Langkah Membangun Bonding dengan Anak yang Sudah Beranjak Gede

Saturday, October 29, 2022

 

Mama yang memiliki ABG, tentu paham ya, betapa mendampingi anak yang sudah beranjak gede itu cukup challenging. Di usia ini, anak-anak sudah mulai merasa ngga terlalu membutuhkan orang tua. Sulung saya, jangankan diajak berfoto bersama, diajak jalan-jalan aja mager (males gerak, pen). Maunya menyendiri.

Nah, minggu lalu, kami sekeluarga pergi ke Jogja karena ada beberapa acara keluarga. Kami menginap di rumah salah satu sahabat di Jogja bagian atas. Karena momennya sangat santai, maka hari itu saya jadikan sebagai waktu untuk memperkuat bonding dengan anak-anak, terutama dengan si sulung yang sudah menginjak usia pra remaja. 

Meski sebenarnya membangun bonding dengan anak tidak perlu menunggu waktu liburan, tetapi karena di hari biasa kami berkutat dengan kesibukan masing-masing, jadi waktu liburan ini menjadi sangat berharga. Kami berjalan-jalan santai ke sungai, bahkan sempat membuat reels instagram bersama. Seru!


Video reels di atas juga bisa dilihat di instagram saya: @arinta.adiningtyas

Pertanyaannya, kok tumben Mas Amay mau ya? Hihi, iya, alhamdulillah banget dia mau. Mungkin karena lagu dan filternya juga lucu. Oiya, untuk filter ini, saya persilakan Mas Amay untuk memilih sendiri yang mana yang dia suka. Mama ngikut aja, walaupun agak geli juga. Haha...

Oiya, sebenarnya bonding antara orang tua dengan anak itu, maksudnya bagaimana sih?

Bonding adalah sebuah ikatan emosional yang terjadi antara orang tua dengan anak. Hubungan ini tercipta melalui pola pengasuhan yang membangun ikatan antara satu dengan yang lain.

Manfaat bonding ini banyak sekali loh. Bahkan, tidak hanya mempengaruhi kecerdasan anak, tapi bonding dengan anak juga berpengaruh pada kesehatan fisik dan mentalnya. Beberapa manfaat bonding dengan anak, antara lain:

1. Bisa meningkatkan imunitas

Bagaimana ikatan emosional antara orang tua dengan anak bisa meningkatkan imunitas? Jadi, menurut penelitian, anak yang merasa secure (merasa aman) terhadap orang tuanya, cenderung memiliki kesehatan mental yang baik. 

Bagaimana kondisi dan suasana hati kita, ternyata berpengaruh pada fisiologi sistem saraf dan kekebalan. Tidak perlu jauh-jauh, kita lihat saja pada diri sendiri. Saat mengalami stres, biasanya imunitas menurun, penyakit juga akan lebih mudah datang. 

Nah, pada anak-anak pun begitu. Anak yang merasa aman, nyaman di dekat orang tuanya, mendapat dukungan penuh dari keluarga, merasa diakui keberadaannya, akan tumbuh dengan perasaan bahagia, dan dengan begitu, kondisi imun tubuhnya pun akan lebih baik. 

2. Anak akan lebih pandai mengatasi masalah

Anak yang secure terhadap orang tuanya, akan memiliki kepercayaan diri karena paham value dirinya. Hal ini juga akan mempengaruhi kecakapannya dalam memecahkan masalah yang ia temui di kemudian hari. Anak akan memiliki emosi positif yang lebih sering, menjadi lebih kreatif, mampu berinisiatif, lebih peka dengan lingkungannya, bahkan memiliki kemampuan untuk memimpin.

3. Anak akan lebih berprestasi

Bonding dengan orang tua, ternyata juga dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah. Anak yang dekat dengan orang tuanya biasanya lebih memiliki motivasi untuk belajar. Apalagi jika orang tua, terutama ibu, berperan dalam menjadi sekolah pertama untuk anak. 

Lebih dari itu, bonding yang kuat antara orang tua dan anak akan membentuk keluarga yang saling menyayangi. Tentu ini menjadi impian kita bersama ya, Ma... Untuk itu, mari kita mulai kuatkan perasaan itu, Ma... 

Langkah-Langkah yang Bisa Dilakukan untuk Membangun Bonding dengan Anak


Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk memperkuat bonding antara orang tua dengan anak, (di artikel ini, saya akan mengkhususkan untuk anak yang sudah beranjak remaja) di antaranya;

1. Sering-sering Mengobrol

Meskipun di usia ini anak-anak lebih suka menghabiskan waktunya dengan menyendiri, tapi sebenarnya mereka tetap ingin tahu apakah orang tuanya peduli dengan kehidupan mereka atau tidak. Karenanya, percakapan yang intens bersama anak remaja tetap perlu dilakukan sesering mungkin, agar anak tahu bahwa kehidupan mereka tetap berarti untuk kita.

2. Belajar untuk Mendengarkan

Bagaimana respon kita saat mengobrol dengan anak-anak, akan mempengaruhi antusiasme mereka saat bercerita. Meski faktanya cukup sulit mengendalikan diri untuk tidak berkomentar atau untuk tidak membenarkan pendapat mereka (yang menurut kita mungkin kurang tepat), tapi ingat, saat ini yang lebih penting adalah bagaimana mempertahankan komunikasi yang terbuka. Daripada besok-besok anak kita kapok dan ngga mau cerita lagi, ya kan, Ma?

3. Habiskan Waktu Bersama

Semakin anak-anak bertambah usia, semakin berkurang waktu untuk bersama mereka. Mereka sudah semakin sibuk dengan tugas-tugasnya, bahkan kadang, di rumah cuma untuk istirahat dan tidur saja. Jadi, saat semua memiliki waktu luang, maksimalkan kesempatan itu. Ngga harus dengan jalan-jalan atau liburan, bahkan bersih-bersih rumah atau menonton film bersama di rumah pun bisa memperkuat ikatan. 

Baca juga: Jenis Olahraga yang Bisa Menguatkan Bonding Antara Orang Tua dan Anak

4. Terlibat dalam Studi, Aktivitas, dan Pertemanan Anak-anak

Walau antar jemput sekolah itu kadang melelahkan, apalagi jika sekolahnya jauh dan mesti menembus kemacetan, tapi demi anak, lakukanlah. Kadang, di perjalanan itu kita justru punya aneka macam bahan obrolan. 

Saya termasuk salah satu Mama yang senang mendampingi anak-anak berkegiatan di sekolah. Saat ekstra kurikuler misalnya, terkadang saya menunggui mereka.

Langkah Membangun Bonding dengan Anak Remaja

Dengan teman baik anak-anak pun saya berusaha mengenal. Oiya, si sulung punya 4 orang sahabat laki-laki. Mas Amay dan keempat sahabatnya kami namai Pandawa Lima. Saking dekatnya, bahkan saat khitan pun mereka khitan di tempat yang sama, dengan waktu yang berdekatan (bisa dibilang berbarengan, hanya dibedakan saja jadwalnya karena pandemi tidak memperkenankan kita bergerombol).

Baca cerita khitannya di sini: Pengalaman Mengkhitankan Mas Amay di Solo Khitan Center

5. Percayai Anak, Hargai Pendapatnya, dan Jadi Support System Untuknya

Agar sebuah hubungan bisa terjalin dengan baik, masing-masing pihak harus saling mempercayai satu sama lain. Rasa saling percaya tak hanya diperlukan dalam hubungan suami istri, antara orang tua dengan anak pun begitu. 

Memang butuh waktu ya, Ma... Saya pun masih belajar untuk ini, karena kadang di hati saya masih tebersit keraguan terhadapnya. Entah itu tentang kemampuannya, entah itu tentang pilihan-pilihannya. Namun, saya sadar, saya harus melatih tumbuhnya rasa percaya itu. Karena ketika anak merasa dipercaya, anak akan merasa dihargai, kepercayaandirinya akan tumbuh, dan ia pun akan belajar bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. 

~

Saat anak-anak kecil, waktu terasa lambat berjalan. Namun, seiring dengan bertambahnya usia mereka, seiring dengan tumbuhnya kemandirian di diri mereka, kita akan menyadari betapa waktu seolah berlari. Untuk itu, Ma, selagi ada banyak waktu untuk bersama, habiskan dengan saling menyayangi, karena waktu tak akan pernah kembali.


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Yang Dikenang Anak tentang Ibunya

Friday, October 21, 2022

Tidak ada seorang pun bisa benar-benar siap menghadapi kehilangan. Bahkan jika kehilangan itu sudah diawali dengan aneka pertanda. Begitupun saya ketika ditinggal oleh ibu untuk selamanya, meski beliau sudah menderita sakit sejak lama. 

Sering, rasa rindu itu tiba-tiba memenuhi dada. Yang membuatnya terasa sakit adalah karena entah kapan rasa ini bisa menemukan penawarnya. Tak ada yang tahu kapan hari pertemuan itu akan tiba.

17 Oktober yang lalu, genap 14 tahun saya ditinggalkan ibu. Sebenarnya tidak ada niat untuk menulis tentang ibu saat ini, tetapi karena suatu hari si bungsu mengeluhkan celana sekolahnya yang sobek, ingatan saya kembali ke masa kecil dulu. Benar-benar ya, perkara celana sobek saja bisa memantik kenangan.

Kenangan tentang Ibu

 

Dari apa yang beliau lakukan untuk suami dan anak-anaknya, di benak saya tertanam kenangan tentang ibu, yang seperti ini...

1. Ibu pandai menjahit

Bisa dibilang, kebanyakan baju-baju saya adalah hasil karya beliau. Kalau saya lebih suka memermak pakaian yang sobek di tukang jahit keliling, ibu tidak begitu. Baginya, seribu - dua ribu adalah lembaran berharga. Kenapa harus mengeluarkan uang untuk sesuatu yang bisa dikerjakan sendiri? Pakaian utuh saja bisa dibuatnya, apatah lagi cuma memperbaiki kerusakan kecil? Tentu ini urusan sepele.

Berbeda dengan saya. Jika sesuatu bisa dikerjakan orang lain, kenapa harus saya? Hehehe... dasar pemalas!

Tapi kemarin, karena tukang jahit langganan tidak muncul, akhirnya saya pun menjahit sendiri celana Aga yang sobek itu. Terpaksa. Namun, hal inilah yang justru membangkitkan ingatan ini. 

2. Ibu pandai memasak

Beberapa waktu terakhir, saya, bapak, dan adik, sering membahas tentang pernikahan. Ini karena adik saya memang sudah cukup umur untuk menikah. Calon, insya Allah sudah ada, tapi kapan waktunya, kami sendiri belum tahu.

Nah, berkaitan dengan pernikahan, hal yang cukup penting untuk dipikirkan adalah mengenai hidangan. Apakah akan dikonsep seperti adat Solo, yaitu "piring terbang", atau ingin lebih simpel yakni prasmanan?

Ah, ternyata mau menikah saja serumit ini ya? Hihi... Kalau ada ibu, pasti sudah beres semua. 😔

Omong-omong soal pernikahan, dulu semasa sehatnya, ibu sering dimintai tolong untuk memasak oleh tetangga yang sedang punya hajat. Ini karena ibu pandai memasak. Di saat seperti itu, ibu akan pulang ke rumah saat sudah larut malam, dan berangkat ke tempat hajat pagi-pagi sekali keesokan harinya. Kurang tidur, itu sudah pasti. Tapi, ibu adalah orang yang kuat menahan kantuk, jadi, begadang adalah hal yang biasa untuk beliau. Sungguh beda sekali dengan anaknya yang ini.

3. Ibu bisa memotong rambut

Waktu kecil dulu, saya jarang sekali pergi ke salon. Untuk memotong rambut, cukup pergi ke "Salon Ibu". Model rambutnya seperti apa, tentu suka-suka ibu saja. Tapi, ibu suka sekali membuatkan saya poni. Menurut beliau, poni adalah tanda bahwa saya masih anak-anak. Seolah-olah, anak-anak memang harus punya poni.

Saya sih nurut saja lah. 😁

4. Ibu sangat rajin

Ibu itu, bangun paling pagi dan tidur paling malam. Kalau ibu sehat, rumah rapi dan bersih, makanan banyak, bak cucian juga bersih semua. Tapi kalau ibu sakit, bahkan jendela kamarnya saja tidak dibuka. 😥

Ada masa-masa di mana saya selalu takut kalau pergi sekolah. Saya takut tiba-tiba dijemput karena ibu meninggal. 

Ada masa-masa di mana saya selalu mengawasi perutnya saat tidur. Apakah masih bergerak naik turun?

Ya, kemudian tibalah hari itu. Hari di mana saya sudah merantau jauh, jauh dari ibu. Lalu, di suatu siang telepon berdering, mengabarkan bahwa ibu sudah kembali ke pangkuan Illahi. Walau saya sudah terbiasa melihat ibu terbaring lemah, tapi saya tak pernah siap ditinggalkan ibu secepat itu. 

Dan bahkan setelah 14 tahun lewat, duka itu masih menyayat. Kini cuma doa yang bisa saya hadiahkan untuk beliau. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima seluruh amal baiknya, menerangkan jalannya, melapangkan kuburnya, mengharamkan neraka untuknya, dan kelak mempertemukan kami di jannah-Nya. Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin...

Bicara tentang kenangan, kira-kira, akan dikenang seperti apakah saya kelak di mata Mas Amay dan Adek Aga?

 


Ditulis dengan Cinta, Arinta

Read More

Perubahan dan Perkembangan pada Anak Laki-laki 11 Tahun

Sunday, October 16, 2022

 

 "Mas Amay kan bukan bocil lagi."

Protes si sulung, waktu saya memintanya memakai minyak telon selepas mandi. 

Apa? Minyak telon?

Hehe, iyaa... Saya suka dengan wangi minyak telon, jadi saya sering mengoleskannya ke tubuh anak-anak setiap mereka selesai mandi. 

Tapi Mas Amay sudah 11 tahun. Masa masih pakai minyak telon? 

Itulah... Di mata saya, dia masih bayi kecil yang belum ngerti apa-apa. Padahal, di usianya yang sudah masuk kategori "teenager" ini, tentu sudah banyak sekali perubahan dan perkembangan yang menunjukkan bahwa ia bukan anak kecil lagi.

Milestone Anak Laki-laki 11 Tahun


Milestone anak laki-laki 11 tahun

Anak laki-laki dan anak perempuan, memiliki tahapan perkembangan yang berbeda. Mengutip theasianparent.com, di dalam rahim, anak laki-laki mengalami lonjakan testosteron yang dapat membuat otak mereka berkembang secara berbeda dari otak anak perempuan. Nah, menurut penelitian, semakin tinggi hormon testosteron yang terekspos pada bayi laki-laki di kandungan, maka semakin besar pula kemungkinan mereka untuk menjadi anak yang impulsif. Faktor inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab perbedaan perkembangan pada anak laki-laki dan perempuan.

Perbedaan perkembangan ini terjadi sejak bayi, bahkan sampai anak menginjak masa remaja. Maka tak heran jika anak perempuan biasanya akan mengalami pubertas lebih awal dibandingkan anak laki-laki.

Namun, kali ini kita tidak akan membahas tentang perbedaan-perbedaan itu, Ma... Di artikel ini kita akan fokus pada perkembangan anak laki-laki di usia 11 tahun. So, inilah yang terjadi dan apa saja yang bisa kita lakukan untuk bisa membantu mereka tetap pada jalurnya.

Perkembangan Bahasa

Di usia 11 tahun kebanyakan anak laki-laki akan mengalami penambahan kosakata yang cukup banyak. Nah, di sini kita mesti hati-hati, Ma, karena lingkungan pergaulan juga akan mempengaruhi gaya bahasa mereka. 

Beberapa waktu lalu, ada masalah yang terjadi di kelas anak saya. Ada anak-anak yang senang berbicara kotor, bahkan beberapa di antaranya adalah anak perempuan. Kata-kata kotor ini terdengar oleh salah satu orang tua murid, dan singkat cerita terjadilah perdebatan panjang antara orang tua murid ini dengan orang tua si anak yang berbicara kotor itu.

Bagi beliau (orang tua yang anaknya sering berbicara kotor), ketika anak bicara kotor dengan temannya, artinya dia sudah menemukan circle pertemanan yang nyaman. 

Tepok jidat!

Tentu saja, sebagai ibu, saya tidak ingin anak saya ikut-ikutan dan menormalisasi kata-kata kotor dan kasar seperti itu. Saya dan suami pun berdiskusi dengan Mas Amay soal ini, dan alhamdulillah kami sepaham bahwa berkata kasar itu tidak baik. Suami juga menyampaikan bahwa kita dinilai dari perkataan dan perbuatan yang kita lakukan. Sehingga, penting bagi kita untuk menjaga ucapan dan perilaku.

Kebiasaan berkata kotor, bisa saja terbawa hingga dewasa. Saya tidak ingin itu terjadi. Lagipula, dalam Islam pun kita diperintahkan untuk berkata yang baik-baik, atau diam. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda,

"Bukanlah seorang Mukmin itu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang melaknat, bukan pula seorang yang keji dan kotor ucapannya." (HR. Bukhari)


Baca : Ketika Anak Berbicara Kasar


Hadits larangan berkata kotor


Perkembangan Fisik

Usia 11 tahun. Pubertas atau masa akil balig sudah dekat, atau bahkan sudah dimulai. Anak-anak kita mungkin ada yang sudah mengalami perubahan fisik, seperti perubahan bentuk suara, tumbuhnya rambut kumis atau jambang, pundak dan dada yang terlihat bidang, dll.

Nah, sebagai orang tua, kita bisa melakukan beberapa hal ini untuk mendukung fisik mereka, Ma;

  1. Sediakan makanan sehat di rumah, dan usahakan untuk sesering mungkin makan bersama anak-anak di rumah. Nikmati sebanyak mungkin momen bersama mereka, karena masa ini tidak akan terulang. (Duh, nulis begini aja udah mellow)
  2. Pastikan mereka punya waktu tidur yang cukup
  3. Dukung mereka untuk melakukan olahraga yang disukai. Anak-anak saya kebetulan mengikuti ekstrakurikuler Tapak Suci di sekolah. Meski di mata kita, kegiatan mereka saja sudah cukup melelahkan, tapi ternyata ekskul ini adalah "hiburan" bagi mereka. Olahraga memang menguras energi secara fisik, tapi jika anak-anak menyukainya, ini jadi semacam sarana untuk me-refresh otak.


Baca Juga: Kiat Mempersiapkan Anak Menghadapi Masa Balig Menurut Ajaran Islam

Perkembangan Sosial

Di usia 11 tahun, anak laki-laki mungkin akan lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Sebagai orang tua, yang bisa kita lakukan antara lain:

  1. Bangun harga diri anak. Tekanan dari teman sebaya mungkin akan meningkat mulai usia ini. Anak yang sudah memahami dirinya dengan baik, paham bahwa diri mereka berharga, insya Allah akan dapat melalui masa ini dengan baik pula.
  2. Jelaskan tentang bahaya merokok, alkohol, dan penggunaan obat-obat terlarang. Ajarkan cara menolak ajakan teman yang meminta mereka untuk "icip-icip". Di sini, peran Ayah juga sangat penting ya, Ma...
  3. Bicara tentang "seks", bukan hal yang tabu lho... Daripada mereka tau dari teman-temannya, lebih baik mereka tau dari orang tuanya, bukan?
  4. Pantau keamanan online. Anak-anak jaman now sudah semakin pintar, Ma... Ada beberapa yang sudah membuat password untuk handphone mereka sendiri. Jadi, orang tua harus lebih cerdik, ya...


Baca: Ternyata Begini Rasanya Mengasuh Anak Pra-Remaja

Perkembangan Emosi

Usia 11 tahun termasuk usia peralihan antara masa anak-anak menuju masa remaja. Biasanya, anak-anak ini punya keinginan untuk lebih cepat dewasa. Tapi, apakah mereka sudah benar-benar siap memikul aneka tanggung jawab?

Kita para orang tua yang sudah sampai di usia ini, sudah paham bahwa jadi orang dewasa ternyata banyak menanggung beban tidak mudah. Tapi, dalam perspektif anak-anak, jadi orang dewasa itu lebih menyenangkan, karena dianggap lebih bebas dan punya kendali atas diri sendiri.

Nah, di sinilah orang tua perlu nge-spill, apa saja sih yang harus ditanggung oleh orang dewasa? 

  1. Di pikiran anak, jadi dewasa itu enak, karena bisa punya uang dan mengatur semua semaunya. Jadi, orang tua perlu memberi penjelasan bahwa menjadi orang dewasa tidak selalu berhasil. Ada banyak kegagalan yang pernah kita lewati. Jelaskan pula tentang risiko dan tanggung jawab, juga bagaimana kita menghadapi kegagalan itu. 
  2. Di usia ini, anak mungkin akan mulai mengalami stres, entah karena tugas sekolah yang menumpuk, atau karena hubungannya dengan teman-teman. Nah, kita perlu memberi contoh yang baik, bagaimana cara meredakan stres, agar anak dapat menirunya. 
  3. Anak umur 11 tahun, biasanya akan lebih senang mengobrol dengan teman-temannya, dan akan semakin jarang bercengkerama dengan orang tuanya. Tidak apa-apa, Ma, memang seperti inilah masanya. Namun, mari, sebisa mungkin ajak anak-anak untuk mengobrol tentang apa saja. Karena saat bercengkerama inilah, kita bisa memasukkan nilai-nilai yang kita pegang.


Perkembangan Akademis

Mas Amay saat ini sudah duduk di kelas 6. Tentu akan ada banyak tantangan di tahun ini. Kabar baiknya, anak laki-laki di usia ini biasanya lebih bisa fokus daripada di usia sebelumnya. Mereka punya rentang konsentrasi dan perhatian untuk waktu yang lebih lama. 

Anak usia 11 tahun juga mulai menjadi pemikir. Jangan kaget kalau mereka punya pertanyaan-pertanyaan yang "rumit". Yang jelas, jangan malas untuk berkonsultasi dengan guru kelas untuk memantau perkembangan akademisnya, Ma... 

~

Saat menjadi orang tua, artinya kita harus siap untuk belajar hal baru setiap harinya. Setiap usia memiliki tantangannya sendiri-sendiri. Bismillah, insya Allah kita bisa ya, Ma... Selamat datang di perjalanan roller coaster anak usia 11 tahun, yang menyenangkan, namun juga membingungkan! 😊

 

Ditulis dengan Cinta, Mama

 

Referensi:

-  https://www.webmd.com/parenting/guide/son-11-milestones

Read More

Catatan Wisuda Tahfidz Mas Amay dan Adek Aga

Friday, October 7, 2022

 

"Mendidik anak itu seperti mengukir di atas batu. Sulit. Tapi ketika sudah jadi, niscaya ukiran itu tidak akan mudah hilang."

Itu adalah sepenggal kalimat yang akan saya ingat. Sebuah pesan yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah, saat awwalussanah beberapa waktu lalu.

Ya, mendidik anak menjadi anak yang sholih, pintar, berakhlak mulia, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi jika orang tua bercita-cita memiliki anak yang hafidz Qur'an, tentu tantangannya lebih berat lagi. Maka dari itu, patutlah saya berbangga hati saat tanggal 6 Agustus lalu, Mas Amay dan Adek Aga termasuk dalam siswa-siswi yang mengikuti wisuda tahfidz. Tidak banyak yang berhasil lolos dalam ujian tahfidz ini, sehingga saya sangat bersyukur telah menjadi bagian dari orang tua - orang tua yang beruntung itu.

Otak anak-anak konon diibaratkan seperti spons baru yang daya serapnya masih sangat baik. Bagi mereka, menghafal ayat demi ayat adalah hal yang mudah. Namun, kita tidak boleh lupa, bahwa sudah jadi sunnatullah jika manusia itu memiliki sifat yang mudah lupa. Untuk itu, mempertahankan hafalan dengan muroja'ah adalah rutinitas yang harus dilakukan oleh seorang yang ingin menjadi hafidz Qur'an.

Nah, di sinilah tantangannya. Perjuangan untuk membiasakan anak-anak agar mau muroja'ah setiap hari, sama sulitnya dengan membiasakan anak-anak untuk disiplin sholat 5 waktu. Kita tidak boleh bosan mengingatkan, juga tidak boleh malas mendampingi mereka saat hafalan. Satu hal yang juga tidak boleh dilupakan adalah; Jangan Bosan Mendo'akan Anak-anak.

Baca juga: Rutin Sholat Dhuha karena Anak

Jika mengingat kembali momen wisuda tahfidz 4 tahun lalu, saat itu Mas Amay masih kelas 2 SD, adek Aga bahkan belum sekolah. Saya hampir menitikkan air mata saat melihat kakak-kakak kelasnya Amay berdiri di atas panggung, melantunkan ayat demi ayat secara serentak. Masya Allah. Saat itu saya berbisik kepada Mas Amay dan Dek Aga, "Nanti Mas Amay sama Adek berdiri di sana juga ya kayak kakak-kakak."

Awwalussanah dan wisuda tahfidz
Awwalussanah + Wisuda Tahfidz 4 tahun lalu. Alhamdulillah, fotonya tersimpan di IG story. :)

Alhamdulillah, do'a saya dikabulkan oleh Allah, 4 tahun kemudian. Waktu yang sebenarnya molor dari rencana, karena kita dihantam pandemi sehingga semua nyaris lumpuh dua tahunan ini, termasuk soal pendidikan anak-anak. Sekolah saat pandemi itu, bisa tetap semangat belajar aja sudah alhamdulillah. Bisa paham materi dan bisa mengumpulkan tugas tanpa drama itu sudah bonus. Wkwkwk...

Hal ini berlaku juga untuk hafalannya anak-anak. Bisa mempertahankan hafalannya saja, bagi saya itu sudah luar biasa. 

Begini. Ibu adalah madrosatul uula, itu benar. Tapi, tidak semua ibu punya kemampuan mengajar seperti guru. Guru itu, bagaimanapun juga, punya wibawa yang berbeda di mata anak. Itulah mengapa, terkadang, meski memakai cara yang sama, tetapi hasil pengajaran antara orang tua dan guru bisa berbeda.

Makanya, saya sangat bersyukur, Mas Amay bisa menjadi salah satu dari wisudawan tahfidz di hari itu. Karena ini menandakan bahwa "jiwa guru" saya masih tersisa, meski sudah tidak mengajar 12 tahun lamanya. Xixixi... Alhamdulillah. Ya, walaupun kadang muncul sifat T-Rexnya. Seperti di tulisan saya yang ini: Dear Mama, Apakah Ketidaksempurnaan adalah Dosa?

~~~

Menjadi salah satu siswa yang berhasil lolos wisuda tahfidz, tentu bukanlah tujuan utama. Karena seperti pesan Bapak Kepala Sekolah, "Menjadi Hafidzul Qur'an itu baik, tetapi lebih baik lagi jika bisa menjadi Hamilul Qur'an (orang yang setiap tingkah lakunya, tutur katanya, mengandung Al-Qur'an)". Apalagi, Mas Amay dan Adek Aga masih punya PR menyelesaikan 29 juz lainnya. 

Mama dan Papa tentu hanya bisa mendukung dan mendoakan, semoga Mas Amay dan Adek Aga senantiasa diberikan hati yang mencintai Al-Qur'an, yang menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman utama dalam hidup. Dan semoga, Allah beri kemudahan untuk Mas Amay dan Dek Aga, agar bisa menjadi Hafidzul Qur'an yang juga Hamilul Qur'an. Aamiin aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin..

Wisuda Tahfidz

Oya, kemarin ada yang tanya, baju kokonya beli di mana. Jawabnya di sini ya, Ma; https://shope.ee/9p3JPHo6Db

Alhamdulillah dimudahkan mencari baju koko warna putih, meski waktunya mepet. Bahannya katun toyobo, jadi ngga bikin gerah. Dan bisa dilihat di foto, anaknya kelihatan rapi, cakep, meski dari belakang. 😊



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Kiat Mempersiapkan Anak Menghadapi Masa Balig Menurut Ajaran Islam

Saturday, October 1, 2022

 

"Pena (pencatat amal) akan diangkat dari tiga orang, yaitu dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak-anak sampai dia balig, dari orang yang gila sampai dia sadar (berakal)." (HR. Abu Daud)

Hadits tentang pencatatan amal


Membaca hadits di atas, seketika saya teringat dengan Mas Amay yang saat ini sudah berumur 11 tahun. Mungkin sebentar lagi, ia pun akan memasuki masa balig. Tentu, sebelum kita menghadapi sesuatu, akan lebih baik jika kita sudah lebih dulu membekali diri dengan ilmu, supaya tidak kaget atau bingung. Maka dari itu, saya pun mulai mencari referensi, apa saja yang harus orang tua persiapkan untuk mendampingi anak-anak menjelang masa peralihan itu. Alhamdulillah, di sekolah ada pelajaran Al Islam, yang mulai men-spill tentang apa itu masa balig, apa saja tanda-tandanya, dan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menghadapinya. Jadi tugas saya sedikit lebih ringan. 😁

Satu hal yang harus kita ingat, ketika anak-anak sudah memasuki masa akil balig, mereka sudah masuk kategori mukalaf atau diberi beban syariat. Maka dari itu, segala tingkah lakunya tidak bisa ditolerir seperti saat mereka masih kecil. Untuk itu, sebagai orang tua kita harus menjelaskan bahwa sejak saat itu, seluruh perbuatan kita, baik atau buruk, sudah mulai dicatat dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Ada beberapa hal yang mesti kita (orang tua) persiapkan, untuk mendampingi anak menyambut masa akil balig. Tapi sebelumnya, mari kita cari tahu, apakah yang dimaksud dengan akil balig itu?

Masa akil balig seringkali diidentikkan dengan masa pubertas. Puber, berasal dari kata pubescere yang dalam bahasa latin memiliki arti mendapat pubes. Tahukah apa itu pubes? Pubes adalah rambut kemaluan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa masa puber adalah masa di mana tubuh anak mengalami perubahan secara fisik, yang menandai matangnya organ-organ reproduksi. 

Sebenarnya ada sedikit perbedaan makna antara pubertas dan akil balig dalam Islam. Akil, berarti memiliki akal, pemahaman atau pengetahuan. Sedangkan balig artinya telah sampai pada kesempurnaan. Akil balig bisa diartikan sebagai masa ketika seseorang telah mencapai tahap sempurna baik dari segi fisik maupun emosional. Pada anak laki-laki, masa akil balig ini ditandai dengan mimpi basah, sedangkan pada anak perempuan ditandai dengan datangnya haid atau menstruasi.

Nah, seperti yang telah Mama Kepiting tulis di awal, setelah anak memasuki masa balig yang berarti sudah masuk kategori mukalaf, anak sudah harus paham apa saja kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang muslim. 

Berkaitan dengan kewajiban-kewajiban itu, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh orang tua, yakni:

Tips mendampingi anak menjelang masa puber

 

1. Membiasakan Anak Melakukan Ibadah Wajib

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud dan Ahmad, dari Amr bin Syu'aib, dari bapaknya dan kakeknya dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

"Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan salat saat usia mereka 7 tahun, dan pukulah mereka saat usia 10 tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka." (Dishahihkan oleh Al-Albany)

Nah, maka benar bahwa dalam Islam, persiapan menyambut masa balig itu tidak instan, tetapi harus dipersiapkan sejak tahun-tahun sebelumnya. Apa jadinya jika sejak kecil anak tidak dibiasakan salat dan berpuasa? Saat masa balig itu tiba, yang dikhawatirkan adalah anak-anak meninggalkan kewajiban itu.

2. Mengajarkan tentang Thaharah atau Bersuci

Mengapa thaharah itu penting? Karena ada beberapa ibadah yang baru dianggap sah apabila dilakukan dalam keadaan suci dari hadas.

Apa itu Hadas?

Hadas adalah keadaan tidak suci pada seseorang sehingga terhalang baginya melakukan salat, tawaf ketika haji, dan ibadah lainnya yang harus dilakukan dalam keadaan suci.

Hadas dibagi menjadi 2;

  • Hadas kecil, yaitu hadas yang dapat disucikan dengan cara berwudhu atau bertayamum saja. Misalnya; keluar sesuatu dari lubang qubul atau dubur (buang air kecil, buang air besar, kentut), bersentuhan langsung antara kulit laki-laki dengan perempuan yang sudah balig dan bukan mahramnya.
  • Hadas besar, yaitu hadas yang harus disucikan dengan cara mandi. Misalnya; haid dan nifas pada perempuan, keluarnya air mani pada laki-laki, atau kondisi setelah berhubungan suami istri.

Saat masa balig tiba, anak perempuan akan mengalami haid, anak laki-laki akan mengalami mimpi basah. Untuk itu, mereka harus tahu cara bersuci yang benar, agar ibadah sholatnya tetap sah.

3. Memberi Pengarahan untuk Menjaga Adab dan Pergaulan dengan Lawan Jenis 

Suatu hari seorang teman berbagi informasi bahwa di sekolah anaknya diajarkan persiapan menghadapi masa akil balig. Ada satu pesan yang bisa kita highlight.

"Saat balig, kita sudah bisa menjadi ayah dan ibu. Tapi, untuk menjadi ayah dan ibu yang baik, banyak hal harus kita persiapkan, seperti mental, spiritual, juga finansial. Karena setelah menjadi ayah dan ibu, tanggung jawab kita akan lebih banyak dan lebih besar. Nah, jika Mas / Mbak (nama anak kita), belum siap menjadi ayah atau ibu, maka Mas / Mbak harus menjaga adab dan pergaulan dengan lawan jenis."

4. Ajarkan Anak untuk Mandiri

Ini juga penting ya, Ma... Ajarkan anak untuk mandiri atau mulai mengurus diri sendiri. Untuk anak perempuan misalnya, mintalah mereka untuk mencuci pakaiannya sendiri. Apalagi jika sudah mengalami menstruasi, maka anak harus bisa mencuci bekas darahnya sendiri.

5. Ajarkan Manajemen Waktu

Manajemen waktu ini berkaitan dengan memilah-milih mana kegiatan yang bermanfaat, mana yang sia-sia. Ingat AMBAK (Apa Manfaat BAgiKu) saat kita akan melakukan sesuatu. Jika tidak ada manfaatnya, lebih baik tinggalkan.

~

Nah, Ma, itulah beberapa persiapan yang mesti orang tua lakukan dalam rangka mempersiapkan anak menghadapi masa puber, sesuai anjuran Islam. Barangkali ada yang mau menambahkan? Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita, untuk menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak, ya... Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.



Ditulis dengan Cinta, Mama

 

 

Sumber referensi:

- https://www.voa-islam.com/read/muslimah/2019/10/25/68019/dampingi-anak-pada-masa-pubertas/ 

- https://al-ibar.net/keluarga/198/persiapan-orang-tua-muslim-menghadapi-masa-pubertas-anak

Read More