, seperti sliding, see saw, dll. Kalau main di sini, jangan lupa pakai kaos kaki yaa.. :)

Nah, ini suasana saat pemotongan pita, tanda telah diresmikannya arena Kids Club. 

potong pita saat peresmian Kids Club di The Alana Hotel Solo
bermain di Kids Club, The Alana Hotel Solo

Nah, untuk teman-teman kecil yang ingin bermain di sini, cukup menjadi member Kids Club, dan nanti teman-teman akan mendapatkan berbagai macam keuntungan. Apa saja?
1. Bermain di Kids Club, free
2. Berenang di Aquamarine, free
3. Diskon 20% untuk pembelian makanan dan minuman

Enak kan?

Dan sebenarnya, A Fun Day with Alana seperti acara kemarin ini sudah diadakan sejak 2016 lalu, lho. Kalau teman-teman mamakepiting ingin mengajak anak-anak mengikuti acara ini, mama-mama cukup membayar Rp 150.000,- saja. Nantinya anak-anak akan mendapatkan kesempatan untuk hotel tour, safety education, making bed show, towel folding show, makan siang, cooking session, dan swimming session. Peserta juga boleh membawa pulang hasil masakan mereka, juga celemek dan topi kokinya, lho. Setelah kegiatan, anak-anak juga berhak membawa pulang sertifikat.

Untuk info lebih lanjutnya, silakan mama-mama hubungi CP di bawah ini yaa:

Angela Stevanie (Mrs)
Ass. Public Relation Manager
The Alana Hotel & Convention Center - Solo                                                           
Jl. Laksda Adi Sucipto, Colomadu, Karanganyar, Solo
Telephone :  0271 745 1555
Mobile : 0815 65 999 56
Email : soloaprm@alanahotel.com
Website : www.AlanaHotels.com
Read More

Review Purebaby Laundry Liquid dan Purebaby Liquid Soap

Thursday, August 30, 2018

Purebaby Laundry Liquid dan Purebaby Liquid Soap

Bicara soal kulit sensitif, Aga, memiliki kulit yang sensitif sejak bayi. Saat baru berusia 2 minggu, kulitnya bruntusan, banyak bintik-bintik merah yang menyelimuti sekujur badan, bahkan hingga kepala. Orang-orang bilang, Aga terkena sawan kikir.

Mama kurang paham apa penyebab sawan kikir ini. Yang jelas, Aga baru sembuh setelah Mama mencampurkan air rebusan daun johar di air mandinya. Memang tidak instan. Kira-kira butuh waktu sekitar 2 minggu sampai kulit Aga jadi benar-benar bersih. Dan selama itu pula, setiap kali mandi, Aga memakai air rebusan daun johar ini. Terus terang, Mama baru tahu tentang daun johar ini dari Mbah Mun, dukun bayi yang rutin memijat Mama, Mas Amay, dan Dek Aga. Dan memang ternyata daun johar dikenal sebagai ramuan herbal untuk menyembuhkan penyakit kulit.

pict source 

Selesai sampai di situ? Tidak... Aga tidak bisa memakai bedak tabur. Jadi, jika bayi-bayi lain selalu terlihat merok-merok (baca: menor) dengan bedak, Aga tidak. Polosan dia mah... Wanginya hanya berasal dari wangi minyak telon saja, xixixi...


Kulit Aga yang sensitif membuatnya mudah berbekas jika terluka. Misalnya nih, ketika digigit nyamuk, lalu digaruk-garuk, maka bekasnya akan jadi hitam. Hiks... Sekarang pun dia masih sering merasa risih dengan label-label baju, karena itu akan membuatnya gatal. Kalau sudah gatal, digaruk-garuk, lecet, perih, membekas. Kasihan ya?

Tapi terus terang, Mama tak pernah terpikir bahwa kulit sensitif memerlukan perawatan khusus sampai pada pemilihan sabun mandi dan pembersih pakaiannya juga.

Hingga kemudian, Mama dikenalkan pada Purebaby Laundry Liquid dan Purebaby Liquid Soap for Baby’s Sensitive Skin.

Kita ulas satu per satu dulu yaa...

1. Purebaby Laundry Liquid
Saat pertama kali menuang cairan pembersih pakaian ini ke dalam bak cuci, Mama merasa teksturnya lebih encer dibandingkan deterjen cair yang biasa Mama pakai. Ketika diberi kucuran air, muncul busa, namun tak begitu banyak dan berangsur hilang. Rasanya juga nggak licin, jadi membilasnya nggak perlu banyak air.

Guru kimia Mama dulu pernah mengatakan bahwa sabun cuci yang bagus itu justru yang tak banyak busa. Tapi jangan tanya penjelasan ilmiahnya bagaimana yaa, Mama lupa. Haha... 

Dari artikel yang pernah Mama baca pun, busa berlebih justru bisa menahan kotoran tertarik kembali pada pakaian dan terjebak di daerah-daerah yang tidak terbilas bersih, seperti salah satunya adalah di bawah kerah. Yang pasti, dari yang Mama rasakan sendiri, kata-kata guru Mama tersebut ada benarnya. Dan Purebaby Laundry Liquid, dengan kemampuan stain remover-nya mampu membersihkan dan mengangkat kotoran pada pakaian bayi.

Dan memang, kemarin Mama dibuat takjub saat mencuci baju sekolah Mas Amay. Mama nggak menyangka sih, bekas-bekas pensil (biasa lah Mas Amay, nggak tau deh Mama cara pegang pensilnya gimana) yang tadinya ada dan terpampang nyata, tiba-tiba sudah hilang tak berbekas. Seriusan ini teh karena Purebaby Laundry Liquid, gitu? Tapi memang sih, untuk noda kerah mah tetap harus pakai perjuangan ekstra, wkwkwk... Bandel banget nodanya.

Oya, Purebaby Laundry Liquid ini aman untuk kulit bayi yang sensitif. Dengan formulasi bebas deterjen (Sodium Lauryl Sulphate Free), Purebaby Laundry Liqid menjadi cairan pembersih yang hypoallergenic karena menggunakan bahan-bahan yang tidak menyebabkan alergi. Ada kandungan ekstrak Aloe vera-nya juga yang berfungsi untuk melembutkan pakaian dan juga sebagai anti bacterial dan anti fungi alami.

Mama sih yes lah dengan Purebaby Laundry Liquid, meski tetap, Mama harus menambahkan pewangi di bilasan terakhir, karena walaupun dalam komposisinya sudah terkandung Fragrance, tapi harumnya masih terasa kurang. Buat Mas Amay dan Dek Aga yang keringatnya udah kecut banget, tentu harus dibantu dengan pakaian yang wangi, supaya tetap cium-able dan peluk-able. Xixixixi...

Itu dia ulasan Mama untuk Purebaby Laundry Liquid. Sekarang, kita ke Purebaby Liquid Soap yuk...

2. Purebaby Liquid Soap

Purebaby Liquid Soap
Waktu pertama kali cium wanginya, Masya Allah, enak banget, segar. Berbeda dengan Purebaby Laundry Liquid, keharuman Purebaby Liquid Soap memang lebih terasa. Dek Aga jadi wangi, segar, dan tetap lembut. Mama suka banget. Kalau katanya, sabun mandi bisa mengurangi kelembaban kulit, memakai Purebaby Liquid Soap ini, di tangan tidak terasa kesat dan kering.

Purebaby Liquid Soap memang dibuat sebagai sabun untuk perawatan pada kulit bayi yang terkena iritasi ringan atau gangguan kulit seperti dermatitis, ruam, alergi dan biang keringat. Jadi, sabun ini cocok sekali untuk kulit Aga yang sensitif.

Oya, tentang kulit sensitif, sebenarnya kulit Mama juga sensitif sekali akhir-akhir ini. Entah apa penyebabnya, padahal waktu masih single dulu, kulit Mama sehat-sehat saja. Sekarang, apalagi di musim kemarau seperti ini, kulit Mama jadi kering sekali. Yang bikin sebel dan sedih sekaligus, kulit kering itu jadi gatal sekali.

Waktu Mama mencari tahu di internet, ternyata salah satu perawatan yang bisa Mama lakukan adalah berendam dengan taburan oatmeal. Di banyak artikel disebutkan bahwa oatmeal memang sangat bermanfaat untuk melembabkan kulit, juga sebagai anti inflamasi yang dapat mengurangi peradangan.


Purebaby Liquid Soap
Nah, oatmeal ini juga merupakan salah satu bahan yang terkandung di dalam Purebaby Liquid Soap. Jadi, komposisi yang terkandung di dalam Purebaby Liquid Soap ini, antara lain:

Allantoin dan Ekstrak Chamomile yang berfungsi untuk mengatasi merah-merah pada kulit bayi.
Ekstrak Oat Kernel, untuk menyejukkan dan menenangkan kulit yang gatal dan perih karena iritasi.
Pro Vitamin B5, yang akan memberikan kelembaban untuk kulit bayi dan menjaga keseimbangan alami kulit bayi, sehingga tetap halus dan lembut.

Dengan kombinasi bahan alami tersebut, Purebaby Liquid Soap merawat kulit bayi dari iritasi/gangguan pada kulit dengan cara:
* Membantu mengurangi rasa perih dan tidak nyaman pada kulit bayi.
* Mengikat air lebih lama sehingga cocok digunakan untuk kulit bayi yang sensitif.
* Membantu menyamarkan merah-merah pada kulit bayi akibat iritasi.

Cara Pemakaian Purebaby Liquid Soap:
* Tuangkan sedikit Purebaby Liquid Soap ke washlap, beri air.
* Usapkan dengan lembut ke badan bayi.
* Bilas dengan air.

Jadi untuk Mama-Mama yang putera-puterinya memiliki kulit sensitif, coba yuk dua produk yang sudah mamakepiting pakai ini. :)  

Read More

Pengalaman Pertama Mas Amay Cabut Gigi Susu

Sunday, August 5, 2018

Bulan Ramadhan yang lalu, kami dikejutkan dengan tumbuhnya gigi Mas Amay. Seharusnya ini menjadi sebuah berita gembira, karena di usia Amay yang sudah 7 tahun, gigi susunya masih utuh, sementara teman-temannya banyak yang telah memiliki gigi baru. Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah, tumbuhnya gigi baru ini mendahului tanggalnya gigi lama. Jadi, iya giginya "kesundulan". 

Tahu ada calon gigi yang menyembul di gusi Mas Amay, Mama Papa langsung bingung. "Haduh, harus ke dokter nih, giginya harus dicabut segera. Kalau nggak, giginya bisa tumpang tindih nanti," kata Papa.

Si bocah, demi mendengar kata "dokter", nyalinya langsung mengkeret. Ya sudah, Mama Papa menunggu sampai Mas Amay benar-benar berani. Kan nggak lucu kalau pas di tempat praktik doi nangis-nangis... Ya to

Waktu berlalu, sampai kami harus mudik ke Purworejo. Mama mencari tahu dokter gigi yang ramah anak di Purworejo. Beberapa teman merekomendasikan dokter langganan mereka. Tapi, lagi-lagi Mas Amay belum siap. Dia masih takut, padahal berkali-kali Mama meyakinkan bahwa cabut gigi itu nggak sakit.

Sementara Mas Amay masih ragu-ragu untuk cabut gigi, kami sudah harus kembali lagi ke Solo. Yaah, akhirnya di kota ini jua lah kami harus mencari dokter gigi yang sesuai dengan keinginan kami. Kami mencari beberapa referensi dokter gigi di Solo, tapi ujung-ujungnya, yang kami datangi adalah dokter gigi yang berpraktik tak jauh dari rumah kami.

Siapakah dokter pilihan kami itu? Dokter Gigi Diana Rahmawati namanya.

Kami mendatangi tempat praktik beliau sejak pukul 5 sore. Tapi karena kami mendapat nomor antrian ke-12, sementara yang sudah ditangani baru 1 orang, maka kami memutuskan untuk pulang, dan kembali ke sana setelah maghrib.

Dan ketika tiba saatnya... Nama Amay dipanggil...

Kami memasuki ruangan, dan Mas Amay diminta berbaring. Wajahnya terlihat tegang. Meski begitu, ia mengaku sudah tidak takut lagi, karena ia sudah percaya dengan perkataan Mama, bahwa cabut gigi tidak sakit. 

muka tegang sebelum cabut gigi

Sambil menunggu Bu Dokter siap-siap, kami menggoda Mas Amay untuk mencairkan suasana. 




Yak, dan Bu Dokter pun beraksi...

cabut gigi tidak sakit :)

cabut gigi tidak sakit :)

Selesaaaiiii...

Mas Amay diminta untuk menggigit kapas, dan baru boleh dibuang setelah 15 menit. Kata Bu Dokter, "Habis ini maem es krim ya..." Wah, seneng banget dia.

dokter gigi Diana Rahmawati, dokter gigi yang ramah anak

Untuk cabut gigi, biaya yang harus kami keluarkan adalah sebesar Rp 30.000,-. Tapi tenang, bisa pakai BPJS juga koq. Kami sempat tanya-tanya juga berapa biaya untuk scaling gigi (membersihkan karang gigi)? Dan biayanya nggak sampai 200 ribu lho...

Alhamdulillah, kami sudah menemukan dokter gigi idaman. Insya Allah nggak pindah kemana-mana lagi lah. Tahu nggak? Mas Amay sudah nggak sabar untuk cabut gigi lagi. Kebetulan gigi seri bagian atasnya sudah goyang.

Duh, setelah tahu kalau cabut gigi itu nggak sakit, Mas Amay malah jadi ketagihan. Hahaha... 

dokter gigi Diana Rahmawati, dokter gigi recommended di Gedongan, Colomadu, Karanganyar

Dokter Gigi Diana Rahmawati berpraktik di Gedongan (jalan samping Arista Onion Trans ke utara sekitar 50 meter, kiri jalan), setiap hari Senin - Jumat, mulai pukul 16:30 - 20:00 WIB. Beliau masih relatif muda, sangat ramah, gaul juga. Duh pokoknya asik deh. Kami merekomendasikan beliau sebagai dokter gigi terbaik di Colomadu. Jadi, untuk teman-teman di Solo yang ingin cabut gigi, membuat gigi palsu, scaling gigi, apapun itu, ke dokter Diana Rahmawati saja.☺❤
Read More