Cara Asyik Belajar Berhitung

Monday, December 16, 2019

Cara Asyik Belajar Berhitung
Cara Asyik Belajar Berhitung

Katanya, anak-anak seharusnya tidak diperkenalkan dengan calistung atau membaca, menulis, dan berhitung terlalu dini. Alasannya karena dunia anak adalah dunia bermain. Padahal, sembari bermain pun anak-anak bisa belajar berhitung, menulis, dan membaca, lho! Ssstt, Mama Kepiting punya tips asyik belajar berhitung nih. Kebetulan, Adek Aga lagi semangat-semangatnya belajar berhitung. Jadi, Mama harus pinter-pinter cari cara agar belajar berhitung tidak lagi membosankan.

Yang Pertama: Mengenalkan Angka Lewat Buku

Adek Aga punya satu buku kesukaan, yaitu Tall Book 123 Pertamaku. Lewat buku ini, dia mengenal angka untuk pertama kalinya. Di luar sana ada banyak sekali buku sejenis, yang seringnya berjudul "My First Number". Buku-buku itu tentu sangat menarik bagi anak-anak karena berisi gambar-gambar aneka binatang atau benda-benda kesayangan. 

Oya, aksi Adek Aga saat belajar berhitung dengan tall book, sempat Mama rekam di sini:




Nah, kalau buku di atas cocok untuk anak-anak usia pra sekolah, Mama Kepiting punya referensi buku belajar berhitung lainnya, nih! Ini cocok untuk anak-anak kelas 1 SD atau bisa juga kelas TK B, ya, Ma... Judulnya adalah "Beri Aku Dua Maka Kau Takkan Kumakan!" Buku ini merupakan buku terjemahan terbitan PT Gramedia Pustaka Utama. Judul aslinya adalah "Give Me Two And I Won't Eat You!" dan diproduksi di Korea oleh GreatBooks.

Buku "Beri Aku Dua Maka Kau Takkan Kumakan!" ini berkisah tentang seorang laki-laki bernama Tteokbo yang ingin belajar cara membuat kue moci. Saat membaca buku ini, anak-anak diajak untuk berhitung dan tanpa sadar belajar juga tentang deret bilangan, sembari menjadi saksi perjuangan Tteokbo dalam menemukan resep kue moci yang lezat. Seru kan?

Cara Asyik Belajar Berhitung
Buku "Beri Aku Dua Maka Kau Takkan Kumakan!", Buku Asyik untuk Belajar Berhitung

Belajar berhitung ternyata bisa semenyenangkan itu. :)

Yang Kedua: Belajar Berhitung Sambil Bernyanyi

Berhitung sambil bernyanyi juga tak kalah asyik. Bernyanyi memang bisa mempengaruhi suasana hati. Dan berhitung sambil bernyanyi, selain akan membuat suasana semakin ceria, ternyata juga bisa lebih meningkatkan konsentrasi. Mama bisa membuat sendiri nadanya atau mengikuti nada di lagu Satu Ditambah Satu, tinggal kita modifikasi saja angka-angkanya. 

Namun, jangan lupa untuk ajarkan konsep berhitung yang tepat, ya, Ma. Dengan memahami konsep penjumlahan dan pengurangan atau perkalian dan pembagian, diharapkan anak-anak mengerti dari mana sebuah hasil hitungan didapatkan, jadi bukan hanya sekadar hafalan.

Yang Ketiga: Belajar Berhitung dengan Contoh yang Konkrit atau Nyata

Masa kecil Mama Kepiting dulu, belajar berhitung bisa dilakukan dengan bermacam-macam media. Potongan lidi, potongan sedotan, biji sawo, bahkan batu sekalipun. Belajar berhitung juga tidak hanya bisa dilakukan di sekolah, saat bermain bersama teman-teman pun bisa. Contoh permainan yang memerlukan keterampilan berhitung adalah bermain dakon/congklak, bermain ular tangga, atau bermain monopoli. 

Untuk anak-anak pra sekolah, konsep berhitung juga bisa diperkenalkan sembari melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya,
1. Saat memakai baju, kita ajak anak-anak untuk menghitung kancingnya.
2. Saat menyiapkan makan untuk anggota keluarga, anak-anak bisa kita minta untuk mengambilkan beberapa buah sendok.
3. Saat memotong apel, kita bisa mengenalkan konsep pembagian atau pecahan. "Apelnya kita bagi dua, yaa.. Mama setengah, Adek setengah," dan lain sebagainya. Sekreatifnya Mama. Jadi ibu memang harus kreatif, bukan?

Yang pasti, agar anak-anak tidak tertekan saat belajar berhitung, kita tidak boleh memaksa anak-anak  untuk belajar berhitung terlalu cepat. Ingat Ma, yang cepat belum tentu tepat. Jadi, ajarkan sesuai dengan tahap perkembangan dan tahap belajarnya. Baiklah, itu dia Cara Asyik Belajar Berhitung ala Mama Kepiting. Semoga bermanfaat ya, Ma... :)


Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Pemuda dan Sebuah Apel; Sebuah Kisah tentang Pentingnya Mencari Ridho Allah dan Ridho Manusia

Saturday, December 7, 2019


Kisah seorang pemuda dan sebuah apel
Kisah tentang seorang pemuda dan sebuah apel

Terinspirasi oleh tulisan Mbak Widut tentang merenungi konsep kerja yang halal dan thayyib, saya jadi teringat dengan sebuah kisah di tahun 2011 atau 2012. Memang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, melainkan lebih ke makanan yang kita konsumsi. Namun, benang merahnya sama, halal dan thayyib.

Jadi, sekitar tahun 2011/2012, seorang tetangga datang ke rumah kami dan beliau meminta ridho atas semua makanan yang telah beliau ambil dari kebun kami. Dengan mata berkaca-kaca beliau bercerita ketika anak-anak beliau masih kecil, terkadang beliau harus mencari makanan seperti umbi-umbian yang biasanya tumbuh secara liar di kebun-kebun. Nah, hari itu beliau meminta keridhaan kami sebagai anak cucu Uti, agar makanan yang telah beliau makan ketika itu berstatus halal.

Oya, fyi, usia beliau mungkin sepantaran dengan almarhumah Uti.

Saya yang mendengar pengakuan dan permintaan maaf beliau tentu merasa terharu dan sedih sekaligus. Terharu karena, Ya Allah, kami ridho... Timbang gembili atau uwi doang atau apalah itu, ya kan? Sedihnya pun bukan karena makanan, tapi karena jadi bertanya-tanya, apa beliau sudah merasa waktunya sudah dekat? Dan memang, tak lama setelah itu beliau berpulang. Allahummaghfirlaha warhamha wa'aafihi wa'fu'anha.

Ingat kisah itu, jadi ingat juga kisah seorang pemuda dan sebuah apel yang saya baca di republika.co.id. Kisah ini juga diceritakan oleh guru tahsin saya beberapa waktu lalu.

Alkisah, di masa akhir era Tabi'in, hidup seorang pemuda dari kalangan biasa, tetapi memiliki kesalehan yang luar biasa. Pemuda itu bernama Tsabit bin Zutho. Saat itu ia sedang berjalan di pinggiran Kota Kufah, Irak. Karena kelelahan, ia beristirahat di tepi sungai yang jernih. Tiba-tiba, sebuah apel segar tampak hanyut di sungai itu.

Dalam kondisi lapar, Tsabit pun memungut apel tersebut dan menggigitnya. Baru sedikit menikmati apel merah dan manis itu, Tsabit tersentak. Milik siapa apel ini? Bisiknya dalam hati. Meski menemukannya di jalanan, Tsabit merasa bersalah karena telah memakan apel tanpa seizin pemiliknya.

"Bagaimana aku bisa memakan sesuatu yang bukan milikku?" kata Tsabit menyesal.
Ia kemudian menyusuri sungai, mencari pemilik buah apel ini untuk meminta keridhaan-nya atas apel yang sudah digigitnya itu. Cukup jauh Tsabit menyusuri aliran sungai itu, hingga ia melihat sebuah kebun apel. Tsabit segera mencari pemilik kebun itu, tetapi ternyata yang ia temui adalah penjaga kebun.

"Saya bukan pemilik kebun ini. Rumah pemilik kebun ini cukup jauh, sekitar lima mil dari sini," kata sang penjaga kebun.

Walaupun harus menempuh jarak yang cukup jauh, Tsabit tak putus asa. Ini semua demi mencari keridhaan pemilik apel yang telah ia makan.

Akhirnya, ia sampai di sebuah rumah dengan perasaan gelisah. Apakah si pemilik kebun akan memaafkannya? Tsabit merasa takut sang pemilik tak meridhoi apelnya yang telah jatuh ke sungai itu, digigit olehnya.

Tsabit mengetuk pintu, lalu mengucapkan salam. Seorang pria tua, sang pemilik kebun apel, membuka pintu itu.

Tsabit berkata, "Wahai hamba Allah, saya datang ke sini karena saya telah menemukan sebuah apel dari kebun Anda di tepi sungai, kemudian saya memakannya. Saya datang untuk meminta kerelaan Anda atas apel ini. Apakah Anda meridhoinya? Saya telah menggigitnya dan ini yang tersisa." Ujar Tsabit sambil menunjukkan apel yang telah digigitnya.

Tanpa diduga, sang pemilik kebun berkata, "Tidak, saya tidak merelakannya, Nak."

Tsabit penasaran, mengapa sang pemilik kebun enggan merelakan sebutir apelnya? Toh, apel itu telah jatuh dan hanyut ke sungai.

"Saya tidak memaafkanmu, demi Allah, kecuali jika engkau mau memenuhi persyaratanku." Lanjut sang pemilik kebun.

"Persyaratan apa itu?" tanya Tsabit harap-harap cemas.

"Kau harus menikahi putriku. Putriku itu buta, tuli, bisu, dan lumpuh. Tak mampu berjalan, apalagi berdiri. Kalau kau mau menerimanya, maka saya akan memaafkanmu, Nak." Jawab sang pemilik kebun.

Husnudzon pada ketetapan Allah
Husnudzon pada setiap ketetapan Allah

Tsabit terperanjat. Sebegitu besarkah kesalahannya sehingga ia harus menerima hukuman dengan menikahi seorang wanita yang cacat? Namun, Tsabit menerima syarat tersebut karena ia tak ingin berdosa telah mengambil hak yang bukan miliknya.

"Datanglah ba'da Isya untuk bertemu dengan istrimu," kata pemilik kebun.

Malam hari usai salat Isya, Tsabit pun menemui istrinya yang cacat. Dengan langkah yang berat, ia masuk ke kamar pengantin wanita. Hatinya dipenuhi dengan pergolakan yang luar biasa, tetapi pemuda itu tetap bertekad untuk memenuhi syarat sang pemilik apel.

Namun, betapa terkejutnya Tsabit ketika berhadapan dengan wanita yang merupakan istrinya tersebut. Ia bahkan mengira telah salah masuk kamar, karena wanita yang seharusnya merupakan istrinya adalah wanita yang buta, tuli, bisu, dan lumpuh.

Tsabit bertanya pada wanita di hadapannya, apakah ia benar putri sang pemilik kebun?

Mendapati suaminya mempertanyakan dirinya seolah tak percaya, wanita itu bertanya, "Apa yang dikatakan ayah tentang aku?"

"Ayahmu berkata bahwa engkau adalah seorang gadis buta," kata Tsabit.

"Demi Allah, ayahku berkata jujur. Aku buta karena aku tidak pernah melihat sesuatu yang dimurkai Allah," jawab wanita itu.

"Ayahmu juga berkata bahwa kamu bisu," ujar Tsabit, masih dipenuhi rasa heran.

"Iya benar, aku tidak pernah mengucapkan satu kalimat pun yang membuat Allah murka," jawab wanita yang telah menjadi istrinya itu.

"Tapi, ayahmu mengatakan bahwa kamu bisu dan tuli." Kata Tsabit lagi.

"Ayahku benar. Demi Allah, aku tidak pernah mendengar satu kalimat pun kecuali di dalamnya terdapat ridho Allah."

"Tapi, ayahmu juga mengatakan bahwa kamu lumpuh."

"Ya, Ayahku benar dan tidak berdusta. Aku tidak pernah melangkahkan kakiku ke tempat yang Allah murkai."

Tsabit begitu terpesona pada istrinya yang tak hanya cantik jelita tetapi juga shalihah itu. Ia pun mengucap syukur.

Ternyata, sesuatu yang sebelumnya dia anggap sebagai hukuman, justru menjadi sebuah nikmat yang tiada terkira. Benar janji Allah, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Sang pemilik kebun yang seolah "kejam" itu ternyata kagum dengan sifat kehati-hatian Tsabit dalam memakan sesuatu hingga jelas kehalalannya. Melihat kegigihan dan kesalehan Tsabit, ia pun berkeinginan untuk menjadikannya menantu dengan menikahkannya pada putrinya yang shalihah.

Dari pernikahan tersebut, lahirlah seorang ulama shalih mujadid yang sangat terkenal yakni Nu'man bin Tsabit atau yang lebih dikenal dengan Al Imam Abu Hanifah. Bersama istri yang shalihah, Tsabit mendidik putranya menjadi salah satu imam besar dari empat mazhab.


Ya, itulah kisah tentang kejujuran seorang pemuda dan sebuah apel. Semoga kita bisa mengambil pelajaran, yaa... 



Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Wishlist Mama: Mesin Cuci yang Bagus, Awet dan Hemat Listrik

Thursday, November 21, 2019


Di Solo, bulan November ini setidaknya hujan deras sudah datang empat-lima kali. Alhamdulillah, debu-debu tidak beterbangan lagi. Namun, seperti umumnya permasalahan di musim hujan, yang sering menjadi keluhan adalah soal cucian. Tidak hanya menjadi semakin banyak dan semakin susah dibersihkan, entah karena kehujanan atau karena terkena cipratan genangan di jalanan, tapi juga karena cucian tak kunjung kering. Huhu, Mama jadi pengen beli mesin cuci yang bagus, awet, sekaligus hemat listrik.

FYI, selama ini Mama masih pakai mesin cuci manual buatan Tuhan. Apa itu? Tangan. Hihi... Jangan diketawain, yaa.. Hare gene, nyuci masih pakai tangan? Eits, jangan salah. Kelebihan mencuci pakai tangan, selain bisa lebih bersih, juga lebih hemat listrik. Xixi... Kelemahannya tentu saja selain capek dan menghabiskan banyak waktu, di musim hujan seperti sekarang ini, cucian juga jadi lama keringnya.

Makanya, Mama mulai cari-cari mesin cuci deh. Tapi, yang Mama butuhkan adalah mesin cuci yang ngga cuma muter-muter doang sementara hasilnya kurang memuaskan. Maklum, Mama terbiasa memakai sikat ketika mencuci, supaya hasilnya benar-benar bersih.

Nah, kira-kira, mesin cuci yang seperti apa yang cocok untuk Mama, ya? Mesin cuci dua tabung, front loading atau top loading? Mama sih sudah merangkum kelebihan dan kekurangan antara mesin cuci dua tabung, top loading dan front loading ini.

Mesin cuci dua tabung

mesin cuci yang bagus, awet, dan hemat listrik
mesin cuci 2 tabung, sumber: news.ralali.com

Kelebihan:
1. Harga relatif lebih murah
Jika mesin cuci dengan 1 tabung harganya mulai dari 3 jutaan rupiah, harga mesin cuci 2 tabung dipatok dengan harga jauh di bawahnya, yaitu sekitar Rp 1.000.000.
2. Lebih hemat listrik
Mesin cuci 2 tabung adalah mesin cuci yang dioperasikan secara semi otomatis, artinya sistem pengoperasiannya masih membutuhkan bantuan tenaga manusia secara manual, sehingga daya yang dibutuhkan dalam penggunaannya jauh lebih kecil.
3. Resiko kerusakan lebih kecil
Pada mesin cuci 1 tabung, apabila terjadi kerusakan, otomatis akan mengganggu kinerja seluruh mesin cucinya. Sedangkan pada mesin cuci 2 tabung, kerusakan pada 1 tabung tidak akan mempengaruhi kinerja tabung lainnya.
4. Biaya perawatan dan perbaikan lebih murah
Mesin cuci 2 tabung memiliki desain yang lebih sederhana dan memiliki resiko kerusakan yang lebih kecil. Sparepart-nya juga lebih mudah didapatkan. Maka jelas, biaya perawatan dan perbaikannya pun lebih murah dibandingkan mesin cuci 1 tabung.

Kekurangan:
1. Seperti dijelaskan di atas, mesin cuci 2 tabung dioperasikan secara semi otomatis. Kita masih perlu memindahkan sendiri pakaian dari satu tabung ke tabung lainnya. Jadi, bisa dibilang, menggunakan mesin cuci 2 tabung sedikit kurang praktis. Kalau kata orang Jawa, mindo gaweni alias kerja dua kali.
2. Tingkat kekeringan pakaian hanya 70%.
3. Membutuhkan volume air yang cukup banyak.

Mesin cuci top loading

mesin cuci yang bagus, awet, dan hemat listrik
mesin cuci top loading, sumber: lazada

Kelebihan:
1. Penggunaan daya listrik lebih rendah dibandingkan mesin cuci front loading.
2. Praktis. Mesin cuci ini akan bekerja secara otomatis mulai dari mengisi air, mencuci, membilas, hingga memeras cucian.

Kekurangan:
1. Tingkat kekeringan pakaian hanya 70%.
2. Membutuhkan volume air yang cukup banyak.

Mesin cuci front loading

mesin cuci yang bagus, awet, dan hemat listrik
mesin cuci front loading, sumber; kompasiana

Kelebihan:
1. Pencucian dan pengeringan lebih efektif dengan tingkat kekeringan hingga 90%.
2. Resiko kerusakan pada pakaian paling minim. Mesin cuci front load dilengkapi dengan program-program khusus untuk mencuci berbagai jenis bahan pakaian. Pengaturan program meliputi suhu air yang digunakan, lama perendaman, kekuatan putaran tabung dan lain sebagainya.
3. Hemat penggunaan air. Mesin cuci jenis ini didesain untuk mengoptimalkan volume air yang digunakan pada setiap siklus pencucian.
4. Praktis. mesin cuci ini akan bekerja secara otomatis, mulai dari mengisi air, mencuci, membilas, hingga memeras cucian.

Kekurangan:
1. Harganya relatif mahal
2. Penggunaan daya listrik lebih tinggi. Jadi, meski kita bisa menghemat penggunaan air, tapi kita boros di penggunaan listriknya.

Sekarang, setelah tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis, saatnya menentukan mesin cuci yang paling cocok untuk Mama. Bismillah, semoga ada rezeki untuk memilikinya. Aamiinkan dong, Ma. :)

Oya, kalau Mama, pakai mesin cuci yang seperti apa nih? Sharing dong di komentar. :)




Ditulis dengan Cinta,
Mama
Read More

Adab Bertamu dan Memuliakan Tamu

Saturday, November 16, 2019


Kemarin, pulang sekolah Mas Amay langsung cerita. "Tadi di sekolah Mas Amay ngafalin hadits memuliakan tamu. Gini, 'Barangsiapa yang beriman kepada Allah, hendaklah ia memuliakan tamunya'."
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/107372/adab-adab-dalam-menerima-tamu
Konten adalah milik dan hak cipta www.islam.nu.or.id
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/107372/adab-adab-dalam-menerima-tamu
Konten adalah milik dan hak cipta www.islam.nu.or.id
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/107372/adab-adab-dalam-menerima-tamu
Konten adalah milik dan hak cipta www.islam.nu.or.id

Mama jadi ingat almarhumah Uti. Setiap kali ada tamu, Uti selalu menyambut tamunya dengan senyuman terbaik. Kalau tamunya menginap, Uti selalu siapkan masakan terenak. 'Diada-adain' pokoknya. Jujur saja, Mama belum bisa meneladani apa yang Uti contohkan, tapi Mama selalu berusaha melakukan yang terbaik yang bisa Mama lakukan.


Adab Ketika Bertamu dan Ketika Menerima Tamu


Selain menjamu dengan jamuan terbaik, ada banyak lagi adab memuliakan tamu yang harus kita tahu. Di antaranya adalah:

1. Menyambut tamu dengan senyuman yang tulus dan selalu menampakkan wajah yang gembira. Ada pepatah yang mengatakan bahwa, 'Menunjukkan wajah yang riang gembira lebih baik dari memberi suguhan (tanpa disertai wajah gembira)'.

2. Meminta tamu untuk tetap memakai alas kaki.

3. Menampakkan kondisi serba cukup.

4. Tidak mengeluh tentang waktu kehadiran mereka.

5. Mengajak ngobrol tentang hal-hal yang disukai tamu.

6. Tidak membicarakan tentang sesuatu yang membuat mereka takut.

7. Tidak marah kepada siapapun agar tamu tetap merasa nyaman di rumah kita.

8. Tidak tidur sebelum mereka beristirahat.

9. Menunjukkan kesedihan ketika tamu berpamitan.

10. Memberikan oleh-oleh atau buah tangan kepada tamu.

11. Tidak menunggu orang yang akan datang ketika masih ada tamu.

Wah, ternyata hal-hal kecil semacam meminta mereka tetap memakai alas kaki, atau tidak tidur sebelum mereka beristirahat, adalah bagian dari adab menerima tamu. Adab-adab di atas, apabila kita terapkan saat menerima tamu, insya Allah akan membuat tamu merasa nyaman dan tidak kapok berkunjung ke tempat kita. :)

Baik, itu tentang Adab Memuliakan Tamu. Sekarang, bagaimana bila kita menjadi tamu? Apa saja Adab Bertamu yang harus kita pegang?

1. Memperhatikan waktu kedatangan. Sebaiknya tidak bertamu di 3 waktu istirahat, yaitu; sebelum shubuh, setelah dzuhur dan setelah isya' (maksudnya adalah di malam yang terlalu larut).

2. Meminta izin untuk masuk maksimal tiga kali. Ketika mengetuk pintu pun, kita dianjurkan untuk mengetuknya dengan lembut.

"Kami di masa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan kuku-kuku." (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod bab Mengetuk Pintu)

3. Posisi berdiri tidak menghadap pintu masuk. Ini dimaksudkan agar apa yang ada di dalam rumah tidak terlihat langsung oleh tamu sebelum mereka diizinkan masuk.

"Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamu'alaikum ... assalamu'alaikum ..." (HR. Abu Dawud)

4. Tidak mengintip. Jika menghadap pintu saja tidak diperbolehkan, apalagi mengintip?  Ini sering dilakukan ketika kita penasaran, apakah tuan rumah ada di dalam. Namun, harus diingat bahwa hal ini sama sekali tidak sopan. Rasulullah pun bersabda, "Andaikan ada orang menengokmu di rumah tanpa izin, kalian melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu." (HR. Bukhari Kitabul Isti'dzan)

5. Menjawab pertanyaan dengan jelas. Jika tuan rumah bertanya, "siapa?", jangan jawab dengan "saya", tapi sebut nama dengan jelas, dan jelaskan juga maksud dan tujuan kedatangan kita.

6. Duduk di tempat yang sudah disediakan. Jangan melirik-lirik ke tempat makanan, juga ke arah tempat keluarnya perempuan.

7. Tidak makan/minum sebelum dipersilakan. Ingat ya, Mas Amay dan Adek Aga, tidak sopan jika sedang bertamu, kalian merengek-rengek meminta makanan.

8. Hendaknya mendoakan orang yang telah memberi suguhan makanan, setelah mencicipi makanan tersebut, dengan doa sbb:

اَللّهُـمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي, وَاْسقِ مَنْ سَقَانِي

"Ya Allah, berikanlah makanan kepada orang yang telah memberikan makanan kepadaku dan berikanlah minuman kepada orang yang telah memberikan minuman kepadaku." (HR. Muslim)

اَللّهُـمَّ اغْـفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَبَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ

"Ya Allah, ampuni dosa mereka dan kasihanilah mereka serta berkahilah rezeki mereka." (HR. Muslim)

9. Sebaiknya tidak memberatkan tuan rumah.

10. Dianjurkan untuk membawa buah tangan.

11. Setelah urusan selesai, hendaklah seorang tamu segera pulang dengan lapang dada dan memaafkan kekurangan tuan rumah.

Nah, jadi tidaklah beradab ketika seseorang seusai bertamu, kemudian menceritakan kekurangan sang tuan rumah kepada orang lain.

Mama jadi teringat dengan sebuah nasihat;

Adab ketika bertamu
Adab Bertamu

Ya, masuklah ke rumah orang lain dalam keadaan buta dan keluarlah dalam keadaan bisu. Ini adalah sebuah perumpamaan, bahwa sebaiknya kekurangan-kekurangan yang tuan rumah miliki, tak perlu orang lain ketahui. Nah, apalagi sampai dibuat status di media sosial. Tak elok.


Setelah mengetahui Adab Bertamu dan Adab Memuliakan Tamu, semoga kita dapat mempraktikkan adab ini dengan baik. Karena ilmu tanpa adab, adalah sia-sia.

Wallahu a'lam bish-showab.


Ditulis dengan Cinta, Mama






Sumber Referensi:
1. https://islam.nu.or.id/post/read/107372/adab-adab-dalam-menerima-tamu

2. https://kitchenuhmaykoosib.com/adab-bertamu/

3. https://muslim.or.id/1546-adab-bertamu-dan-memuliakan-tamu.html


Read More

Sebuah Cita-cita; Menjadi Ibu yang Dirindukan

Wednesday, November 13, 2019

Menjadi Ibu yang Dirindukan

Hari Sabtu lalu, parenting bulanan kelas-nya Adek Aga (Ibnu Katsir) menghadirkan seorang ustadzah yang juga merupakan praktisi pendidikan di SIT Nur Hidayah, Surakarta. Beliau adalah Ustadzah Fika Yudhi Hidayati, S.I.Kom. Dalam kesempatan tersebut, Ustadzah Fika mengangkat sebuah tema, yaitu "Kiat Menjadi Ibu yang Dirindukan." Tak hanya dirindukan oleh anak-anak, tetapi juga dirindukan oleh surga. Masya Allah.

"Menjadi Ibu yang Dirindukan", tentu adalah cita-cita semua ibu di dunia. Namun, layaknya sebuah cita-cita pada umumnya, tentu tak mudah dalam meraihnya. Mama pernah menulis sebuah status di facebook, jauh sebelum Mama memiliki Mas Amay dan Adek Aga. Dan entah, apakah Mama bisa mewujudkannya, sedangkan Mama adalah ibu yang galak. Hiks...


Mama bukan tidak pernah berusaha untuk menjadi lebih sabar, tapi memang sulit sekali menahan amarah itu.

Oya, kembali ke materi parenting, yaa.. Ustadzah Fika memberikan beberapa kiat, bagaimana agar anak-anak bisa tumbuh menjadi investasi kita di akhirat.

1. Didiklah anak kita, sebagaimana cara Rasulullah dalam mendidik. Hidupkan sunnah dari hal-hal terkecil. Tanamkan adab sejak kecil, misal; adab masuk kamar mandi, adab sebelum tidur, adab berbiacara dengan orang tua, dll.


2. Berikan teladan. Al ummu madrosatul uula, seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Untuk itu, berikan contoh yang baik pada mereka. Seperti bunyi sebuah peribahasa, "Monkey see, Monkey do. Children see, Children do," anak akan melakukan apa yang dilihatnya.

3. Perbaiki hubungan dengan Allah. Usahakan rutin melakukan qiyamul lail, perbanyak tilawah Qur'an, dan sholat tepat waktu. Kita dekati Allah, kita mintakan penjagaan terbaik dari-Nya untuk anak-anak kita. 

Nah, untuk bisa menjalankan itu semua, seorang ibu harus memiliki jiwa yang positif. Untuk itu, ibu perlu asupan emosi positif, agar yang keluar darinya adalah jiwa yang positif pula. Asupan positif itu antara lain:
  1. Me Time. Tidak masalah pergi ke salon sesekali, karena biasanya, setelah memanjakan diri, badan jadi lebih fresh. Tapi me time dengan Allah SWT juga tak kalah pentingnya, agar jiwa tidak kosong.
  2. Couple Time. Biasanya, hal ini sulit dilakukan oleh pasangan yang memiliki anak yang masih kecil-kecil. Tapi couple time ini sebenarnya bisa dilakukan menjelang tidur, atau lebih populer dengan istilah pillow talk. Nah, ketika anak-anak sudah mulai sekolah, sebisa mungkin cari waktu agar bisa pergi berdua saja dengan pasangan.
  3. Family Time. Refreshing bersama keluarga itu penting. Lakukanlah, agar bonding dalam keluarga semakin erat.
  4. Social Time. Nah ini. Terlalu lama berkutat dengan pekerjaan rumah, bisa menimbulkan kejenuhan juga. Luangkanlah waktu untuk bertemu dengan teman-teman, sekaligus mencari udara segar. Mama pernah melakukannya. Bersama teman-teman berkumpul di Kedai Ibu by Mommilk Solo, sambil membawa Adek Aga yang masih batita.


Setelah keempat cara itu dilakukan, insya Allah kita akan memiliki jiwa yang positif, yang siap kita alirkan pada anak-anak di rumah. Bismillah ya, semoga kita bisa menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga, yang kelak ketika anak-anak dewasa, akan selalu dirindukan belaiannya, tutur katanya, dekapannya, tingkah lakunya, juga masakannya. Semangat memperbaiki diri ya, Ma, semoga Allah meridhoi setiap langkah kita. Aamiin YRA.. :)


Parenting Kelas Ibnu Katsir, TKIT Bina Madina



Ditulis dengan Cinta,
Mama


Read More