Showing posts with label #TanyaMama. Show all posts
Showing posts with label #TanyaMama. Show all posts

#TanyaMama 2; Apa Jadinya Jika "Bayi" 9 Tahun Bertanya Soal Pernikahan?

Saturday, June 6, 2020


Mengobrol dengan anak-anak sebelum mereka tidur, atau istilah kerennya adalah pillow talk, adalah momen yang paling Mama sukai. Saat seperti ini, kami jadi lebih mudah bicara dari hati ke hati. Namun, apa jadinya kalau tiba-tiba anak kita bertanya-tanya tentang pernikahan? Anaknya baru 9 tahun pula!
Jika Anak Bertanya Soal Pernikahan
"Laki-laki kalau lihat perempuan cantik, pasti langsung pengen menikah. Ya to, Ma?" tanya Mas Amay tiba-tiba.

Belum sempat Mama jawab, Mas Amay tanya lagi, "Kalau perempuan kayak gitu juga nggak, Ma? Kalau lihat laki-laki yang ganteng, langsung pengen menikah juga nggak?"

Mama diam sebentar, lalu jawab, "Ya nggak gitu juga sih, Mas. Mama kalau lihat orang ganteng, paling kagum aja sebentar. Nggak terus langsung pengen menikah gitu lah. Menikah itu kan nggak cuma lihat cantik atau gantengnya thok. Kita juga lihat keluarganya gimana, baik atau enggak. Terus sebagai perempuan, biasanya lihat pekerjaan laki-lakinya juga. Maksudnya, orang ini tekun bekerja apa enggak, karena ini penting. Kalau nggak kerja, nanti mau beli makan pakai uangnya siapa, ya kan?"

Mama menunggu respon Mas Amay. Dia cuma manggut-manggut sih. Lalu Mama pun penasaran, "Temennya Mas Amay ada yang cantik trus bikin Mas Amay pengen menikah po?"

Wkwkwk, entah ya, apakah pertanyaan spontan seperti itu dibenarkan oleh ilmu parenting? Tapi nggak penting lagi untuk diperdebatkan sih, karena sudah terlanjur ditanyakan juga, hehe. Yang jelas, Mas Amay bilang belum tahu.

Ya sudah, kalau belum ada yang disuka mah, hihi... Baru 9 tahun juga kan. Semoga ketika nanti Mas Amay jatuh cinta untuk pertama kali, Mas Amay mau cerita sama Mama atau Papa. Toh, buat apa sembunyi-sembunyi, ya kan? 😀

Mama pun berpesan pada Mas Amay, "Yang penting sekarang tuh Mas Amay belajar yang rajin, supaya jadi anak yang pinter. Kalau pinter, peluang untuk dapat pekerjaan yang bagus itu biasanya lebih besar. Kalau pekerjaannya bagus, insya Allah rezekinya juga bagus. Kan Mas Amay harus menafkahi istri dan anak-anaknya Mas Amay juga to?"

Amay manggut-manggut lagi. Lagian, pertanyaannya kok kejauhan amat yak? Wkwk, tapi ngga apa-apa sih, Mama malah jadi punya celah untuk menyampaikan konsep pernikahan yang sesuai dengan value keluarga kami. Dan kalau diingat-ingat, sebenarnya ini bukan kali pertama Mas Amay bertanya soal pernikahan. 2 tahun lalu, Mas Amay pernah bertanya tentang hal ini.


(Gara-gara nulis ini akhirnya terpikir untuk jadiin pertanyaan-pertanyaan Mas Amay, dan mungkin juga Dek Aga nantinya, disatukan dalam satu label khusus #TanyaMama, yang tentu jawabannya juga terserah Mama Kepiting lah, yaa...)

*

Banyak yang tanya, kenapa kok Mas Amay kepo banget tentang serba-serbi pernikahan? Mama juga nggak tahu. Memang sejak kecil Mas Amay suka banget menanyakan hal-hal yang kedengaran "aneh" untuk seusianya.

Lalu apakah ini wajar? Dari beberapa sumber yang Mama baca sih, insya Allah nggak apa-apa. Justru katanya, kita sebaiknya membantu anak-anak untuk memahami seluk-beluk pernikahan sejak dini. Daripada mereka tahu dari orang lain atau tempat lain, ya kan?


If you don’t pass your values on to your kids, someone else will


Nah, karena Mas Amay baru 9 tahun, tentunya informasi yang kita sampaikan juga harus disesuaikan dengan usianya. Nanti perlahan-lahan kita tambah "dosis"nya.

Tentang pernikahan, anak-anak harus tahu bahwa;

1. Pernikahan adalah sebuah berkah, bukan beban masalah


Kita  sering mendengar ucapan pernikahan seperti; selamat mengarungi bahtera rumah tangga, yang menunjukkan bahwa menjalani sebuah ikatan pernikahan itu layaknya mengarungi samudera.  Kadang kita menemui arus yang tenang, menikmati angin yang berhembus pelan, tetapi di depan sana, mungkin kita juga akan menemui ombak besar atau hantaman badai.

Ya, memang kurang lebih seperti itu. Namun, ketika kita bersama-sama, kita akan mendapatkan pernikahan yang luar biasa. Pernikahan yang menyenangkan, yang membahagiakan.

Jadi, anak-anak harus melihat Mama dan Papanya saling membahagiakan satu sama lain. Cara paling simpel, sering-seringlah memuji pasangan. Nah, di sini Mama jadi sadar, mungkin hal inilah yang jadi trigger kenapa Mas Amay tanya-tanya soal pernikahan, karena Mama sering bilang, "Mama jatuh cinta sama Papa." 😅


2. Pernikahan adalah tentang intimacy (kedekatan secara emosional dan psikologis), bukan hanya sebatas hubungan seksual


Ini mungkin bisa disampaikan nanti ketika anak-anak sudah menginjak remaja, yaa.. Kalau seusia Amay, dia belum tahu hubungan seks itu apa.

Beberapa waktu lalu ketika Mas Amay bertanya bagaimana cara adik bayi masuk ke perut Mama, Mama hanya menjelaskan bahwa perempuan bisa hamil, setelah menikah dengan laki-laki. Kalau perempuan nggak menikah, laki-laki nggak menikah, ya tentu nggak bisa punya anak.

Meski penjelasannya baru sebatas itu, tapi dia harus paham bahwa sesuai dengan value di keluarga kami, semua hubungan laki-laki dan perempuan harus melalui gerbang pernikahan terlebih dahulu.


3. Pernikahan yang bahagia, menempatkan "kita" sebelum "aku"


Setelah menikah, kita pun menjadi sebuah tim. Tujuan kita menjadi sama. Kita tidak saling bersaing, tetapi kita saling bekerja sama, saling mendukung, saling berkorban untuk satu sama lain, hingga bersama-sama merayakan keberhasilan.

Kalau kelak Mas Amay baca tulisan ini, mungkin Mas Amay bisa menangkap pengorbanan yang Mama maksud. Misalnya, ketika Mama memilih untuk jadi stay home mom, melepaskan mimpi Mama untuk jadi guru demi bisa menemani Mas Amay dan Dek Aga di rumah. Juga Papa, yang rela bekerja siang malam demi kita sekeluarga. Namun, Mas Amay dan Dek Aga harus tahu, meski ini disebut pengorbanan, tapi cintalah yang membuat Mama dan Papa melakukannya dengan penuh kebahagiaan.

Oya, meski kita adalah satu tim, tetapi kita tidak harus selalu sependapat. Mas Amay dan Dek Aga pasti ingat juga, Mama dan Papa pun pernah berantem, adu mulut, and so on. Namun, itu sama sekali bukan menjadi pertanda bahwa kita tidak lagi saling mencinta.

Laki-laki dan perempuan memang berbeda. Mau disetarakan bagaimana pun, nggak akan pernah bisa sama. Seperti di tubuh kita, ada tangan kanan, ada tangan kiri, bentuknya mungkin nyaris serupa, tetapi tangan kanan dan tangan kiri harus saling berseberangan untuk bisa menjalankan fungsinya bersama-sama.


4. Pernikahan adalah tentang memberi, bukan menuntut pemberian


Seperti penjelasan di atas, ketika kita sudah memutuskan untuk menikah, maka kita harus siap untuk saling membahagiakan satu sama lain. Kalau dibayangkan mungkin akan terasa sebagai beban, tapi, seorang pecinta, akan melakukan apapun untuk yang dicintainya. Ya, cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tindakan.

Jika suami dan istri sama-sama melakukannya, maka insya Allah, pernikahannya akan menjadi pernikahan yang bahagia.

You don't get married to make yourself happy, you get married to make someone else happy.

5. Pernikahan bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah permulaan


Ketika seseorang sudah memutuskan untuk menikah, maka kehidupannya pun berubah. Untuk seorang perempuan, pernikahan adalah momen ketika tanggung jawab sang ayah berpindah kepada laki-laki yang dipilihnya. Dalam Islam pun, setelah perempuan menikah, ridho Allah tergantung pada ridho suami terhadapnya.

Laki-laki pun demikian. Ketika memutuskan untuk menikah, maka kewajibannya pun bertambah. Itulah sebabnya, pernikahan bukanlah tujuan akhir, tetapi justru merupakan sebuah permulaan.

*

Wiiih, jadi panjang gini, yaa... Ini mau ngomong sama anak-anak tapi kok bahasanya berat bener? Eh, tapi jangan remehkan kemampuan anak, lho, karena anak adalah penyerap informasi yang hebat. Percakapan yang singkat, sederhana, dilakukan dari waktu ke waktu, akan membangun fondasi pengetahuan yang kuat. Seiring dengan pertambahan usia anak, tambahkan pula "dosis" informasinya.

Kalau kita ingin anak-anak kita terbuka tentang perasaannya, -mungkin ketika remaja nanti- tentang lawan jenis yang disukainya, maka kita perlu membiasakannya sejak sekarang. Jatuh cinta itu fitrah. Namun, bagaimana cara mengelola perasaan cinta, itu adalah bagian penting yang harus kita ajarkan.



Ditulis dengan Cinta, Mama


Read More

Wishlist Mama: Mesin Cuci yang Bagus, Awet dan Hemat Listrik

Thursday, November 21, 2019


Di Solo, bulan November ini setidaknya hujan deras sudah datang empat-lima kali. Alhamdulillah, debu-debu tidak beterbangan lagi. Namun, seperti umumnya permasalahan di musim hujan, yang sering menjadi keluhan adalah soal cucian. Tidak hanya menjadi semakin banyak dan semakin susah dibersihkan, entah karena kehujanan atau karena terkena cipratan genangan di jalanan, tapi juga karena cucian tak kunjung kering. Huhu, Mama jadi pengen beli mesin cuci yang bagus, awet, sekaligus hemat listrik.

FYI, selama ini Mama masih pakai mesin cuci manual buatan Tuhan. Apa itu? Tangan. Hihi... Jangan diketawain, yaa.. Hare gene, nyuci masih pakai tangan? Eits, jangan salah. Kelebihan mencuci pakai tangan, selain bisa lebih bersih, juga lebih hemat listrik. Xixi... Kelemahannya tentu saja selain capek dan menghabiskan banyak waktu, di musim hujan seperti sekarang ini, cucian juga jadi lama keringnya.

Makanya, Mama mulai cari-cari mesin cuci deh. Tapi, yang Mama butuhkan adalah mesin cuci yang ngga cuma muter-muter doang sementara hasilnya kurang memuaskan. Maklum, Mama terbiasa memakai sikat ketika mencuci, supaya hasilnya benar-benar bersih.

Nah, kira-kira, mesin cuci yang seperti apa yang cocok untuk Mama, ya? Mesin cuci dua tabung, front loading atau top loading? Mama sih sudah merangkum kelebihan dan kekurangan antara mesin cuci dua tabung, top loading dan front loading ini.

Mesin cuci dua tabung

mesin cuci yang bagus, awet, dan hemat listrik
mesin cuci 2 tabung, sumber: news.ralali.com

Kelebihan:
1. Harga relatif lebih murah
Jika mesin cuci dengan 1 tabung harganya mulai dari 3 jutaan rupiah, harga mesin cuci 2 tabung dipatok dengan harga jauh di bawahnya, yaitu sekitar Rp 1.000.000.
2. Lebih hemat listrik
Mesin cuci 2 tabung adalah mesin cuci yang dioperasikan secara semi otomatis, artinya sistem pengoperasiannya masih membutuhkan bantuan tenaga manusia secara manual, sehingga daya yang dibutuhkan dalam penggunaannya jauh lebih kecil.
3. Resiko kerusakan lebih kecil
Pada mesin cuci 1 tabung, apabila terjadi kerusakan, otomatis akan mengganggu kinerja seluruh mesin cucinya. Sedangkan pada mesin cuci 2 tabung, kerusakan pada 1 tabung tidak akan mempengaruhi kinerja tabung lainnya.
4. Biaya perawatan dan perbaikan lebih murah
Mesin cuci 2 tabung memiliki desain yang lebih sederhana dan memiliki resiko kerusakan yang lebih kecil. Sparepart-nya juga lebih mudah didapatkan. Maka jelas, biaya perawatan dan perbaikannya pun lebih murah dibandingkan mesin cuci 1 tabung.

Kekurangan:
1. Seperti dijelaskan di atas, mesin cuci 2 tabung dioperasikan secara semi otomatis. Kita masih perlu memindahkan sendiri pakaian dari satu tabung ke tabung lainnya. Jadi, bisa dibilang, menggunakan mesin cuci 2 tabung sedikit kurang praktis. Kalau kata orang Jawa, mindo gaweni alias kerja dua kali.
2. Tingkat kekeringan pakaian hanya 70%.
3. Membutuhkan volume air yang cukup banyak.

Mesin cuci top loading

mesin cuci yang bagus, awet, dan hemat listrik
mesin cuci top loading, sumber: lazada

Kelebihan:
1. Penggunaan daya listrik lebih rendah dibandingkan mesin cuci front loading.
2. Praktis. Mesin cuci ini akan bekerja secara otomatis mulai dari mengisi air, mencuci, membilas, hingga memeras cucian.

Kekurangan:
1. Tingkat kekeringan pakaian hanya 70%.
2. Membutuhkan volume air yang cukup banyak.

Mesin cuci front loading

mesin cuci yang bagus, awet, dan hemat listrik
mesin cuci front loading, sumber; kompasiana

Kelebihan:
1. Pencucian dan pengeringan lebih efektif dengan tingkat kekeringan hingga 90%.
2. Resiko kerusakan pada pakaian paling minim. Mesin cuci front load dilengkapi dengan program-program khusus untuk mencuci berbagai jenis bahan pakaian. Pengaturan program meliputi suhu air yang digunakan, lama perendaman, kekuatan putaran tabung dan lain sebagainya.
3. Hemat penggunaan air. Mesin cuci jenis ini didesain untuk mengoptimalkan volume air yang digunakan pada setiap siklus pencucian.
4. Praktis. mesin cuci ini akan bekerja secara otomatis, mulai dari mengisi air, mencuci, membilas, hingga memeras cucian.

Kekurangan:
1. Harganya relatif mahal
2. Penggunaan daya listrik lebih tinggi. Jadi, meski kita bisa menghemat penggunaan air, tapi kita boros di penggunaan listriknya.

Sekarang, setelah tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis, saatnya menentukan mesin cuci yang paling cocok untuk Mama. Bismillah, semoga ada rezeki untuk memilikinya. Aamiinkan dong, Ma. :)

Oya, kalau Mama, pakai mesin cuci yang seperti apa nih? Sharing dong di komentar. :)




Ditulis dengan Cinta,
Mama
Read More

#TanyaMama 1; Mama, Cari Istri Itu di Mana, Sih?

Sunday, April 15, 2018

Hari Jumat kemarin, begitu Papa pulang dari sholat Jumat, Mama lapor.

👩: "Pa, Opik nanti nggak pulang, soalnya dia mau nginep di tempat Coco." FYI, Coco adalah sahabat Tante Opik di kampus.

👨: "Oiya, acaranya besok ya?" Papa menanggapi.

👩: "Iya, akadnya jam 6 pagi soalnya, jadi Opik disuruh nginep." Terang Mama lagi.

👨: "Oh, ya udah, nggak apa-apa..."

Lalu Mas Amay nimbrung.

👦: "Emangnya temennya Tante Opik kenapa to?" Tanyanya.

👩: "Temennya Tante Opik mau menikah." Jawab Mama.

👦: "Kalau mau menikah itu memangnya harus cari sendiri?" Mas Amay tanya lagi.

👩: "Ya terserah Mas Amay, mau cari sendiri boleh, mau dicarikan sama Mama juga nggak apa-apa."

Amay merespon dengan ekspresi yang menggelikan. Dia berkata,

👦: "Susahnyaaaa mau menikah..."

Mama nggak bisa menahan tawa. Mama lalu ingat, belum lama ini Mas Amay juga tanya-tanya soal pernikahan. Kenapa kok Mama menikahnya sama Papa? Kalau Mas Amay mau menikah sama Mama boleh apa nggak?

Daaaan yang paling menggelikan adalah ketika Mas Amay tanya, "Kalau mau cari istri itu di mana, sih, Ma?"

Mama tepok jidat lah yaa..

Lalu obrolan tadi ditutup sama si Papa. "Udah, Mas Amay nggak usah mikirin itu. Nanti kalau udah waktunya juga ketemu."

Sebenarnya Mama mau menambahi, bahwa Allah itu sudah menciptakan kita berpasang-pasangan, jadi nggak usah khawatir dengan jodoh. Pokoknya janji Allah, laki-laki baik-baik hanya untuk perempuan baik-baik, dan sebaliknya. 

Mama pengen bilang begini juga; Makanya, Mas Amay jadi anak yang sholih, yang baik, biar dapat pasangan yang sholihah dan baik juga. Tapi untunglah Mama masih "eling" kalau Amay masih kelas satu, umurnya baru tujuh, jadi kayaknya belum perlu nasihat sedetail itu. 😂


Read More