Pertolongan Pertama pada Demam Anak dengan Hansaplast Cooling Fever Disney

Friday, February 28, 2020

Hari Rabu kemarin, saya dihubungi ustadzahnya Aga. Kata beliau, Aga menangis dan mengeluh sakit perut. Saya sempat bingung, apa yang menyebabkan anak saya sakit? Karena jika diingat-ingat, sarapan paginya juga baik-baik saja. Tidak ada yang aneh.

Akhirnya, daripada cuma mengira-ngira dan jadi kepikiran, saya pun langsung bergegas menjemput Aga pulang.


Ketika saya jemput, Aga sedang dipangku oleh Ust Nur. Ust Nur juga sudah mengolesi perut Aga dengan minyak kayu putih. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena ustadzah di sekolah sangat care pada anak-anak.

Di perjalanan pulang naik motor, Aga pegangan ke perut saya. Saat itulah saya merasakan tangannya panas. "Ya Allah, jadi demam gini," batin saya. 😢

Namun, saya teringat dengan sebuah artikel yang pernah saya baca. Intinya adalah, jangan terlalu cepat menganggap demam sebagai musuh, dan jangan pula terburu-buru untuk mengobatinya, karena demam sejatinya merupakan suatu tanda bahwa sistem imun sedang bekerja untuk melawan infeksi virus, bakteri, jamur atau zat asing lain yang masuk ke dalam tubuh.

Pada saat demam, suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 38°C, dari suhu normal yang berkisar antara 36,1°C - 37,2°C. Dan biasanya sebagai ibu kita langsung gercep alias gerak cepat dengan memberikan obat penurun panas karena tidak tega melihat anak sakit dan tak seceria biasanya. Tidak salah, sih. Kita memang tidak boleh menyepelekan perubahan kondisi tubuh, ya kan? Apalagi pada anak-anak, yang terkadang masih bingung menjelaskan apa yang ia rasakan.

Nah, karena demam merupakan gejala dari suatu kondisi atau penyakit, maka pengobatannya perlu disesuaikan dengan penyebabnya. Penyebab demam sendiri sangat beragam, tergantung kondisi masing-masing penderita, misalnya; 
  1. Imunisasi. Ibu-ibu muda macam saya (uhuk), biasanya sudah "menyiapkan hati" menjelang jadwal imunisasi. Saat-saat imunisasi memang selalu menjadi momen harap-harap cemas. "Habis ini demam ngga ya?" Seperti itu. Tapi biasanya saat imunisasi, saya "dibekali" penurun demam oleh dokter atau bidan sih. 😊
  2. Infeksi virus dan bakteri, misalnya meningitis, tifus, disentri, cacar air, dan infeksi saluran kemih.
  3. Penyakit akibat gigitan nyamuk, seperti demam berdarah, malaria, dan chikungunya.
  4. Gangguan hormon, misalnya pada arthritis dan hipertiroidisme (kelenjar tiroid yang terlalu aktif).
  5. Demam karena efek samping dari jenis obat tertentu.
  6. Paparan sinar matahari langsung secara berlebihan.
  7. Keracunan makanan.
  8. Tumbuh gigi pada bayi.

Setelah penyebab demam diketahui, kita bisa menentukan bagaimana penanganan selanjutnya. Jika demam mengakibatkan situasi seperti; kesulitan bernapas, muntah-muntah, sakit perut, buang air besar berdarah, nyeri dada, sakit kepala parah, kenaikan suhu badan, atau menimbulkan perasaan gelisah atau bingung tanpa alasan, maka kita harus segera menghubungi dokter.

Jika kondisi tubuh anak masih memungkinkan untuk dirawat di rumah, yang ditandai dengan masih menanggapi ekspresi dan suara kita, masih responsif, masih minum banyak air dan masih bisa bermain, maka yang diperlukan antara lain;
1. Istirahat yang cukup
2. Gunakan pakaian yang tipis dan nyaman
3. Tinggal di ruangan dengan udara yang sejuk
4. Banyak minum air agar tidak dehidrasi
5. Kompres
6. Pemberian obat penurun demam




Untuk poin nomor 5, kebetulan Aga termasuk anak yang suka risih apabila dikompres dengan handuk yang diberi air. Alhamdulillah, zaman sekarang kita dipermudah dengan kehadiran Hansaplast Cooling Fever, yaitu kompres demam yang praktis, ngga gampang jatuh meski posisi tidur anak miring-miring atau tengkurap, tapi juga dapat memberikan sensasi sejuk di dahi. Ditambah lagi sekarang ada Hansaplast dengan karakter favoritnya Aga, yaitu Disney Frozen dan Marvel Avengers.

Melanjutkan cerita soal sakitnya Aga kemarin, setelah sampai rumah, saya pun menempelkan Hansaplast Cooling Fever ke dahinya. Kebetulan dia pilih karakter Disney Frozen, karena karakter Marvel Avengers-nya disayang-sayang. Save the best for the last pokoknya, xixixi... Kemudian, ia tidur. Bangun tidur, Aga merasa harus belajar karena dia pulang terlalu pagi, wkwkwk.. Ada-ada saja. 😂




Ya, karakter Disney Frozen dan Marvel Avengers pada Hansaplast Cooling Fever ini memang dapat mengalihkan perhatian Aga dari rasa tidak nyaman karena demam dan sekaligus membuatnya merasa sedang melawan demam dengan karakter favoritnya. Asik kan? 😄 Selain itu, aroma Peppermint dan Wintergreen Oil juga dapat menenangkan anak dan membuat anak merasa tidak sedang menggunakan obat.

Sekarang, pertolongan pertama pada demam udah #GakPakeDrama lagi sejak ada Hansaplast Cooling Fever Disney Frozen dan Marvel Avengers. Mama juga sebaiknya sedia Hansaplast Cooling Fever di rumah, karena sistem kekebalan tubuh anak-anak yang masih lemah, membuat mereka lebih berisiko mengalami demam.

Agar demam tak lagi datang, kita bisa melakukan pencegahan dengan menerapkan pola hidup bersih, seperti; membiasakan mencuci tangan setiap kali terpapar dengan benda atau lingkungan yang tidak steril, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, dan tidak saling meminjamkan peralatan makan dan minum. Semoga anak-anak kita senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan ya, Ma. Aamiin aamiin YRA. 😊

Omong-omong, beli Hansaplast Cooling Fever Disney-nya di mana? Di toko obat, apotek, insya Allah sudah ada. Di e-commerce seperti Lazada, Blibli, dan yang lainnya juga ada. Untuk informasi lebih lengkap, Mama bisa mengunjungi www.hansaplast.id atau melalui akun Instagram-nya di @hansaplast_id dan Facebook Fanpage @HansaplastID


Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Pelajaran Bahasa Jawa Lebih Susah dari Bahasa Inggris?

Thursday, February 20, 2020

Mama Kepiting lahir dan besar di Purworejo, kemudian saat ini tinggal di Solo. Sejak lahir sampai kini beranak-pinak, Mama tinggal di Jawa Tengah. Mas Amay dan Dek Aga pun lahir di Jawa Tengah. Namun, sebagai orang Jawa, sehari-hari kami malah menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan. Dipikir-pikir, kami ini sungguh keterlaluan.

Meski ayah mereka berdarah Sunda, tetapi memang tidak seharusnya kami melupakan bahasa ibu, yaitu Bahasa Jawa. Ya, memang Bahasa Jawa adalah bahasa yang sulit, bahkan lebih rumit dibandingkan Bahasa Inggris. Tapi hal itu tidak boleh dijadikan alasan untuk kami mengenyahkan Bahasa Jawa dari kehidupan sehari-hari. 

Maka dari itu, kami ingin memulai dari hal-hal sederhana. Seperti tadi pagi misalnya, Mama berbicara dengan Mas Amay menggunakan basa krama. Pelan-pelan, semoga lama-lama bisa menjadi kebiasaan.

Pasinaon Basa Jawa kelas 3 SD
Buku Aku Bisa Basa Jawa 3, sumber: togamas.com

Omong-omong soal Pelajaran Bahasa Jawa, beberapa waktu lalu Mama dibuat pusing dengan pelajaran Basa Jawa kelas 3 SD. Ya begitulah, PR-nya Mas Amay adalah PR Mama juga to? Karena mencari jawaban di Google pun tidak banyak membantu, akhirnya Mama bertanya pada teman-teman melalui status WhatsApp. 

Thanks to technology... Eh, lha malah nganggo Basa Inggris...

Lalu, apakah yang membuat kami pusing?

Ini lho, istilah dalam Bahasa Jawa yang tidak umum dipakai sehari-hari. Alhamdulillah, setelah tanya ke sana kemari, Mama pun memperoleh jawabannya. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah membantu. 😘

Dan inilah kosakata Bahasa Jawa beserta artinya;

1. Angungak tegese niliki (Indonesia: melongok)
2. Ngudi tegese golek
3. Tan tegese ora
4. Nate tegese tau (Indonesia: pernah)
5. Mayug-mayug tegese obah-obah arep rubuh mengarep (Indonesia: bergoyang-goyang seperti mau roboh)
6. Dikunjara tegese dikurung supaya ora bisa metu (Indonesia: dipenjara)
7. Toya tegese banyu, tirta
8. Jalmi tegese manungsa
9. Suku tegese sikil
10. Dahana tegese geni, agni
11. Renteng-renteng tegese jejer-jejer
12. Kendel tegese mandheg
13. Kusuma tegese kembang
14. Gembung tegese weteng utawa awak
15. Mijil tegese metu, medal

Itulah beberapa istilah dalam Bahasa Jawa beserta artinya. Semoga bermanfaat, yaa... Oya, Mama jadi terpikir untuk membuat label "Basa Jawa". Semoga nanti bisa rutin menulis tentang Basa Jawa, supaya bisa jadi tempat untuk belajar bersama.


Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Dongeng tentang Semut yang Pandai Berhemat

Thursday, February 13, 2020


Suatu hari di sebuah kerajaan, seorang Raja tengah menikmati santapannya di meja makan. Namun, sejurus kemudian dilihatnya seekor semut sedang berjalan sambil membawa remahan makanannya. Sesungguhnya ia tidak berkenan dengan perbuatan semut yang telah mengambil makanannya secara diam-diam itu. Namun, Raja adalah seorang yang bijaksana. Alih-alih marah, beliau malah menyapa si semut.

"Hai, semut." Sapa Sang Raja.

Semut yang terkejut, menjawab sapaan Raja dengan terbata-bata, "Pa ... Pa ... Paduka Raja."

"Apa yang sedang kamu bawa?" tanya Raja.

"Ampun, Paduka. Hamba telah lancang mengambil makanan Paduka." jawab semut.

"Kenapa kamu mengambil makananku?" 

"Ampun, Paduka. Hamba sudah berkeliling mencari makanan, tetapi hamba tidak menemukan apa-apa, sehingga hamba terpaksa mengambil makanan Paduka di meja." jawab semut lagi.

Raja yang mendengar pengakuan semut kemudian merasa iba, "Kasihan sekali semut ini," ujarnya dalam hati. Beliau juga menilai bahwa si semut memiliki sopan santun serta sifat yang jujur. Raja pun segera mencari cara agar semut tak lagi kekurangan makanan tanpa harus mengganggu kegiatan makannya di meja makan.

Raja kemudian bertanya kembali pada semut,  "Semut, berapa banyak makanan yang kamu butuhkan dalam satu tahun?"

Semut menjawab, "Sepotong roti, Paduka."

"Kalau begitu, maukah kau kuberi sepotong roti untuk kebutuhan makanmu selama setahun, tetapi selama itu pula kau harus tinggal di dalam sebuah bejana?" 

"Hamba bersedia, Paduka." Jawab semut, patuh.

Raja pun mengambil sebuah bejana, kemudian menaruh sepotong roti di dalamnya. "Apakah ini cukup, semut?"

"Lebih dari cukup, Paduka." Jawab semut lagi. Ah, semut memang sangat pandai bersyukur.

Setelah itu, Raja memasukkan semut ke dalam bejana tersebut, kemudian menutupnya. Sebelumnya, Raja berjanji pada semut bahwa beliau akan datang kembali satu tahun yang akan datang. Kini, semut telah berada bersama rezekinya selama satu tahun.

Dongeng Raja dan Semut
Dongeng Semut yang Pandai Berhemat

Satu tahun kemudian, Raja menepati janjinya. Beliau membuka tutup bejana untuk memeriksa keadaan semut. Namun, betapa terkejutnya beliau ketika melihat semut masih menyisakan separuh potongan roti. Beliau kemudian bertanya pada semut,

"Semut, mengapa kamu masih menyisakan rotimu? Bukankah dulu kamu bilang kamu membutuhkan sepotong roti untuk satu tahun?"

Semut menjawab, "Ampun, Paduka, selama satu tahun ini hamba memang hanya memakan separuh potong roti. Separuhnya lagi hamba sisakan untuk berjaga-jaga seandainya Paduka lupa membuka tutup bejana ini."

Raja takjub mendengar penjelasan semut. Lihat, semut saja pandai berhemat, pandai mengatur kebutuhan hidup. Manusia seharusnya bisa meneladani sikap semut dalam mengelola rezeki dari Yang Maha Kaya.

Pesan untuk Mas dan Adek:
Rezeki dari Allah selalu cukup untuk hidup, tapi tak akan pernah cukup untuk menuruti gaya hidup. Hidup itu murah, gengsilah yang membuatnya mahal.


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Tips Berhijab untuk Wajah Lonjong

Friday, February 7, 2020

Jadi perempuan memang terkadang ribet ya, Ma... Hijab untuk wajah lonjong, bulat, atau kotak saja dipikirkan dan dipertimbangkan. Dan ya, masing-masing membutuhkan sentuhan tersendiri, agar tampilan kita jadi enak dipandang.

Untuk Mama-Mama yang berhijab, model hijab yang kita kenakan sebaiknya disesuaikan dengan bentuk wajah kita, karena dengan model hijab yang tepat, penampilan kita akan jadi lebih menarik, dan hal ini tentu berpengaruh juga pada kepercayaan diri. Untuk Mama yang memiliki wajah lonjong, Mama bisa menerapkan tips berhijab untuk wajah lonjong berikut ini:

1. Gunakan ciput atau inner hijab yang bisa menutupi sebagian dahi. Dengan tertutupnya sebagian dahi, wajah tak lagi terkesan lonjong dan akan terlihat lebih padat dan proporsional. Ciput atau inner hijab yang sangat pas digunakan untuk wajah lonjong adalah model bandana seperti foto di bawah ini.

Tips berhijab untuk wajah lonjong
Inner Hijab yang menutupi dahi untuk wajah lonjong, pict source: beautynesia.id

2. Gunakan hijab yang berbahan tebal. Hijab yang berbahan tebal dapat menambah kesan berisi pada wajah. Oya, Mama juga bisa memilih hijab yang bermotif supaya wajah terlihat lebih padat.

Tips berhijab untuk wajah lonjong
bahan hijab yang tepat untuk wajah lonjong, pict source: brilio.net

3. Gunakan hijab dengan model layer atau berlapis. Tujuan memberi aksen layer pada hijab adalah untuk menyeimbangkan tatanan wajah agar terlihat lebih bervolume atau berisi pada wajah lonjong. Saat membentuk layer, usahakan agar lipatan membentuk gelombang untuk memberikan kesan berisi pada sisi kanan dan kiri wajah. 

Tips berhijab untuk wajah lonjong
hijab untuk wajah lonjong, pict source: hijab.dream.co.id

4. Jangan menggunakan cepol, jangan pula mengikat rambut terlalu tinggi, karena hal ini akan membuat wajah terkesan semakin lonjong. Kalau rambut Mama panjang dan menghasilkan ikatan yang besar, letakkan ikatan di belakang kepala dan jangan melebihi tinggi kepala.

5. Hindari penggunaan hijab yang terlalu mancung, karena hijab dengan model ini justru akan membuat wajah semakin terkesan kecil dan memanjang.

6. Hindari penggunaan anting-anting hijab. Ya, meski anting-anting hijab sedang menjadi salah satu trend hijab akhir-akhir ini, tetapi anting-anting hijab tidak cocok untuk Mama yang berwajah lonjong, karena benda ini akan semakin mempertegas bentuk wajah yang panjang.

7. Pilih warna hijab yang sesuai dengan warna kulit. Pemilihan warna memang menjadi faktor penting dalam memilih jilbab. Salah pilih warna bisa bikin wajah terlihat kusam, lho, Ma!

Untuk poin nomor 7, ini dia tips memilih warna hijab yang sesuai dengan warna kulit:

* Untuk Mama yang memiliki kulit putih, Mama bisa menggunakan hijab dengan berbagai warna. Namun, sebaiknya hindari warna-warna nude untuk hijab yang Mama kenakan, karena warna nude akan membuat kulit putih terlihat pucat. 

* Jika Mama memiliki kulit kuning langsat, maka warna yang harus dihindari adalah warna-warna yang memiliki tone keemasan, seperti; caramel, gold, coklat, juga orange. Warna-warna ini akan memberikan kesan kusam pada kulit kuning langsat.

* Mama yang memiliki kulit sawo matang, sebaiknya gunakan hijab dengan warna-warna pastel, karena warna dengan tone lembut seperti ini akan membuat kulit terlihat lebih cerah. Hindari penggunaan hijab dengan warna coklat karena bisa membuat kulit terlihat kusam.

* Untuk Mama yang berkulit gelap, jangan minder, Ma. Kulit berwarna gelap justru lebih menguntungkan dibandingkan kulit dengan warna medium seperti kuning langsat dan sawo matang, karena dengan kulit gelap, semua warna bisa Mama kenakan.

Baiklah, itu dia tips berhijab untuk wajah lonjong, plus tips memilih warna hijab yang sesuai dengan warna kulit. Mama bisa terapkan tips di atas saat belanja nanti, supaya tidak salah dalam memilih model hijab. Apalagi beberapa bulan lagi insya Allah kita akan merayakan lebaran, ya kan? Oya, belanjanya dari sekarang saja, Ma, supaya nanti saat Ramadhan kita bisa beribadah dengan tenang, dan ngga repot mikir baju lebaran lagi. Xixixi...


Read More

Bagaimana Cara Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak?

Tuesday, January 14, 2020

Halo, Ma ... Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah Generasi X, Generasi Y, Generasi Z, sampai Generasi Alpha, kan? Namun, sudah pahamkah kita dengan istilah ini? Salah satu generasi tersebut konon lebih tertarik untuk bermain gadget dibandingkan melakukan aktivitas lainnya. Generasi yang manakah itu? Dan bagaimana pula cara menghentikan kecanduan gadget pada anak? Simak terus tulisan Mama Kepiting, yaa ...

Tips Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak
Cara Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak

Sebelum ke mana-mana, kita kenali dulu yuk, pengelompokan generasi berdasarkan tahun kelahiran ini.

1. Tradisionalis
Generasi Tradisionalis adalah generasi yang terlahir di antara tahun 1922-1945. Meski jarang disebut, tapi kita harus berterima kasih pada generasi ini, karena sebagian besar dari mereka merupakan veteran yang berjiwa patriotisme tinggi. Mereka merupakan saksi sejarah peristiwa besar di muka bumi.

Ya, terlahir di masa Perang Dunia II yang juga disebut zaman "The Great Depression", nenek moyang kita harus hidup dengan kondisi serba kekurangan. Namun, karena tempaan hidup inilah, kemampuan mereka dalam memimpin di dunia kerja pun tidak perlu diragukan lagi.

2. Baby Boomers
Baby Boomers adalah generasi yang terlahir di tahun 1946-1964. Ya, mungkin orang tua kita termasuk di dalamnya. Generasi ini terlahir di era pemulihan pasca perang. Di masa ini, orang-orang sudah mulai memikirkan karir atau pekerjaan, karena keamanan hidup tak lagi terancam.

3. Generasi X
Untuk Generasi X atau generasi yang terlahir di tahun 1965-1980, kehidupan antara pekerjaan, pribadi dan keluarga sudah jauh lebih seimbang. Generasi ini juga sudah mengenal komputer dan video game versi sederhana.

4. Generasi Y
Generasi Y disebut juga dengan Generasi Milenial, dan terlahir di antara tahun 1981 - 1994. Bisa dibilang, generasi ini pembawaannya lebih santai dibanding generasi sebelumnya. Namun, meski terkesan cuma kebanyakan senang-senang, dari generasi ini bisa terlahir bermacam-macam startup, lho. Wehehe, jadi bangga deh ...

5. Generasi Z
Sering disingkat Gen Z, generasi yang terlahir antara tahun 1995 - 2010 ini dikenal tak bisa lepas dari gadget dan aktivitas media sosial. Namun, jangan negative thinking dulu, karena banyak dari mereka yang menggunakan media sosial ini untuk mencari rezeki. Lihat deh, selebgram-selebgram atau YouTubers itu mayoritas merupakan Gen Z, bukan?

6. Generasi Alpha
Nah, ini yang akan kita bahas. Generasi yang terlahir setelah tahun 2010, disebut dengan Generasi Alpha. Bisa dibilang, begitu brojol, generasi ini langsung mengenal gadget. Bagaimana kehidupan mereka di masa yang akan datang, tentu tergantung orang dewasa yang ada di sekitar mereka. Karena Generasi Alpha tertua masih berumur 9 tahun, yang mana masih usia anak-anak.

Meski Generasi Alpha adalah generasi yang paling akrab dengan gadget, tegakah kita membiarkan mereka tergantung dengan alat ini? Sementara kita tahu, di samping manfaat dan kemudahan yang ditawarkan alat ini, ada pula dampak buruk yang menyertai. Tak hanya berpengaruh pada fisik (kesehatan anak, seperti pada mata dan tulang / postur tubuh), tetapi juga pada jiwa anak.


Maka dari itu, yuk, sebelum terlambat, kita sama-sama berusaha agar anak-anak kita bisa menggunakan gadget dengan bijak. Mama Kepiting sudah merangkum beberapa tips yang bisa Mama coba.

1. Batasi penggunaan

Kelihatannya mudah ya, "cuma" ngasih batasan waktu saja? Hmm, jangan salah, Ma! Kadang sebagai orang tua, rasa ngga tegaan kita lebih besar. Kita sering kalah dengan tangisan atau ngambek-nya anak-anak. Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena Mama Kepiting dulu seperti itu, Ma. LoL.

"Udah lah, daripada nangis melulu, kasih aja tambahan waktu." 
"Gapapa deh, biar anteng. Mama masih sibuk soalnya."

Jangan begitu ya, Ma! Sekali kita lembek, anak-anak akan tahu kelemahan kita.

Screen Time yang disarankan untuk anak-anak
Screen Time yang disarankan untuk anak-anak

Dan, yuk, kita patuhi screen time yang disarankan oleh The American Academy of Pediatrics (2013) dan Canadian Paediatric Society (2010), yaitu;
- Anak-anak < 2 tahun, tidak dianjurkan untuk mengakses segala jenis gadget sendirian
- Anak-anak 2-4 tahun hanya diperkenankan mengakses gadget maksimal 1 jam per hari
- Anak-anak > 5 tahun hanya diperbolehkan mengakses gadget maksimal 2 jam per hari

2. Perbanyak aktivitas anak

Terkadang, seperti orang dewasa, anak-anak juga "ngga tau mau ngapain". Akhirnya, karena mungkin orang tuanya pegang gadget, anak-anak juga ingin melakukan hal yang sama.

"Koq Mama sama Papa asyik banget sih? Aku pengen juga deh..." Semacam itu.

Maka, lebih baik jika kita membuat anak-anak sibuk. Ikutkan ekstra kurikuler di sekolah, misalnya. Atau ajak anak untuk mengikuti kelas musik, olahraga, atau apapun yang ia suka, tentu selain bermain gadget. Kegiatan seperti ini juga sekaligus mengajarkan anak untuk bersosialisasi dan memperluas pergaulan.

3. Berikan mainan pengganti yang tak kalah menarik

Tentu kita tahu, secara naluriah, anak-anak menyukai mainan. Namun, terkadang kita suka memaksakan kegiatan bermain sambil belajar. Betul tidak?

Beli mainan, yang dibeli mainan edukatif melulu. Xixixi... Balok lah, puzzle angka lah. Wkwkwk... Tidak salah, Ma, tapi alangkah lebih membahagiakan bagi anak jika mereka bisa bebas bermain tanpa harus ada embel-embel belajar. Plis atuh, di sekolah mereka sudah belajar, masa bermain saja harus sambil belajar juga?

Dan sesungguhnya, di dalam setiap kegiatan yang anak-anak kita lakukan, sebenarnya ada pelajaran yang bisa dipetik juga, to? Misalnya, ketika ia bermain sepeda, ia juga sedang melatih konsentrasi dan kekuatan otot kaki. Dan lain sebagainya.

Omong-omong, ini pengalaman baru kami, yaa... Beberapa waktu lalu kami baru saja membelikan Mas Amay sepeda, menggantikan sepeda kecilnya yang sudah rusak. Sekarang, setiap pulang sekolah, Mas Amay langsung mengambil sepedanya. Dia sama sekali tidak mengingat game di komputer. Saya pun sudah tidak perlu susah-susah lagi mengingatkannya untuk berhenti bermain game. Bahkan di hari Sabtu dan Minggu pun, ia hanya menyentuh komputer selama beberapa menit saja. Padahal, ia hanya boleh bermain game di weekend saja.

Luar biasa, ya? Selama ini kami sudah susah payah mengatur waktu bermain game, sampai kadang harus marah-marah juga ketika Mas Amay tidak ingat waktu, tapi ternyata "cuma" sepeda jawabannya. LoL.


4. Temani mereka bermain

Membeli aneka mainan tentu membuat anak-anak bahagia. Namun, ingat-ingat deh, Ma. Bagaimana rasanya ketika kita kecil dulu orang tua kita ikut bermain dengan kita? Double bahagia kan?

Saya ingeeett banget waktu ibu saya dulu ikut main bola bekel bareng saya dan teman-teman. Rasanya luar biasa dan ngga akan pernah saya lupa. Jadi, mulai sekarang, luangkan waktu untuk bermain atau berkegiatan dengan anak-anak yuk, Ma!

Mama bisa berkreasi membuat mainan dari magnet, misalnya. Atau mengajak mereka membuat cemilan kesukaan seperti; Pisang Pasir atau Puding Puyo?

5. Berikan contoh yang baik

Kekuatan kata akan kalah dengan kekuatan keteladanan. Betul, Ma? Jadi, jika kita ingin anak-anak tumbuh dengan baik, berikan teladan yang baik pula. :)

~~~

Nah, itu dia 5 tips yang sudah saya lakukan untuk mengurangi kecanduan gadget pada anak. Jika masih belum berhasil, Mama bisa minta bantuan pada ahli. Atau, bisa juga kita meminta bantuan pada guru atau orang yang disegani oleh anak kita. Terkadang memang ada anak yang lebih patuh pada guru dibanding pada orang tua, bukan? Bismillah ya, Ma...



Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More