Adakah yang sudah melihat tayangan berjudul "Terapi Psikologis untuk Mimi Peri" di channel YouTube milik Pak Dedy Susanto? Kalau belum, coba tonton deh, Ma. Meski durasinya cukup panjang, tapi yang saya rasakan, tayangannya sama sekali tidak membosankan. Malahan, tayangan tersebut membuat saya tertegun. Ternyata lidah itu tak bertulang, tapi luka akibat sayatannya bisa lebih parah dari sabetan pedang.
Itulah yang terjadi pada Mimi Peri. Mimi Peri menjadi seperti sekarang ini, adalah akibat lingkungan yang membentuknya sejak kecil. Oya, Mama sudah tahu Mimi Peri kan? Mimi Peri bisa dibilang selebgram, karena jumlah follower instagramnya sudah mencapai angka 1,6 juta saat ini. Sukses sebagai selebgram, kini Mimi Peri pun mulai muncul di acara TV.
Nah, Mama sudah kenal kan? Sekarang saya tanya, ketika pertama kali melihat Mimi Peri, apa yang Mama pikirkan?
Kalau Mama Kepiting sih, awalnya membatin, "Duh, koq mirip almarhum Olga, ya? Agak feminin juga." Selanjutnya, fokus saya teralihkan dengan ide-ide di setiap postingannya.
"Ini orang sebenarnya cerdas, banyak ide, kreatif, hanya minim anggaran saja dan (maaf) agak kebablasan." Itulah yang tebersit dalam benak saya. Selanjutnya, tanpa bermaksud untuk menghakimi, saya menduga bahwa ada yang terjadi di masa lalunya, yang menjadikan Mimi Peri seperti sekarang ini. Dan ternyata dugaan saya 2-3 tahun lalu itu terjawab saat saya menyaksikan tayangan itu.
Jadi, apakah gerangan yang terjadi pada Mimi Peri di masa lalu?
Salah satunya adalah karena verbal bullying. Benar kan, lidah itu tidak bertulang, tapi kalau salah digunakan, efeknya bisa mengubah hidup seseorang. Siapa yang setuju dengan postingan di bawah ini?
Saya jadi ingat sebuah amanah dari film India yang pernah saya tonton. Filmnya berjudul Taare Zameen Par, dengan Aamiir Khan sebagai pemeran sekaligus produsernya.
Baca : Belajar tentang Anger Management dari Film Taare Zameen Par
Film ini berkisah tentang sebuah keluarga, yang ayahnya sering sekali melabeli atau mengumpat anaknya. Singkat cerita, anak ini disekolahkan di sebuah sekolah khusus, dan harus tinggal di asrama. Bertemulah ia dengan Aamiir Khan, seorang guru yang sabar, kreatif, juga bijaksana.
Suatu kali ada sebuah masalah terjadi, hingga Aamiir Khan harus menemui orang tua anak ini. Di pertemuan itulah, Aamiir Khan berkata kurang lebih seperti ini;
Intinya adalah benar bahwa ucapan adalah doa, dan percayalah, pengaruh negatif dari verbal bullying itu nyata. Dampak dari bullying ini bisa membuat korban seperti ini;
1. Depresi
2. Rendahnya kepercayaan diri / minder
3. Pemalu dan penyendiri
4. Merosotnya prestasi akademik
5. Merasa terisolasi dalam pergaulan
6. Terpikir atau bahkan mencoba untuk bunuh diri
7. Berperilaku menyimpang
Ya, seperti yang terjadi pada Mimi Peri itu. Dan saya yakin, di luar sana, masih banyak Mimi Peri - Mimi Peri yang lain, hanya tidak terekspos saja.
Baca : Seminar Parenting; Bullying yang Bikin Pening
Jadi, mari kita berusaha bersama-sama untuk memutus lingkaran bullying ini. Kita saling mengingatkan, yaa... Karena memang, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan, tentu tak mudah untuk ditinggalkan. Ya, semacam sudah mendarah daging, begitu. Hiks... Yang pasti sih, ingat dosa, Ma... Karena dengan mem-bully beberapa detik saja, kita berpotensi untuk membuat seseorang tersiksa seumur hidupnya. Na'udzubillah min dzalik. :(
Nah, Mama sudah kenal kan? Sekarang saya tanya, ketika pertama kali melihat Mimi Peri, apa yang Mama pikirkan?
Kalau Mama Kepiting sih, awalnya membatin, "Duh, koq mirip almarhum Olga, ya? Agak feminin juga." Selanjutnya, fokus saya teralihkan dengan ide-ide di setiap postingannya.
Mimi Peri dan kostumnya |
"Ini orang sebenarnya cerdas, banyak ide, kreatif, hanya minim anggaran saja dan (maaf) agak kebablasan." Itulah yang tebersit dalam benak saya. Selanjutnya, tanpa bermaksud untuk menghakimi, saya menduga bahwa ada yang terjadi di masa lalunya, yang menjadikan Mimi Peri seperti sekarang ini. Dan ternyata dugaan saya 2-3 tahun lalu itu terjawab saat saya menyaksikan tayangan itu.
Jadi, apakah gerangan yang terjadi pada Mimi Peri di masa lalu?
Salah satunya adalah karena verbal bullying. Benar kan, lidah itu tidak bertulang, tapi kalau salah digunakan, efeknya bisa mengubah hidup seseorang. Siapa yang setuju dengan postingan di bawah ini?
Saya jadi ingat sebuah amanah dari film India yang pernah saya tonton. Filmnya berjudul Taare Zameen Par, dengan Aamiir Khan sebagai pemeran sekaligus produsernya.
Baca : Belajar tentang Anger Management dari Film Taare Zameen Par
Film ini berkisah tentang sebuah keluarga, yang ayahnya sering sekali melabeli atau mengumpat anaknya. Singkat cerita, anak ini disekolahkan di sebuah sekolah khusus, dan harus tinggal di asrama. Bertemulah ia dengan Aamiir Khan, seorang guru yang sabar, kreatif, juga bijaksana.
Suatu kali ada sebuah masalah terjadi, hingga Aamiir Khan harus menemui orang tua anak ini. Di pertemuan itulah, Aamiir Khan berkata kurang lebih seperti ini;
Penduduk Pulau Solomon tak perlu repot menebangi hutan ketika ingin membuka lahan baru. Mereka cukup mengelilingi hutan itu sambil mengumpat dan mengutuk. Beberapa hari kemudian, pohon-pohon di sana akan layu, dan siap digantikan dengan tanaman-tanaman baru yang telah mereka siapkan. Mereka menganggap, dengan umpatan dan kutukan yang mereka teriakkan itu, roh-roh yang menghuni pohon akan takut.
Intinya adalah benar bahwa ucapan adalah doa, dan percayalah, pengaruh negatif dari verbal bullying itu nyata. Dampak dari bullying ini bisa membuat korban seperti ini;
1. Depresi
2. Rendahnya kepercayaan diri / minder
3. Pemalu dan penyendiri
4. Merosotnya prestasi akademik
5. Merasa terisolasi dalam pergaulan
6. Terpikir atau bahkan mencoba untuk bunuh diri
7. Berperilaku menyimpang
Baca : Seminar Parenting; Bullying yang Bikin Pening
Jadi, mari kita berusaha bersama-sama untuk memutus lingkaran bullying ini. Kita saling mengingatkan, yaa... Karena memang, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan, tentu tak mudah untuk ditinggalkan. Ya, semacam sudah mendarah daging, begitu. Hiks... Yang pasti sih, ingat dosa, Ma... Karena dengan mem-bully beberapa detik saja, kita berpotensi untuk membuat seseorang tersiksa seumur hidupnya. Na'udzubillah min dzalik. :(