Membuat Es Lumut Bersama Anak (Bonus Ide-ide Wirausaha)

Saturday, November 5, 2022

 

Memasak adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk menguatkan bonding antara ibu dengan anak yang sudah beranjak gede. Kegiatan ini juga bisa jadi sarana untuk anak belajar bagaimana bekerja sama dalam tim. Anak jadi belajar untuk mendengarkan dan didengarkan, juga memimpin dan dipimpin.

Dulu saat pandemi dan semua anak #BelajarDariRumah saya sering memasak bersama anak-anak. Biasanya kami membuat cemilan bersama-sama, untuk dinikmati bersama-sama pula. Kegiatan ini sangat seru, meski agak riweuh. Hihi...

Baca: School From Home, Mas Amay Membuat Pisang Geprek

Kegiatan yang bisa menguatkan bonding dengan anak
 

Nah, sekarang, setelah anak-anak kembali sekolah offline, kegiatan ini jadi semakin jarang kami lakukan, karena anak-anak sekolah sampai sore. Di hari Sabtu / Minggu, anak-anak masih ada kegiatan ekstrakurikuler, dan terkadang kami ada acara ke luar kota juga. 

Namun, alhamdulillah, hari ini kami bisa memasak bersama lagi. Masaknya yang simpel, tapi anak-anak suka. Mumpung hari ini cukup panas, jadi kami memutuskan untuk membuat Es Lumut.

Bahan-bahan untuk Membuat Es Lumut

Bahannya gampang, bisa didapatkan di minimarket terdekat. Apa saja bahan untuk membuat es lumut?

  • Nutrijel kelapa
  • Susu evaporasi
  • SKM
  • Pasta strawberry
  • Satu lagi, es batu

bahan membuat es lumut

Langkah membuat Es Lumut:

1. Masak nutrijel, beri 1 sdt pasta strawberry

2. Setelah mendidih, masukkan jelly ke dalam es batu sambil terus diaduk. Ini akan membuat jelly hancur, dan saat diminum terasa seperti "lumut". 

3. Tambahkan susu evaporasi dan SKM sesuai selera

4. Selesai

Catatan: Video pembuatannya sudah saya unggah di isntagram @arinta.adiningtyas

Ide jualan di bulan ramadhan

Es lumut ini bisa jadi ide untuk kegiatan wirausaha anak-anak di sekolah atau jadi ide jualan untuk bulan ramadhan nanti. 

Oiya, omong-omong soal kegiatan wirausaha (market day), beberapa hari lalu Mas Amay dan teman-teman sekelasnya juga belajar berwirausaha. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok itu diminta untuk membuat satu produk makanan, lalu menjualnya di sekolah. 

Nah, kelompok Mas Amay yang beranggotakan 5 orang anak, membuat martabak mini. Dengan modal sekitar 18 ribu rupiah, martabak mini yang dihasilkan adalah sebanyak 22 pcs. Martabak mini itu dijual Rp 1.500,- per piece. Jadi, keuntungan yang didapat adalah Rp 15.000,00. Dari keuntungan ini, anak-anak mendapatkan masing-masing sebesar Rp 3.000,00. Alhamdulillah.

kegiatan wirausaha di sekolah

Kegiatan wirausaha ini sangat seru, dan kata Bu Guru, alhamdulillah semuda dagangan habis dalam waktu kurang dari 30 menit. 😍

Nah, selain membuat es lumut dan martabak mini, ada beberapa makanan lain yang bisa dijual saat kegiatan wirausaha anak-anak di sekolah. Misalnya, risoles mayones, pisang karamel, brownies, jus, dll.

Ide makanan untuk dijual saat kegiatan wirausaha

Ide jualan untuk anak-anak


Nah, Ma, kalau ada waktu luang, kita masak dengan anak-anak, yuk! Dengan kegiatan sederhana ini, kita bisa menguatkan bonding dengan anak, anak bisa belajar bekerja sama, dan selain itu kita bisa jadikan masakan itu sebagai ide berwirausaha. Selamat memasak bareng anak! 😊



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Langkah Membangun Bonding dengan Anak yang Sudah Beranjak Gede

Saturday, October 29, 2022

 

Mama yang memiliki ABG, tentu paham ya, betapa mendampingi anak yang sudah beranjak gede itu cukup challenging. Di usia ini, anak-anak sudah mulai merasa ngga terlalu membutuhkan orang tua. Sulung saya, jangankan diajak berfoto bersama, diajak jalan-jalan aja mager (males gerak, pen). Maunya menyendiri.

Nah, minggu lalu, kami sekeluarga pergi ke Jogja karena ada beberapa acara keluarga. Kami menginap di rumah salah satu sahabat di Jogja bagian atas. Karena momennya sangat santai, maka hari itu saya jadikan sebagai waktu untuk memperkuat bonding dengan anak-anak, terutama dengan si sulung yang sudah menginjak usia pra remaja. 

Meski sebenarnya membangun bonding dengan anak tidak perlu menunggu waktu liburan, tetapi karena di hari biasa kami berkutat dengan kesibukan masing-masing, jadi waktu liburan ini menjadi sangat berharga. Kami berjalan-jalan santai ke sungai, bahkan sempat membuat reels instagram bersama. Seru!


Video reels di atas juga bisa dilihat di instagram saya: @arinta.adiningtyas

Pertanyaannya, kok tumben Mas Amay mau ya? Hihi, iya, alhamdulillah banget dia mau. Mungkin karena lagu dan filternya juga lucu. Oiya, untuk filter ini, saya persilakan Mas Amay untuk memilih sendiri yang mana yang dia suka. Mama ngikut aja, walaupun agak geli juga. Haha...

Oiya, sebenarnya bonding antara orang tua dengan anak itu, maksudnya bagaimana sih?

Bonding adalah sebuah ikatan emosional yang terjadi antara orang tua dengan anak. Hubungan ini tercipta melalui pola pengasuhan yang membangun ikatan antara satu dengan yang lain.

Manfaat bonding ini banyak sekali loh. Bahkan, tidak hanya mempengaruhi kecerdasan anak, tapi bonding dengan anak juga berpengaruh pada kesehatan fisik dan mentalnya. Beberapa manfaat bonding dengan anak, antara lain:

1. Bisa meningkatkan imunitas

Bagaimana ikatan emosional antara orang tua dengan anak bisa meningkatkan imunitas? Jadi, menurut penelitian, anak yang merasa secure (merasa aman) terhadap orang tuanya, cenderung memiliki kesehatan mental yang baik. 

Bagaimana kondisi dan suasana hati kita, ternyata berpengaruh pada fisiologi sistem saraf dan kekebalan. Tidak perlu jauh-jauh, kita lihat saja pada diri sendiri. Saat mengalami stres, biasanya imunitas menurun, penyakit juga akan lebih mudah datang. 

Nah, pada anak-anak pun begitu. Anak yang merasa aman, nyaman di dekat orang tuanya, mendapat dukungan penuh dari keluarga, merasa diakui keberadaannya, akan tumbuh dengan perasaan bahagia, dan dengan begitu, kondisi imun tubuhnya pun akan lebih baik. 

2. Anak akan lebih pandai mengatasi masalah

Anak yang secure terhadap orang tuanya, akan memiliki kepercayaan diri karena paham value dirinya. Hal ini juga akan mempengaruhi kecakapannya dalam memecahkan masalah yang ia temui di kemudian hari. Anak akan memiliki emosi positif yang lebih sering, menjadi lebih kreatif, mampu berinisiatif, lebih peka dengan lingkungannya, bahkan memiliki kemampuan untuk memimpin.

3. Anak akan lebih berprestasi

Bonding dengan orang tua, ternyata juga dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah. Anak yang dekat dengan orang tuanya biasanya lebih memiliki motivasi untuk belajar. Apalagi jika orang tua, terutama ibu, berperan dalam menjadi sekolah pertama untuk anak. 

Lebih dari itu, bonding yang kuat antara orang tua dan anak akan membentuk keluarga yang saling menyayangi. Tentu ini menjadi impian kita bersama ya, Ma... Untuk itu, mari kita mulai kuatkan perasaan itu, Ma... 

Langkah-Langkah yang Bisa Dilakukan untuk Membangun Bonding dengan Anak


Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk memperkuat bonding antara orang tua dengan anak, (di artikel ini, saya akan mengkhususkan untuk anak yang sudah beranjak remaja) di antaranya;

1. Sering-sering Mengobrol

Meskipun di usia ini anak-anak lebih suka menghabiskan waktunya dengan menyendiri, tapi sebenarnya mereka tetap ingin tahu apakah orang tuanya peduli dengan kehidupan mereka atau tidak. Karenanya, percakapan yang intens bersama anak remaja tetap perlu dilakukan sesering mungkin, agar anak tahu bahwa kehidupan mereka tetap berarti untuk kita.

2. Belajar untuk Mendengarkan

Bagaimana respon kita saat mengobrol dengan anak-anak, akan mempengaruhi antusiasme mereka saat bercerita. Meski faktanya cukup sulit mengendalikan diri untuk tidak berkomentar atau untuk tidak membenarkan pendapat mereka (yang menurut kita mungkin kurang tepat), tapi ingat, saat ini yang lebih penting adalah bagaimana mempertahankan komunikasi yang terbuka. Daripada besok-besok anak kita kapok dan ngga mau cerita lagi, ya kan, Ma?

3. Habiskan Waktu Bersama

Semakin anak-anak bertambah usia, semakin berkurang waktu untuk bersama mereka. Mereka sudah semakin sibuk dengan tugas-tugasnya, bahkan kadang, di rumah cuma untuk istirahat dan tidur saja. Jadi, saat semua memiliki waktu luang, maksimalkan kesempatan itu. Ngga harus dengan jalan-jalan atau liburan, bahkan bersih-bersih rumah atau menonton film bersama di rumah pun bisa memperkuat ikatan. 

Baca juga: Jenis Olahraga yang Bisa Menguatkan Bonding Antara Orang Tua dan Anak

4. Terlibat dalam Studi, Aktivitas, dan Pertemanan Anak-anak

Walau antar jemput sekolah itu kadang melelahkan, apalagi jika sekolahnya jauh dan mesti menembus kemacetan, tapi demi anak, lakukanlah. Kadang, di perjalanan itu kita justru punya aneka macam bahan obrolan. 

Saya termasuk salah satu Mama yang senang mendampingi anak-anak berkegiatan di sekolah. Saat ekstra kurikuler misalnya, terkadang saya menunggui mereka.

Langkah Membangun Bonding dengan Anak Remaja

Dengan teman baik anak-anak pun saya berusaha mengenal. Oiya, si sulung punya 4 orang sahabat laki-laki. Mas Amay dan keempat sahabatnya kami namai Pandawa Lima. Saking dekatnya, bahkan saat khitan pun mereka khitan di tempat yang sama, dengan waktu yang berdekatan (bisa dibilang berbarengan, hanya dibedakan saja jadwalnya karena pandemi tidak memperkenankan kita bergerombol).

Baca cerita khitannya di sini: Pengalaman Mengkhitankan Mas Amay di Solo Khitan Center

5. Percayai Anak, Hargai Pendapatnya, dan Jadi Support System Untuknya

Agar sebuah hubungan bisa terjalin dengan baik, masing-masing pihak harus saling mempercayai satu sama lain. Rasa saling percaya tak hanya diperlukan dalam hubungan suami istri, antara orang tua dengan anak pun begitu. 

Memang butuh waktu ya, Ma... Saya pun masih belajar untuk ini, karena kadang di hati saya masih tebersit keraguan terhadapnya. Entah itu tentang kemampuannya, entah itu tentang pilihan-pilihannya. Namun, saya sadar, saya harus melatih tumbuhnya rasa percaya itu. Karena ketika anak merasa dipercaya, anak akan merasa dihargai, kepercayaandirinya akan tumbuh, dan ia pun akan belajar bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. 

~

Saat anak-anak kecil, waktu terasa lambat berjalan. Namun, seiring dengan bertambahnya usia mereka, seiring dengan tumbuhnya kemandirian di diri mereka, kita akan menyadari betapa waktu seolah berlari. Untuk itu, Ma, selagi ada banyak waktu untuk bersama, habiskan dengan saling menyayangi, karena waktu tak akan pernah kembali.


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Yang Dikenang Anak tentang Ibunya

Friday, October 21, 2022

Tidak ada seorang pun bisa benar-benar siap menghadapi kehilangan. Bahkan jika kehilangan itu sudah diawali dengan aneka pertanda. Begitupun saya ketika ditinggal oleh ibu untuk selamanya, meski beliau sudah menderita sakit sejak lama. 

Sering, rasa rindu itu tiba-tiba memenuhi dada. Yang membuatnya terasa sakit adalah karena entah kapan rasa ini bisa menemukan penawarnya. Tak ada yang tahu kapan hari pertemuan itu akan tiba.

17 Oktober yang lalu, genap 14 tahun saya ditinggalkan ibu. Sebenarnya tidak ada niat untuk menulis tentang ibu saat ini, tetapi karena suatu hari si bungsu mengeluhkan celana sekolahnya yang sobek, ingatan saya kembali ke masa kecil dulu. Benar-benar ya, perkara celana sobek saja bisa memantik kenangan.

Kenangan tentang Ibu

 

Dari apa yang beliau lakukan untuk suami dan anak-anaknya, di benak saya tertanam kenangan tentang ibu, yang seperti ini...

1. Ibu pandai menjahit

Bisa dibilang, kebanyakan baju-baju saya adalah hasil karya beliau. Kalau saya lebih suka memermak pakaian yang sobek di tukang jahit keliling, ibu tidak begitu. Baginya, seribu - dua ribu adalah lembaran berharga. Kenapa harus mengeluarkan uang untuk sesuatu yang bisa dikerjakan sendiri? Pakaian utuh saja bisa dibuatnya, apatah lagi cuma memperbaiki kerusakan kecil? Tentu ini urusan sepele.

Berbeda dengan saya. Jika sesuatu bisa dikerjakan orang lain, kenapa harus saya? Hehehe... dasar pemalas!

Tapi kemarin, karena tukang jahit langganan tidak muncul, akhirnya saya pun menjahit sendiri celana Aga yang sobek itu. Terpaksa. Namun, hal inilah yang justru membangkitkan ingatan ini. 

2. Ibu pandai memasak

Beberapa waktu terakhir, saya, bapak, dan adik, sering membahas tentang pernikahan. Ini karena adik saya memang sudah cukup umur untuk menikah. Calon, insya Allah sudah ada, tapi kapan waktunya, kami sendiri belum tahu.

Nah, berkaitan dengan pernikahan, hal yang cukup penting untuk dipikirkan adalah mengenai hidangan. Apakah akan dikonsep seperti adat Solo, yaitu "piring terbang", atau ingin lebih simpel yakni prasmanan?

Ah, ternyata mau menikah saja serumit ini ya? Hihi... Kalau ada ibu, pasti sudah beres semua. 😔

Omong-omong soal pernikahan, dulu semasa sehatnya, ibu sering dimintai tolong untuk memasak oleh tetangga yang sedang punya hajat. Ini karena ibu pandai memasak. Di saat seperti itu, ibu akan pulang ke rumah saat sudah larut malam, dan berangkat ke tempat hajat pagi-pagi sekali keesokan harinya. Kurang tidur, itu sudah pasti. Tapi, ibu adalah orang yang kuat menahan kantuk, jadi, begadang adalah hal yang biasa untuk beliau. Sungguh beda sekali dengan anaknya yang ini.

3. Ibu bisa memotong rambut

Waktu kecil dulu, saya jarang sekali pergi ke salon. Untuk memotong rambut, cukup pergi ke "Salon Ibu". Model rambutnya seperti apa, tentu suka-suka ibu saja. Tapi, ibu suka sekali membuatkan saya poni. Menurut beliau, poni adalah tanda bahwa saya masih anak-anak. Seolah-olah, anak-anak memang harus punya poni.

Saya sih nurut saja lah. 😁

4. Ibu sangat rajin

Ibu itu, bangun paling pagi dan tidur paling malam. Kalau ibu sehat, rumah rapi dan bersih, makanan banyak, bak cucian juga bersih semua. Tapi kalau ibu sakit, bahkan jendela kamarnya saja tidak dibuka. 😥

Ada masa-masa di mana saya selalu takut kalau pergi sekolah. Saya takut tiba-tiba dijemput karena ibu meninggal. 

Ada masa-masa di mana saya selalu mengawasi perutnya saat tidur. Apakah masih bergerak naik turun?

Ya, kemudian tibalah hari itu. Hari di mana saya sudah merantau jauh, jauh dari ibu. Lalu, di suatu siang telepon berdering, mengabarkan bahwa ibu sudah kembali ke pangkuan Illahi. Walau saya sudah terbiasa melihat ibu terbaring lemah, tapi saya tak pernah siap ditinggalkan ibu secepat itu. 

Dan bahkan setelah 14 tahun lewat, duka itu masih menyayat. Kini cuma doa yang bisa saya hadiahkan untuk beliau. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima seluruh amal baiknya, menerangkan jalannya, melapangkan kuburnya, mengharamkan neraka untuknya, dan kelak mempertemukan kami di jannah-Nya. Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin...

Bicara tentang kenangan, kira-kira, akan dikenang seperti apakah saya kelak di mata Mas Amay dan Adek Aga?

 


Ditulis dengan Cinta, Arinta

Read More

Perubahan dan Perkembangan pada Anak Laki-laki 11 Tahun

Sunday, October 16, 2022

 

 "Mas Amay kan bukan bocil lagi."

Protes si sulung, waktu saya memintanya memakai minyak telon selepas mandi. 

Apa? Minyak telon?

Hehe, iyaa... Saya suka dengan wangi minyak telon, jadi saya sering mengoleskannya ke tubuh anak-anak setiap mereka selesai mandi. 

Tapi Mas Amay sudah 11 tahun. Masa masih pakai minyak telon? 

Itulah... Di mata saya, dia masih bayi kecil yang belum ngerti apa-apa. Padahal, di usianya yang sudah masuk kategori "teenager" ini, tentu sudah banyak sekali perubahan dan perkembangan yang menunjukkan bahwa ia bukan anak kecil lagi.

Milestone Anak Laki-laki 11 Tahun


Milestone anak laki-laki 11 tahun

Anak laki-laki dan anak perempuan, memiliki tahapan perkembangan yang berbeda. Mengutip theasianparent.com, di dalam rahim, anak laki-laki mengalami lonjakan testosteron yang dapat membuat otak mereka berkembang secara berbeda dari otak anak perempuan. Nah, menurut penelitian, semakin tinggi hormon testosteron yang terekspos pada bayi laki-laki di kandungan, maka semakin besar pula kemungkinan mereka untuk menjadi anak yang impulsif. Faktor inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab perbedaan perkembangan pada anak laki-laki dan perempuan.

Perbedaan perkembangan ini terjadi sejak bayi, bahkan sampai anak menginjak masa remaja. Maka tak heran jika anak perempuan biasanya akan mengalami pubertas lebih awal dibandingkan anak laki-laki.

Namun, kali ini kita tidak akan membahas tentang perbedaan-perbedaan itu, Ma... Di artikel ini kita akan fokus pada perkembangan anak laki-laki di usia 11 tahun. So, inilah yang terjadi dan apa saja yang bisa kita lakukan untuk bisa membantu mereka tetap pada jalurnya.

Perkembangan Bahasa

Di usia 11 tahun kebanyakan anak laki-laki akan mengalami penambahan kosakata yang cukup banyak. Nah, di sini kita mesti hati-hati, Ma, karena lingkungan pergaulan juga akan mempengaruhi gaya bahasa mereka. 

Beberapa waktu lalu, ada masalah yang terjadi di kelas anak saya. Ada anak-anak yang senang berbicara kotor, bahkan beberapa di antaranya adalah anak perempuan. Kata-kata kotor ini terdengar oleh salah satu orang tua murid, dan singkat cerita terjadilah perdebatan panjang antara orang tua murid ini dengan orang tua si anak yang berbicara kotor itu.

Bagi beliau (orang tua yang anaknya sering berbicara kotor), ketika anak bicara kotor dengan temannya, artinya dia sudah menemukan circle pertemanan yang nyaman. 

Tepok jidat!

Tentu saja, sebagai ibu, saya tidak ingin anak saya ikut-ikutan dan menormalisasi kata-kata kotor dan kasar seperti itu. Saya dan suami pun berdiskusi dengan Mas Amay soal ini, dan alhamdulillah kami sepaham bahwa berkata kasar itu tidak baik. Suami juga menyampaikan bahwa kita dinilai dari perkataan dan perbuatan yang kita lakukan. Sehingga, penting bagi kita untuk menjaga ucapan dan perilaku.

Kebiasaan berkata kotor, bisa saja terbawa hingga dewasa. Saya tidak ingin itu terjadi. Lagipula, dalam Islam pun kita diperintahkan untuk berkata yang baik-baik, atau diam. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda,

"Bukanlah seorang Mukmin itu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang melaknat, bukan pula seorang yang keji dan kotor ucapannya." (HR. Bukhari)


Baca : Ketika Anak Berbicara Kasar


Hadits larangan berkata kotor


Perkembangan Fisik

Usia 11 tahun. Pubertas atau masa akil balig sudah dekat, atau bahkan sudah dimulai. Anak-anak kita mungkin ada yang sudah mengalami perubahan fisik, seperti perubahan bentuk suara, tumbuhnya rambut kumis atau jambang, pundak dan dada yang terlihat bidang, dll.

Nah, sebagai orang tua, kita bisa melakukan beberapa hal ini untuk mendukung fisik mereka, Ma;

  1. Sediakan makanan sehat di rumah, dan usahakan untuk sesering mungkin makan bersama anak-anak di rumah. Nikmati sebanyak mungkin momen bersama mereka, karena masa ini tidak akan terulang. (Duh, nulis begini aja udah mellow)
  2. Pastikan mereka punya waktu tidur yang cukup
  3. Dukung mereka untuk melakukan olahraga yang disukai. Anak-anak saya kebetulan mengikuti ekstrakurikuler Tapak Suci di sekolah. Meski di mata kita, kegiatan mereka saja sudah cukup melelahkan, tapi ternyata ekskul ini adalah "hiburan" bagi mereka. Olahraga memang menguras energi secara fisik, tapi jika anak-anak menyukainya, ini jadi semacam sarana untuk me-refresh otak.


Baca Juga: Kiat Mempersiapkan Anak Menghadapi Masa Balig Menurut Ajaran Islam

Perkembangan Sosial

Di usia 11 tahun, anak laki-laki mungkin akan lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Sebagai orang tua, yang bisa kita lakukan antara lain:

  1. Bangun harga diri anak. Tekanan dari teman sebaya mungkin akan meningkat mulai usia ini. Anak yang sudah memahami dirinya dengan baik, paham bahwa diri mereka berharga, insya Allah akan dapat melalui masa ini dengan baik pula.
  2. Jelaskan tentang bahaya merokok, alkohol, dan penggunaan obat-obat terlarang. Ajarkan cara menolak ajakan teman yang meminta mereka untuk "icip-icip". Di sini, peran Ayah juga sangat penting ya, Ma...
  3. Bicara tentang "seks", bukan hal yang tabu lho... Daripada mereka tau dari teman-temannya, lebih baik mereka tau dari orang tuanya, bukan?
  4. Pantau keamanan online. Anak-anak jaman now sudah semakin pintar, Ma... Ada beberapa yang sudah membuat password untuk handphone mereka sendiri. Jadi, orang tua harus lebih cerdik, ya...


Baca: Ternyata Begini Rasanya Mengasuh Anak Pra-Remaja

Perkembangan Emosi

Usia 11 tahun termasuk usia peralihan antara masa anak-anak menuju masa remaja. Biasanya, anak-anak ini punya keinginan untuk lebih cepat dewasa. Tapi, apakah mereka sudah benar-benar siap memikul aneka tanggung jawab?

Kita para orang tua yang sudah sampai di usia ini, sudah paham bahwa jadi orang dewasa ternyata banyak menanggung beban tidak mudah. Tapi, dalam perspektif anak-anak, jadi orang dewasa itu lebih menyenangkan, karena dianggap lebih bebas dan punya kendali atas diri sendiri.

Nah, di sinilah orang tua perlu nge-spill, apa saja sih yang harus ditanggung oleh orang dewasa? 

  1. Di pikiran anak, jadi dewasa itu enak, karena bisa punya uang dan mengatur semua semaunya. Jadi, orang tua perlu memberi penjelasan bahwa menjadi orang dewasa tidak selalu berhasil. Ada banyak kegagalan yang pernah kita lewati. Jelaskan pula tentang risiko dan tanggung jawab, juga bagaimana kita menghadapi kegagalan itu. 
  2. Di usia ini, anak mungkin akan mulai mengalami stres, entah karena tugas sekolah yang menumpuk, atau karena hubungannya dengan teman-teman. Nah, kita perlu memberi contoh yang baik, bagaimana cara meredakan stres, agar anak dapat menirunya. 
  3. Anak umur 11 tahun, biasanya akan lebih senang mengobrol dengan teman-temannya, dan akan semakin jarang bercengkerama dengan orang tuanya. Tidak apa-apa, Ma, memang seperti inilah masanya. Namun, mari, sebisa mungkin ajak anak-anak untuk mengobrol tentang apa saja. Karena saat bercengkerama inilah, kita bisa memasukkan nilai-nilai yang kita pegang.


Perkembangan Akademis

Mas Amay saat ini sudah duduk di kelas 6. Tentu akan ada banyak tantangan di tahun ini. Kabar baiknya, anak laki-laki di usia ini biasanya lebih bisa fokus daripada di usia sebelumnya. Mereka punya rentang konsentrasi dan perhatian untuk waktu yang lebih lama. 

Anak usia 11 tahun juga mulai menjadi pemikir. Jangan kaget kalau mereka punya pertanyaan-pertanyaan yang "rumit". Yang jelas, jangan malas untuk berkonsultasi dengan guru kelas untuk memantau perkembangan akademisnya, Ma... 

~

Saat menjadi orang tua, artinya kita harus siap untuk belajar hal baru setiap harinya. Setiap usia memiliki tantangannya sendiri-sendiri. Bismillah, insya Allah kita bisa ya, Ma... Selamat datang di perjalanan roller coaster anak usia 11 tahun, yang menyenangkan, namun juga membingungkan! 😊

 

Ditulis dengan Cinta, Mama

 

Referensi:

-  https://www.webmd.com/parenting/guide/son-11-milestones

Read More

Catatan Wisuda Tahfidz Mas Amay dan Adek Aga

Friday, October 7, 2022

 

"Mendidik anak itu seperti mengukir di atas batu. Sulit. Tapi ketika sudah jadi, niscaya ukiran itu tidak akan mudah hilang."

Itu adalah sepenggal kalimat yang akan saya ingat. Sebuah pesan yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah, saat awwalussanah beberapa waktu lalu.

Ya, mendidik anak menjadi anak yang sholih, pintar, berakhlak mulia, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi jika orang tua bercita-cita memiliki anak yang hafidz Qur'an, tentu tantangannya lebih berat lagi. Maka dari itu, patutlah saya berbangga hati saat tanggal 6 Agustus lalu, Mas Amay dan Adek Aga termasuk dalam siswa-siswi yang mengikuti wisuda tahfidz. Tidak banyak yang berhasil lolos dalam ujian tahfidz ini, sehingga saya sangat bersyukur telah menjadi bagian dari orang tua - orang tua yang beruntung itu.

Otak anak-anak konon diibaratkan seperti spons baru yang daya serapnya masih sangat baik. Bagi mereka, menghafal ayat demi ayat adalah hal yang mudah. Namun, kita tidak boleh lupa, bahwa sudah jadi sunnatullah jika manusia itu memiliki sifat yang mudah lupa. Untuk itu, mempertahankan hafalan dengan muroja'ah adalah rutinitas yang harus dilakukan oleh seorang yang ingin menjadi hafidz Qur'an.

Nah, di sinilah tantangannya. Perjuangan untuk membiasakan anak-anak agar mau muroja'ah setiap hari, sama sulitnya dengan membiasakan anak-anak untuk disiplin sholat 5 waktu. Kita tidak boleh bosan mengingatkan, juga tidak boleh malas mendampingi mereka saat hafalan. Satu hal yang juga tidak boleh dilupakan adalah; Jangan Bosan Mendo'akan Anak-anak.

Baca juga: Rutin Sholat Dhuha karena Anak

Jika mengingat kembali momen wisuda tahfidz 4 tahun lalu, saat itu Mas Amay masih kelas 2 SD, adek Aga bahkan belum sekolah. Saya hampir menitikkan air mata saat melihat kakak-kakak kelasnya Amay berdiri di atas panggung, melantunkan ayat demi ayat secara serentak. Masya Allah. Saat itu saya berbisik kepada Mas Amay dan Dek Aga, "Nanti Mas Amay sama Adek berdiri di sana juga ya kayak kakak-kakak."

Awwalussanah dan wisuda tahfidz
Awwalussanah + Wisuda Tahfidz 4 tahun lalu. Alhamdulillah, fotonya tersimpan di IG story. :)

Alhamdulillah, do'a saya dikabulkan oleh Allah, 4 tahun kemudian. Waktu yang sebenarnya molor dari rencana, karena kita dihantam pandemi sehingga semua nyaris lumpuh dua tahunan ini, termasuk soal pendidikan anak-anak. Sekolah saat pandemi itu, bisa tetap semangat belajar aja sudah alhamdulillah. Bisa paham materi dan bisa mengumpulkan tugas tanpa drama itu sudah bonus. Wkwkwk...

Hal ini berlaku juga untuk hafalannya anak-anak. Bisa mempertahankan hafalannya saja, bagi saya itu sudah luar biasa. 

Begini. Ibu adalah madrosatul uula, itu benar. Tapi, tidak semua ibu punya kemampuan mengajar seperti guru. Guru itu, bagaimanapun juga, punya wibawa yang berbeda di mata anak. Itulah mengapa, terkadang, meski memakai cara yang sama, tetapi hasil pengajaran antara orang tua dan guru bisa berbeda.

Makanya, saya sangat bersyukur, Mas Amay bisa menjadi salah satu dari wisudawan tahfidz di hari itu. Karena ini menandakan bahwa "jiwa guru" saya masih tersisa, meski sudah tidak mengajar 12 tahun lamanya. Xixixi... Alhamdulillah. Ya, walaupun kadang muncul sifat T-Rexnya. Seperti di tulisan saya yang ini: Dear Mama, Apakah Ketidaksempurnaan adalah Dosa?

~~~

Menjadi salah satu siswa yang berhasil lolos wisuda tahfidz, tentu bukanlah tujuan utama. Karena seperti pesan Bapak Kepala Sekolah, "Menjadi Hafidzul Qur'an itu baik, tetapi lebih baik lagi jika bisa menjadi Hamilul Qur'an (orang yang setiap tingkah lakunya, tutur katanya, mengandung Al-Qur'an)". Apalagi, Mas Amay dan Adek Aga masih punya PR menyelesaikan 29 juz lainnya. 

Mama dan Papa tentu hanya bisa mendukung dan mendoakan, semoga Mas Amay dan Adek Aga senantiasa diberikan hati yang mencintai Al-Qur'an, yang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman utama dalam hidup. Dan semoga, Allah beri kemudahan untuk Mas Amay dan Dek Aga, agar bisa menjadi Hafidzul Qur'an yang juga Hamilul Qur'an. Aamiin aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin..

Wisuda Tahfidz

Oya, kemarin ada yang tanya, baju kokonya beli di mana. Jawabnya di sini ya, Ma; https://shope.ee/9p3JPHo6Db

Alhamdulillah dimudahkan mencari baju koko warna putih, meski waktunya mepet. Bahannya katun toyobo, jadi ngga bikin gerah. Dan bisa dilihat di foto, anaknya kelihatan rapi, cakep, meski dari belakang. 😊



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Kiat Mempersiapkan Anak Menghadapi Masa Balig Menurut Ajaran Islam

Saturday, October 1, 2022

 

"Pena (pencatat amal) akan diangkat dari tiga orang, yaitu dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak-anak sampai dia balig, dari orang yang gila sampai dia sadar (berakal)." (HR. Abu Daud)

Hadits tentang pencatatan amal


Membaca hadits di atas, seketika saya teringat dengan Mas Amay yang saat ini sudah berumur 11 tahun. Mungkin sebentar lagi, ia pun akan memasuki masa balig. Tentu, sebelum kita menghadapi sesuatu, akan lebih baik jika kita sudah lebih dulu membekali diri dengan ilmu, supaya tidak kaget atau bingung. Maka dari itu, saya pun mulai mencari referensi, apa saja yang harus orang tua persiapkan untuk mendampingi anak-anak menjelang masa peralihan itu. Alhamdulillah, di sekolah ada pelajaran Al Islam, yang mulai men-spill tentang apa itu masa balig, apa saja tanda-tandanya, dan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menghadapinya. Jadi tugas saya sedikit lebih ringan. 😁

Satu hal yang harus kita ingat, ketika anak-anak sudah memasuki masa akil balig, mereka sudah masuk kategori mukalaf atau diberi beban syariat. Maka dari itu, segala tingkah lakunya tidak bisa ditolerir seperti saat mereka masih kecil. Untuk itu, sebagai orang tua kita harus menjelaskan bahwa sejak saat itu, seluruh perbuatan kita, baik atau buruk, sudah mulai dicatat dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Ada beberapa hal yang mesti kita (orang tua) persiapkan, untuk mendampingi anak menyambut masa akil balig. Tapi sebelumnya, mari kita cari tahu, apakah yang dimaksud dengan akil balig itu?

Masa akil balig seringkali diidentikkan dengan masa pubertas. Puber, berasal dari kata pubescere yang dalam bahasa latin memiliki arti mendapat pubes. Tahukah apa itu pubes? Pubes adalah rambut kemaluan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa masa puber adalah masa di mana tubuh anak mengalami perubahan secara fisik, yang menandai matangnya organ-organ reproduksi. 

Sebenarnya ada sedikit perbedaan makna antara pubertas dan akil balig dalam Islam. Akil, berarti memiliki akal, pemahaman atau pengetahuan. Sedangkan balig artinya telah sampai pada kesempurnaan. Akil balig bisa diartikan sebagai masa ketika seseorang telah mencapai tahap sempurna baik dari segi fisik maupun emosional. Pada anak laki-laki, masa akil balig ini ditandai dengan mimpi basah, sedangkan pada anak perempuan ditandai dengan datangnya haid atau menstruasi.

Nah, seperti yang telah Mama Kepiting tulis di awal, setelah anak memasuki masa balig yang berarti sudah masuk kategori mukalaf, anak sudah harus paham apa saja kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang muslim. 

Berkaitan dengan kewajiban-kewajiban itu, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh orang tua, yakni:

Tips mendampingi anak menjelang masa puber

 

1. Membiasakan Anak Melakukan Ibadah Wajib

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud dan Ahmad, dari Amr bin Syu'aib, dari bapaknya dan kakeknya dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

"Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan salat saat usia mereka 7 tahun, dan pukulah mereka saat usia 10 tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka." (Dishahihkan oleh Al-Albany)

Nah, maka benar bahwa dalam Islam, persiapan menyambut masa balig itu tidak instan, tetapi harus dipersiapkan sejak tahun-tahun sebelumnya. Apa jadinya jika sejak kecil anak tidak dibiasakan salat dan berpuasa? Saat masa balig itu tiba, yang dikhawatirkan adalah anak-anak meninggalkan kewajiban itu.

2. Mengajarkan tentang Thaharah atau Bersuci

Mengapa thaharah itu penting? Karena ada beberapa ibadah yang baru dianggap sah apabila dilakukan dalam keadaan suci dari hadas.

Apa itu Hadas?

Hadas adalah keadaan tidak suci pada seseorang sehingga terhalang baginya melakukan salat, tawaf ketika haji, dan ibadah lainnya yang harus dilakukan dalam keadaan suci.

Hadas dibagi menjadi 2;

  • Hadas kecil, yaitu hadas yang dapat disucikan dengan cara berwudhu atau bertayamum saja. Misalnya; keluar sesuatu dari lubang qubul atau dubur (buang air kecil, buang air besar, kentut), bersentuhan langsung antara kulit laki-laki dengan perempuan yang sudah balig dan bukan mahramnya.
  • Hadas besar, yaitu hadas yang harus disucikan dengan cara mandi. Misalnya; haid dan nifas pada perempuan, keluarnya air mani pada laki-laki, atau kondisi setelah berhubungan suami istri.

Saat masa balig tiba, anak perempuan akan mengalami haid, anak laki-laki akan mengalami mimpi basah. Untuk itu, mereka harus tahu cara bersuci yang benar, agar ibadah sholatnya tetap sah.

3. Memberi Pengarahan untuk Menjaga Adab dan Pergaulan dengan Lawan Jenis 

Suatu hari seorang teman berbagi informasi bahwa di sekolah anaknya diajarkan persiapan menghadapi masa akil balig. Ada satu pesan yang bisa kita highlight.

"Saat balig, kita sudah bisa menjadi ayah dan ibu. Tapi, untuk menjadi ayah dan ibu yang baik, banyak hal harus kita persiapkan, seperti mental, spiritual, juga finansial. Karena setelah menjadi ayah dan ibu, tanggung jawab kita akan lebih banyak dan lebih besar. Nah, jika Mas / Mbak (nama anak kita), belum siap menjadi ayah atau ibu, maka Mas / Mbak harus menjaga adab dan pergaulan dengan lawan jenis."

4. Ajarkan Anak untuk Mandiri

Ini juga penting ya, Ma... Ajarkan anak untuk mandiri atau mulai mengurus diri sendiri. Untuk anak perempuan misalnya, mintalah mereka untuk mencuci pakaiannya sendiri. Apalagi jika sudah mengalami menstruasi, maka anak harus bisa mencuci bekas darahnya sendiri.

5. Ajarkan Manajemen Waktu

Manajemen waktu ini berkaitan dengan memilah-milih mana kegiatan yang bermanfaat, mana yang sia-sia. Ingat AMBAK (Apa Manfaat BAgiKu) saat kita akan melakukan sesuatu. Jika tidak ada manfaatnya, lebih baik tinggalkan.

~

Nah, Ma, itulah beberapa persiapan yang mesti orang tua lakukan dalam rangka mempersiapkan anak menghadapi masa puber, sesuai anjuran Islam. Barangkali ada yang mau menambahkan? Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita, untuk menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak, ya... Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.



Ditulis dengan Cinta, Mama

 

 

Sumber referensi:

- https://www.voa-islam.com/read/muslimah/2019/10/25/68019/dampingi-anak-pada-masa-pubertas/ 

- https://al-ibar.net/keluarga/198/persiapan-orang-tua-muslim-menghadapi-masa-pubertas-anak

Read More

Contoh Surat Izin Tidak Masuk Sekolah karena Sakit

Monday, August 1, 2022


Hari ini, Mas Amay tidak masuk sekolah karena sakit. Baru 2 minggu menjalani sekolah di tahun ajaran baru, dia sudah tumbang. Entah karena kelelahan, atau memang karena cuaca yang sering tidak bersahabat; udara di pagi hari terasa dingin, namun matahari bersinar dengan teriknya kala siang. Yang jelas, apapun penyebab sakitnya itu, saya harus membuat surat izin tidak masuk sekolah untuk diberikan pada ibu guru.

cara membuat surat izin tidak masuk sekolah

Kok masih pakai surat izin? Kenapa ngga WA saja?

Ya, ini adalah aturan yang dibuat oleh wali kelasnya Mas Amay, dan saya sangat mendukung aturan tersebut, karena meskipun "ribet" atau kurang praktis, tapi menggunakan surat izin saat tidak bisa masuk sekolah juga menunjukkan adab yang baik terhadap guru. 

Saya kadang agak gimana gitu, kalau ada orang tua murid minta izin perihal anaknya yang tidak bisa masuk ke sekolah, tapi minta izinnya di grup kelas. Pun biasanya dengan tata tulis yang disingkat-singkat. Setidaknya, kalau memang tidak bisa mengirimkan surat izin secara langsung, kirim WA-lah secara pribadi, dan gunakan bahasa yang baik dan benar.

Nah, kembali ke surat izin tidak masuk sekolah ini. Selama menjadi orang tua murid, baru sekali ini saya membuat surat izin. Jadi, tadi pagi, sambil mengingat-ingat pelajaran Bahasa Indonesia saat sekolah dulu, saya pun mempraktikkan langsung penulisan surat izin sakit ini.

Surat izin tidak masuk sekolah yang dibuat oleh orang tua untuk wali kelas / guru, adalah contoh surat pribadi yang bersifat resmi. Hal ini karena surat tersebut dibuat oleh pribadi, namun ditujukan kepada lembaga resmi, dan untuk kepentingan yang resmi pula. Untuk itu, surat izin sakit atau surat izin tidak masuk sekolah karena alasan lain tersebut, setidaknya harus memuat beberapa unsur penting, seperti:

  1. Tanggal pembuatan surat
  2. Alamat tujuan
  3. Pembuka
  4. Isi surat
  5. Penutup 
  6. Tanda tangan
  7. Nama terang

Contoh surat izin tidak masuk sekolah

Kira-kira seperti ini ya, Ma, contoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakit. Untuk redaksinya, bisa diubah-ubah sesuai keperluan, yang penting, maksud atau isi surat tersebut bisa tersampaikan. Semoga kita diberi kesehatan selalu supaya ngga perlu lagi bikin surat izin sakit ya, Ma. Aamiin YRA. 😊


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Membuat Sabun dari Minyak Jelantah

Thursday, July 28, 2022


Mama, biasanya kalau habis goreng-goreng lauk, minyak jelantahnya diapain? Apaaa? Dibuang ke selokan? Waduh... Membuang minyak jelantah ke selokan, selain dapat menyumbat saluran pembuangan, juga dapat menyebabkan pencemaran air lho, Ma... Memang, mengurus minyak jelantah tuh agak repot. Tapiii, jangan kemudian hal tersebut dijadikan pembenaran untuk membuang minyak jelantah ke selokan ya, Ma... Nah, saya ada solusi untuk permasalahan minyak jelantah ini. Mari kita olah minyak jelantah menjadi sabun!

Membuat sabun dari minyak jelantah

What? Minyak jelantah dibikin sabun? Kan bau? 

Hihi, iyaa, awalnya saya juga berpikir seperti itu. Minyak jelantah kan bau. Saat dibuat sabun, apakah baunya masih akan kecium ya? Nah, ternyata, meski berbahan minyak jelantah, tapi sabunnya ngga berbau minyak jelantah sama sekali, lho! Itulah hebatnya. 

Omong-omong, mau tahu langkah-langkah membuat sabun dari minyak jelantah? Apakah sabun dari minyak jelantah benar-benar efektif mengangkat noda? Simak tulisan ini sampai akhir, ya...

Arisan Ilmu KEB Solo; Membuat Sabun dari Minyak Jelantah

Jadi ceritanya, saya belajar membuat sabun dari minyak jelantah itu karena KEB Solo mengadakan Arisan Ilmu dengan materi tersebut. Senang banget dong, karena terakhir kali KEB Solo mengadakan Arisan Ilmu adalah sebelum pandemi. Kebayang kan, kangennya udah kek mana?

Arisan Ilmu KEB Solo

Nah, tanggal 24 Juli kemarin, Arisan Ilmu itu berjalan dengan menghadirkan Mbak Yusi dari Boyolali. Beliau adalah orang yang sangat kreatif, karena tak hanya sering berbagi ilmu dalam pembuatan sabun berbahan minyak jelantah, tetapi juga sering mengisi kelas ecoprinting, kelas memasak, dll. Buat teman-teman yang juga ingin belajar pada beliau, silakan kunjungi instagramnya di @roemah.yusi

Cara Membuat Sabun dari Minyak Jelantah

Awalnya, saya kira proses membuat sabun dari minyak jelantah itu rumit. Ternyata, kita cuma membutuhkan 3 bahan saja, dan caranya pun sangat mudah.

Yuk, kita siapkan alat dan bahannya!

Perlengkapan yang diperlukan: 

  • Wadah plastik
  • Mixer / pengaduk berbahan plastik, kayu, atau stainless
  • Timbangan 
  • Cetakan untuk sabun (kami pakai cup puding)
  • Sarung tangan

Bahan:

  • NaOH (Natrium Hidroksida / Soda Api), takarannya: 82 gram
  • Air (sebaiknya menggunakan air mineral, ya...), takarannya: 171 gram
  • Minyak jelantah, takarannya: 500 gram

Bahan-bahan untuk membuat sabun dari minyak jelantah

Langkah:

1. Siapkan air di dalam wadah plastik, masukkan NaOH ke dalamnya. Jangan dibalik!

Kenapa tidak boleh dibalik menjadi --> NaOH dituangi air? Karena, efeknya akan berbeda. Ketika soda api diberi air, ia akan menimbulkan buih yang terasa panas. Akan berbahaya jika kulit kita terkena percikannya, karena rasanya panas dan gatal.

Jadi, siapkan airnya dahulu, lalu soda apinya dimasukkan perlahan-lahan. Jangan lupa untuk memakai sarung tangan ya, Ma, supaya lebih aman.

2. Aduk-aduk, hingga soda api terlarut dalam air. Jangan lupa untuk menggunakan alat berbahan plastik, kayu, atau stainless untuk mengaduknya, karena soda api bersifat korosif. 

Oiya, air yang dimasuki soda api akan berubah menjadi panas. Maka, diamkan terlebih dahulu selama kurang lebih 7 jam, hingga suhunya turun.

3. Setelah air (larutan NaOH) turun suhunya, masukkan air tersebut ke dalam minyak jelantah sedikit demi sedikit, lalu aduk-aduk sampai minyak jelantah berubah bentuk menjadi seperti adonan pasta. 

Mengaduknya boleh menggunakan mixer (yang tidak digunakan untuk membuat kue ya, Ma...), boleh juga diaduk dengan adukan biasa yang berbahan kayu, plastik, atau stainless. Tentu saja, waktu mengaduk yang dibutuhkan saat menggunakan mixer, akan berbeda dengan saat kita mengaduk dengan adukan biasa. Dengan mixer, hasilnya akan lebih cepat.

4. Tuang adonan ke dalam cetakan sabun.

Cara membuat sabun dari minyak jelantah

Setelah adonan dimasukkan ke dalam cetakan, lama-kelamaan adonan tersebut akan menjadi padat. Namun, sabun tidak bisa langsung kita gunakan saat itu juga. Kita masih perlu menunggu sampai 2 minggu. Di masa 2 minggu itu, kata Mbak Yusi, minyak jelantah akan melalui proses muhasabah, wkwkwk... Muhasabah dari jelantah yang penuh noda, menjadi sabun yang putih bersih dan banyak gunanya

Jadi, sabar dulu, yaaa... 

Supaya lebih jelas dan mudah dipahami, berikut saya sertakan video pembuatannya.


Apakah sabun dari minyak jelantah benar-benar efektif mengangkat noda? 

Sabun dari minyak jelantah itu beneran bisa membersihkan noda apa tidak? Atau jangan-jangan malah bikin kainnya tambah bernoda? 

Jujur, karena bahan dasarnya yang berupa minyak jelantah itu, awalnya saya juga agak ragu dan underestimate, Ma... Namun kemudian, Mbak Yusi memperlihatkan pada kami, kehebatan si sabun minyak jelantah itu. Beliau mencuci lap bekas noda oli menggunakan sabun dari minyak jelantah ini. Hasilnya? Noda olinya hilang, warna kainnya pun jadi lebih cemerlang. Masya Allah.

Seberapa efektif kerja sabun dari minyak jelantah?


Ternyata, dari jelantah yang sebelumnya (kita anggap) tidak berguna, bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk kita. Jadi, mulai sekarang, jangan buang minyak jelantahnya ke selokan ya, Ma. Simpan minyak jelantahnya, lalu kita recycle menjadi sabun agar bisa lebih berguna. Lumayan banget untuk mencuci kain lap di dapur, atau untuk mencuci kaos kakinya anak-anak yang tadinya berwarna putih tapi berubah jadi abu-abu, hihi... 😊


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Kesalahan Parenting yang dapat Menghancurkan Mental Anak

Wednesday, June 15, 2022

 

Kita hidup di zaman yang penuh dengan tekanan. Itulah mengapa, penting bagi orang tua untuk menumbuhkan ketahanan emosional dan mental pada anak-anak kita. Sebab, anak-anak dengan ketahanan mental yang baik, akan lebih siap menghadapi masa depan. Tak hanya dalam kehidupan sosialnya, tetapi juga dalam pendidikan maupun pekerjaan mereka nantinya. Namun, terkadang sikap kita sebagai orang tua, tanpa kita sadari justru dapat menghancurkan mental mereka.


Kesalahan Parenting yang dapat Menghancurkan Mental Anak


Ini yang juga sedang saya pelajari. 7 kesalahan orang tua yang dapat menghancurkan mental anak;

1. Mengecilkan Perasaan Anak

Anak-anak perlu mengetahui bahwa mengekspresikan dan mengungkapkan perasaan mereka adalah sesuatu yang baik. Bahkan berpengaruh baik pada kesehatan fisik dan mental. Kesalahan para orang tua adalah seringkali kita mengatakan pada mereka hal-hal seperti, "Gitu aja nangis. Cengeng!" atau "Udah, jangan nangis lagi!"

2. Selalu Menyelamatkan Mereka dari Kegagalan

Mama Kepiting paham, kegagalan itu menyedihkan. Mama juga pasti pernah mengalami itu, dan tak ingin anak-anak merasakan perasaan seperti itu juga.

Namun, Mama harus ingat bahwa kegagalan adalah bagian besar dari kesuksesan. Jika anak-anak tidak pernah diberi kesempatan untuk merasakan kegagalan, mereka tidak akan pernah belajar dan mengembangkan ketekunan yang mereka butuhkan untuk bangkit kembali setelah mengalami kemunduran.

3. Memanjakan Anak-anak Secara Berlebihan

Pernah ngga mendengar orang tua yang mengatakan, "Kita cari uang untuk siapa sih kalau bukan untuk anak-anak?" 

Statement itu memang tidak salah. Namun, kurang bijak apabila setiap permintaan anak selalu kita penuhi, tanpa ia harus berjuang terlebih dahulu.

Saya jadi ingat keluarga Indra Brasco dan Mona Ratuliu. Putri sulung mereka, setiap punya keinginan untuk membeli barang, selalu mengajukan proposal pada orang tuanya. Ini menunjukkan bahwa Indra Brasco dan sang istri tidak pernah begitu saja mengabulkan permintaan sang anak.

Kok kesannya kejam ya?

Oh, tidak... Justru dengan cara ini, anak-anak belajar mengendalikan diri. Anak-anak juga belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu, harus ada perjuangannya terlebih dulu. Ini membuat mereka lebih menghargai apa yang mereka miliki. 

4. Terlalu Menuntut Kesempurnaan

Wajar kok apabila kita menginginkan anak-anak kita bisa menjadi yang terbaik dalam segala hal. Namun, menetapkan standar yang terlalu tinggi bisa mempengaruhi kepercayaan diri anak di kemudian hari.

Baca: Dear Mama, Apakah Ketidaksempurnaan adalah Dosa?

Lalu, bagaimana cara yang baik untuk memotivasi anak agar ia tetap semangat dalam berjuang tanpa harus merasa tertekan?

Bangun kekuatan mentalnya dengan menetapkan ekspektasi yang realistis. Dan jika misalnya ia gagal, kegagalan itu bisa menjadi pelajaran hidup yang berharga baginya, bahkan dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi tantangan berikutnya.

5. Selalu Membuat Mereka Merasa Nyaman

Ada banyak hal yang mungkin akan membuat anak-anak kita merasa tidak nyaman. Seperti misalnya saat mereka berada di lingkungan baru, sekolah baru, bertemu teman baru, mencoba makanan baru, dan lain-lain.

Saat anak merasakan ketidaknyamanan, temani ia, tanpa harus menyingkirkan ketidaknyamanan itu. Mengapa? Karena perasaan tidak nyaman itu, apabila dapat diatasi dengan baik, justru dapat menguatkan mental loh!

Untuk itu, dorong anak-anak kita untuk berani mencoba hal baru. Bantu mereka saat memulai, karena ini adalah bagian tersulit. 

Ingat-ingat kata fourtwnty, "Keluarlah dari zona nyaman." 😁

6. Tidak Menetapkan Batasan Antara Orang Tua dan Anak

Betul bahwa anak-anak mesti diberi kepercayaan dan dilatih untuk membuat keputusan sendiri. Namun, mereka juga perlu tahu bahwa orang tua adalah "Bos". Jadi, anak-anak tetap harus mematuhi aturan yang dibuat di dalam keluarga.

Baca: Ternyata Begini Rasanya Mengasuh Anak Pra-Remaja

Anak-anak yang bermental kuat terlahir dari orang tua yang memahami pentingnya batasan dan konsistensi. Orang tua yang terlalu mudah menyerah dengan rengekan anak-anak dan membiarkan aturan dinegosiasikan terlalu sering, dapat menyebabkan orang tua kehilangan "power". Akibatnya, anak-anak akan menjalani hidup semau sendiri, dan ketika mereka berada di lingkungan yang mengharuskan untuk patuh, mereka akan sulit untuk survive.

7. Tidak Melatih untuk Menjaga Diri Sendiri

Kesadaran untuk menjaga kesehatan diri baik fisik maupun mental sebaiknya dibiasakan sejak dini, agar anak-anak bisa survive dalam menjalani kehidupan di masa yang akan datang, baik saat orang tua ada di dekat mereka, maupun saat orang tuanya jauh dari pandangan.

Disadari atau tidak, bagaimana gaya hidup kita sebagai orang tua biasanya akan diikuti oleh anak-anak kita. Gaya hidup ini termasuk bagaimana kita memilih makanan yang sehat, bagaimana kita menjalani aktivitas sehari-hari, hingga bagaimana kita mengatasi tekanan dan memulihkan diri saat mengalami hal-hal yang melelahkan secara fisik dan psikis. 

Maka sebenarnya penting juga memberitahu anak-anak bagaimana kondisi kita. Saat sedang lelah atau stres karena pekerjaan, jangan ragu untuk mengatakan pada mereka, "Hari ini Mama / Papa agak lelah karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Mama / Papa mau istirahat dulu, yaa.."

Kelak ketika anak-anak besar dan mengalami hal serupa, ia bisa mengatasi kelelahan itu dengan cara yang diajarkan orang tuanya.


Sikap parenting yang dapat menghancurkan mental anak


Itulah 7 kesalahan parenting yang dapat menghancurkan mental anak. Mari kita berbenah sama-sama, Ma, agar kekuatan mental anak-anak kita tetap terjaga. ☺️



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Ternyata Begini Rasanya Mengasuh Anak Pra-Remaja

Monday, February 14, 2022


Akhirnya, kami harus mengucapkan kepada diri kami sendiri; Selamat datang ke dunia Parent-Teen! Selama ini kami hanya mendengar dari sana-sini bahwa mengasuh remaja itu penuh dengan tantangan. Banyak drama. Dan kini kami merasakannya juga. Pfft.

Tantangan mengasuh anak pra-remaja

Saat ini Mas Amay berumur 10 menuju 11 tahun. Usia ini digolongkan ke dalam usia pra-remaja, yakni peralihan dari masa anak-anak menuju tahapan sebelum dewasa. Di usia ini, banyak perubahan yang terjadi baik secara fisik maupun psikis, karena pengaruh hormon.

Secara fisik, perubahan itu bisa terlihat dari perubahan bentuk tubuh, suara, dll. Nah, yang biasanya menimbulkan konflik antara orang tua dan anak adalah karena perubahan pada psikis.

Kenapa?

Karena di usia ini, orang tua masih menganggap bahwa anaknya masih kecil, belum bisa membuat keputusan, dan masih harus diarahkan. Sementara itu, sang anak merasa bahwa ia bukan anak kecil lagi, ia merasa berhak membuat keputusan sendiri, dan juga ingin diakui sebagai orang dewasa.

Jujur, bagian ini lumayan bikin nyesek, Ma... Meski sedikit-sedikit sudah paham kisi-kisinya, tapi saat harus "praktik", nyatanya ini bikin kami shock juga.

Sebenarnya sudah sejak tahun lalu Mas Amay menunjukkan beberapa perubahan. Ia sering mengatakan, "Mas Amay kan bukan anak kecil lagi." 

Lain waktu dia bertanya, "Kapan ya suaranya Mas Amay berubah? Mas Amay males dianggap bocil terus gara-gara suara Mas Amay kecil."

Well, peer pressure is real. Padahal teman-temannya juga banyak yang suaranya belum berubah lho... Atau jangan-jangan di circle pertemanan Mas Amay, goals mereka saat ini adalah punya suara yang lebih berat?

Yang membuat Mama Kepiting akhirnya terpikir untuk menulis ini adalah, karena di tahun 2022 yang baru memasuki bulan Februari ini, Mas Amay sudah "marah-marah" sebanyak dua kali. Marahnya ini sambil menangis dan teriak-teriak.

Usia Pra-Remaja Itu, Emosinya Sangat Labil, Mood-nya Bisa Berubah Sangat Cepat

Tanda-tanda anak memasuki usia pra-remaja

Kejadian pertama adalah di bulan Januari. Saat itu kucing betina kami sedang di masa birahi. Jujur ini adalah pengalaman pertama bagi kami, karena kucing kami yang dulu berjenis kelamin jantan.

Baca: Akhirnya Mayo Jumpa Betina

Karena merupakan pengalaman perdana, kami jadi mudah panik. Suami jadi stres karena ada 3 kucing jantan yang bergantian datang ke rumah. Udah gitu ngga cuma ngawinin kucing kami, tapi kucing-kucing itu juga numpang makan dan pup. Sebel kan? 

Nah, di hari ketiga birahi, suami sudah sangat lelah. Ditambah lagi beliau WFH dan ada banyak deadline yang harus selesai sebelum kami ke Jogja untuk menghadiri acara keluarga. Mendengar kucing jantan udah meang-meong di depan memanggil kucing kami, suami langsung mengusirnya. 

Mas Amay salah tangkap. Ia mengira, papanya marah pada kucing kami. Mulai deh itu drama.

"Papa nggak punya hati!" teriaknya sambil menangis. "Kalau Papa menyakiti Mayo (kucing betina ini juga kami beri nama Mayo), sama aja Papa menyakiti Mas Amay!"

"Lho, siapa yang menyakiti?" Papanya bingung dong...

Rupanya telah terjadi kesalahpahaman. Susah memang berhadapan sama orang yang lagi bucin-bucinnya sama sesuatu, termasuk kucing. Alhamdulillah, kesalahpahaman itu terurai setelah perdebatan diskusi yang cukup lama. Nyaris 1,5 jam lho. Fyuuuh...

Di Usia Pra-Remaja, Keinginan untuk Memberontak dan Menolak Aturan Mulai Muncul


beberapa perubahan perilaku pada anak usia pra-remaja


Kesalahpahaman kedua, terjadi dua minggu lalu. Ba'da ashar, Mas Amay berniat mengerjakan PR-nya. Posisi saya saat itu sedang menemani Adek Aga mengerjakan tugasnya juga. Saat mengerjakan PR itu, Mas Amay bolak-balik bertanya, jawabannya apa. 

Berkaca dari pengalaman hari sebelumnya, yaitu ketika Mas Amay keliru menjawab soal Bahasa Indonesia karena tidak teliti membaca teks, saya pun berkata, "Coba dibaca yang teliti. Pasti ada jawabannya di teks."

Amay menjawab, "Nggak ada lho, Ma, Mas Amay udah baca berkali-kali."

"Kalau Mama baca dan ketemu jawabannya, gimana? Mas Amay kebiasaan kok, suka buru-buru bacanya." kata saya. "Mama sedih lho, karena minat baca Mas Amay menurun banget dibanding waktu kecil dulu.

Saya ngomong seperti itu ke Mas Amay, lalu kembali fokus ke Adek Aga. 

Tiba-tiba, hening. Mas Amay pun mulai menangis.

"Mas Amay nangis?" tanya saya. 

"Mama itu udah melukai Mas Amay. Mas Amay kan udah bilang, ini jawabannya tuh nggak ada. Mas Amay udah bilang berkali-kali tapi Mama nggak percaya, malah membanding-bandingkan Mas Amay sama Mas Amay yang dulu."

Waduh, kok jadi begini, pikir saya. 

Saya langsung melihat ke buku tugasnya Mas Amay. Ternyata ia benar, jawabannya memang tidak ada di teks. Saya pun mengaku bersalah dan tak ragu minta maaf padanya. Tapi Mas Amay terlanjur terluka.

Dia mengeluarkan semua keluh kesahnya tentang kami. Pertama, kami dianggap terlalu cepat menghakiminya. Dia pun tidak suka dibanding-bandingkan, meskipun itu dengan dirinya sendiri di masa lalu. Lama-lama, keluh kesahnya jadi beraneka warna, membuat kami bercermin, sudah jadi orang tua seperti apa kami selama ini. Meski memang, untuk beberapa hal, kami punya alasan tertentu dan saat itu pula kami langsung memberikan penjelasan padanya.

Contohnya ketika Mas Amay protes, kenapa kok kita harus sering pergi-pergi? Mas Amay lebih suka di rumah. (Ini tentang perjalanan bulan lalu saat kami menghadiri pernikahan salah satu anggota keluarga di Jogja sana. Rupanya dia nggak suka diajak ke acara seperti itu)

Tentu kami harus menjelaskan bahwa tidak ada pilihan lain lagi. Ketika kami harus ke Jogja, otomatis Mas Amay harus ikut, karena nggak mungkin kan kami meninggalkannya sendiri di Solo?

Protesnya semakin panjang. Katanya, kenapa kalau ada tamu, Mas Amay harus stand by nemenin di luar (ruang keluarga yang sekaligus jadi ruang tamu), dan nggak boleh diam di kamar? Kami pun menjelaskan, jika tamunya merupakan orang dekat (sepupu misalnya, atau teman yang anaknya seumuran dengan Mas Amay), tentu akan lebih sopan kalau Mas Amay ikut membaur. Meski begitu, sekarang kami memberi keleluasaan untuknya. Setelah ramah tamah (salim / jabat tangan), kalau Mas Amay kurang nyaman dan ingin masuk kamar, kami tidak akan melarang. Deal.

Papanya pun menambahkan. "Papa sekarang sudah paham, kayaknya Mas Amay termasuk anak yang introvert, karena Mas Amay lebih nyaman ketika sendirian. Tapi Mas Amay tau nggak? Yang introvert bukan cuma Mas Amay lho. Papa sama Mama juga. Cuma, meski kita lebih senang sendirian, kita nggak boleh lupa untuk bersosialisasi. Dan pesan Papa, meskipun Mas Amay introvert, Mas Amay harus tetap punya attitude yang baik, ngga boleh semaunya sendiri."

*

Beuh, panjang banget ya, Ma...

Sebenarnya masih ada banyak bahasan lain, tapi nanti jadi panjang banget tulisannya. Wkwkwk... 

Nah, setelah kejadian kedua itu, saya dan suami pun terlibat obrolan yang cukup dalam. Betapa Mas Amay saat ini sudah bukan anak kecil yang polos seperti dulu lagi. Pola pikirnya pelan-pelan berubah, pun dengan gaya bicara dan perilakunya. Maka kami pun harus mulai belajar untuk menjadi orang tua yang baik bagi sulung kami ini.

Sejak itu, saya mulai membaca beberapa literatur tentang karakter anak usia pra-remaja dan bagaimana cara terbaik untuk menyikapinya sebagai orang tua.

Ternyata benar, seorang anak yang telah memasuki usia pra-remaja, akan menunjukkan beberapa perubahan perilaku, seperti:

  1. Emosi yang sangat labil
  2. Perubahan mood yang sangat cepat
  3. Mulai menarik diri
  4. Interaksi dengan orang tua mulai berkurang
  5. Munculnya keinginan untuk memberontak
  6. Mulai mencoba keluar dari batasan-batasan yang selama ini ditetapkan orang tua 

 

Ciri-ciri anak usia pra-remaja

Memang perubahan-perubahan ini cukup bikin gemes, Ma... Tapi kita kan ngga boleh jadi orang tua yang otoriter, karena khawatirnya, anak malah akan tumbuh jadi seorang yang pendendam dan berhati dingin. 

Lalu, apa saja yang sebaiknya dilakukan para orang tua ketika anaknya memasuki usia pra-remaja dan menunjukkan beberapa perubahan perilaku seperti di atas?

1. Jangan merasa tersisih

Perubahan seperti ini tuh wajar, dan nggak hanya terjadi pada anak kita doang, Ma... Jadi, ketika anak memiliki "dunia baru" yang mereka anggap lebih seru dan lebih penting dibanding keberadaan orang tuanya, jangan sedih dulu. Jangan merasa tersisih, dan tetap jalin komunikasi yang baik dengan anak-anak. Kelak mereka akan sadar dengan sendirinya bahwa keluarga adalah segalanya. Memang ia sedang di masa seperti ini, jadi pantau dari jauh aja. 😊

2. Luangkan waktu khusus untuknya

Walaupun anak kita sudah semakin besar dan terlihat tidak membutuhkan kita lagi, tapi penting untuk tetap meluangkan waktu bersama, Ma... Saat-saat berkumpul bersama adalah sesuatu yang akan mereka kenang hingga nanti. 

3. Dengarkan dan hargai pendapatnya

Kemarin ketika Mas Amay mengungkapkan ketidaknyamanannya saat pergi-pergi dan saat ada tamu, kami berdua mempraktikkan ini. Kami mendengarkan dan menghargai pendapatnya, tetapi sambil menyisipkan nilai-nilai yang kami pegang. 

4. Beri ia lebih banyak kebebasan

Kita semua membutuhkan waktu untuk diri sendiri. Anak-anak pun sama. Ia memiliki hak untuk tidak memberi tahu orang tua, segala sesuatu tentang kehidupannya. Kesannya kok jadi nggak terbuka sama orang tua ya? Iya memang, tapi, kita harus belajar untuk menghargai privasi anak. Kalau masih susah, inget-inget lagi, Ma, dulu waktu kita remaja juga seperti itu, kan?

5. Jangan terlalu menghakimi

Jangan buru-buru menghakimi atau mengkritik perilaku anak, karena alih-alih akan paham, anak justru akan semakin memberontak.

6. Jangan bereaksi berlebihan

Jujur, poin 5 dan 6 ini sering luput saya lakukan. Saya masih harus belajar untuk tenang dan tidak overreact pada apapun.

7. Beri ia kepercayaan untuk membuat keputusan

Memang sulit untuk mulai memberi kepercayaan pada anak ya, Ma... Rasanya pengen banget untuk kasih saran ini anu ono. Namun, jika sebelumnya sudah terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, jalan tengah akan lebih mudah didapat. Kita boleh kok memberikan alternatif solusi, dan selebihnya, biarkan anak memutuskan sendiri jalan yang akan dipilih. Yang pasti, ingatkan ia untuk bertanggung jawab atas pilihan yang ia ambil.

8. Tanamkan ajaran agama pada anak

Poin terakhir, tapi sejatinya merupakan yang pertama dan yang utama, yaitu penanaman nilai-nilai agama. Ketika nilai-nilai agama sudah melekat dalam keseharian anak, insya Allah segala sesuatunya akan lebih mudah. Namun tentu, jika kita menginginkan anak yang baik, maka kita pun harus bisa menjadi teladan yang baik pula.

Tips menghadapi anak usia pra-remaja

Menjadi orang tua memang tidak selalu mudah ya, Ma... Namun, konflik dengan anak usia pra-remaja juga tidak selalu menjadi hal yang buruk kok. Justru di sinilah awal mula anak kita belajar untuk lebih mandiri, mengemukakan pendapat, mempertahankan pendirian, hingga mencari jati diri. Dan yang anak-anak butuhkan di masa ini  bukanlah perlawanan, melainkan pendampingan. Bismillah, semoga kita selalu dibimbing-Nya ya, Ma... ☺️


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Lirik Lagu Sayonara no Natsu OST From Up On Poppy Hill

Sunday, January 16, 2022


Assalamu'alaikum... Omong-omong, pernahkah Mama menonton film-film animasi dari Ghibli bersama anak-anak? Biasanya, yang sering ditonton adalah My Neighbor Totoro, Ponyo, Spirited Away, Secret World of Arrietty, From Up on Poppy Hill, dan yang paling bikin mata sembab, Grave of the Fireflies.

Nah, dalam sebuah film, kurang lengkap rasanya jika tak ada sound track atau musik pengiringnya. Keberadaan sound track turut melengkapi emosi dan suasana yang dibangun dalam sebuah alur cerita.

Salah satu sound track film animasi Ghibli yang menjadi favorit Mama Kepiting adalah sebuah lagu berjudul Sayonara no Natsu. Lagu ini merupakan OST dari film From Up on Poppy Hill. Lagu ini lembut banget, nyaman di telinga, easy listening. Sayonara no Natsu sendiri kurang lebih berarti "Selamat tinggal musim panas".

Lirik lagu Sayonara no Natsu

Coba cari di YouTube, lalu dengarkan... Nah, lirik lagu Sayonara no Natsu kurang lebih seperti ini:

Sayonara no Natsu

I

Hikaru umi ni, kasumu funewha
Sayonara no kiteki, nokoshimasu
Yurui saka o, orite yukeba
Natsu iro no kaze ni, aeru kashira

    Watashi no ai, sore wa merodi
    Takaku hikuku utau no
    Watashi no ai, sore wa kamome
    Takaku hikuku tobu no

Yuuhi no naka, yonde mitara
Yasashii anata ni, aeru kashira

II

Dare ka ga hiku, piano no oto
Uminari mitai ni kikoemasu
Osoi gogo o, yuki kau hito
Natsu iro no yume o, hakobu kashira

    Watashi no ai, sore wa daiari
    Hibi no, peji tsuzuru no
    Watashi no ai, sore wa kobune
    Sora no umi o yuku no

Yuuhi no naka, furikaereba
Anata wa watashi o, sagasu kashira

III

Sanpomichi ni, yureru kigi wa
Sayonara no kage o, otoshimasu
Furui chaperu, kazami no tori
Natsu iro no machi wa, mieru kashira

    Kinou no ai, sore wa namida
    Yagate, kawaki kieru no
    Ashita no ai, sore wa rufuran
    Owari no nai kotoba

Yuuhi no naka, meguriaeba
Anata wa watashi o, daku kashira

Lirik lagu Sayonara no Natsu

Ditulis dengan Cinta, Mama


Read More