Tentang Meminta-minta

Friday, October 15, 2021


Beberapa hari lalu, Tante Rani R Tyas membuka diskusi dengan Tante Widut dan Mama. Tante Rani dilema tentang bagaimana harus bersikap pada pengemis di lampu merah / perempatan. Haruskah diberi, atau dibiarkan saja? Kalau tidak diberi, kasihan. Diberi pun, khawatirnya peminta-minta ini sebenarnya merupakan sekelompok orang yang sengaja diturunkan secara terorganisir, seperti fakta-fakta yang sering ditemukan di berbagai investigasi di televisi.

Kalau Mama Kepiting, Bagaimana Pandangannya terhadap Para Peminta-minta?

Bicara soal peminta-minta, Mama mencoba kembali ke memori belasan tahun silam, saat Mama masih menjadi pengguna KRL Jakarta - Bogor. Mau tahu ngga, KRL yang Mama tumpangi waktu itu? Seperti ini...

KRL zaman dulu
Wajah KRL Zaman Dulu, via metro.tempo.co

Seperti inilah wajah KRL zaman dulu. Kereta akan penuh sesak di waktu pagi dari arah Bogor menuju Jakarta. Kebalikannya, di jam-jam pulang kantor, penumpang dari Jakarta memadati kereta yang menuju ke arah Bogor.

Mama naik KRL seperti ini?

Iya... Mama tinggal di Bogor dan menjalani kuliah malam di daerah Pasar Minggu. Saat pulang kuliah jam 9:30 malam, kereta penuh sesak. Kadang, Mama harus berdiri di tepi pintu yang terbuka. Sangat berbahaya, tapi saat itu tak ada pilihan lain yang lebih hemat dan lebih cepat.

Lalu, apa hubungannya KRL dengan peminta-minta?

Di atas KRL ini, ada banyak peminta-minta dengan aneka modus. Kalau kereta penuh sesak seperti foto di atas sih, hampir tidak ada pengemis, yaa... Tapi saat kereta lengang, pengemis-pengemis itu langsung menyerbu. Ini menjadi pemandangan yang harus Mama nikmati tiap sore hari, saat Mama berangkat kuliah.

Nah, seperti inilah para peminta-minta di KRL.

Peminta-minta di KRL zaman dulu
Pengemis di KRL Zaman Dulu, via ketan-pencok.blogspot.com

Awalnya, Mama rajin menyisihkan sebagian gaji Mama untuk mereka. Namun, kebiasaan itu Mama hentikan saat Mama memergoki seorang pengemis yang tadinya terlihat lumpuh, tetapi setelah keluar dari kereta, ia bisa berjalan dengan normal. Keseelll... Apalagi setelah tahu bahwa penghasilan mereka ternyata jauh lebih banyak dari gaji Mama sebagai guru TK. Dobel-dobel keselnya.

Hingga kemudian, saat kajian, Mama mengungkapkan perasaan ini pada murobbiah. Oleh beliau, Mama diberi nasehat. Kira-kira seperti ini: 

Kalau niat kita mau bersedekah, bersedekahlah. Jika kemudian yang kita beri ternyata berpura-pura miskin, pura-pura lemah, itu menjadi urusannya dengan Tuhannya.
Nah, sejak itu, Mama jadi punya pandangan baru tentang arti sedekah dan hubungannya dengan keikhlasan.

Bagaimana Mama memberi penjelasan tentang peminta-minta pada Mas Amay dan Dek Aga?

Di satu sisi, kita harus menjelaskan pada anak-anak bahwa meminta-minta adalah perbuatan yang kurang terpuji. Tetapi di sisi lain, kenapa banyak orang yang suka meminta dan kita kadang memberi juga? Bukankah itu artinya kita "mendukung" perbuatan mereka?

Di sinilah letak dilemanya...

Sedikit cerita, yaa... Saat ini, di tempat kami tinggal, ada mbah-mbah yang langganan meminta. Biasanya dia datang di hari Minggu sore. Mas Amay dan Dek Aga sudah hafal, dan sudah tahu apa yang harus dilakukan saat simbahnya datang.

Memang, meminta-minta bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Mama pun menyampaikan pada Mas Amay, bahwa ada hadits yang menyebutkan bahwa jika seseorang meminta-minta padahal sebenarnya ia mampu, di akhirat dia akan datang dengan mencakar-cakar wajahnya sendiri.

Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa seseorang yang suka meminta-minta, maka ia akan datang di akhirat tanpa sekerat daging pun di wajahnya.

hadits larangan meminta-minta

Tapi, Mama sampaikan juga pada Mas Amay bahwa ada kondisi yang memperbolehkan seseorang meminta-minta, seperti:

1. Orang yang menanggung hutang. Ia boleh meminta-minta sampai lunas hutangnya, setelah itu berhenti.

2. Orang yang ditimpa musibah sehingga habis seluruh hartanya, ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup.

3. Orang yang ditimpa kesengsaraan hidup, ia boleh meminta-minta sampai memiliki sandaran hidup.

Intinya, meminta-minta boleh dilakukan asalkan dalam kondisi darurat. Namun, harus selalu ditanamkan dalam diri kita (dan anak-anak juga) bahwa saat kita berada dalam kesempitan atau butuh pertolongan, usahakan untuk hanya meminta dan bergantung pada Allah semata. Tanamkan juga bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, artinya, memberi itu jauh lebih baik daripada menerima. Toh, dalam harta kita, sesungguhnya ada hak orang lain juga, kan?

Baca: Jangan Takut Berbagi, Banyak Hal Bisa Kita Raih Setelah Kita Ikhlas Memberi


Jadi, kalau ada yang datang meminta-minta kepada kita, sebaiknya bagaimana? Adalah hak kita untuk memberi atau menolak. Namun, saat tidak ingin memberi, ingat Q.S. Adh-dhuha ayat 10:

"Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardiknya."

Juga Q.S Al-Baqarah ayat 263:

"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya, Maha Penyantun."


 

Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More