Sudah lama Mas Amay minta izin memelihara binatang di rumah. Dia ingin sekali memelihara kucing, karena teman-temannya memiliki kucing juga. Tapiii, jika mengingat pengalaman buruk Mama Kepiting yang di waktu kecil pernah dicakar oleh binatang satu ini, tentu tidak mudah untuk mewujudkan keinginan Mas Amay.
Nah, sebagai pengganti kucing, tahun lalu Papa membelikan seekor ikan. Namun, sedih sekali, tak berapa lama ikan itu mati. Kami menduga penyebabnya adalah cuaca yang ekstrim. Memang, saat ikan itu mati, cuaca sedang dingin-dinginnya. Padahal memelihara ikan adalah pilihan yang aman, karena ikan tidak akan menyerang. Namun, kematian si ikan membuat kami trauma.
~
Beberapa bulan belakangan, Amay kembali merengek-rengek minta kucing. Aduuuh, Mama sampai pusing. Mama mengusulkan hewan lain, hamster atau kelinci misalnya. Ia setuju, tetapi Mama tak kunjung membelikan binatang itu, hehe... Mama perlu waktu untuk berpikir.
Mama mulai berubah pikiran ketika bulan lalu, Adek Aga belajar tentang tema binatang. Ada beberapa tugas sekolah yang tidak bisa ia kerjakan karena kami tidak memiliki binatang peliharaan. Tugas itu adalah memberi makan hewan peliharaan dan bermain bersama hewan peliharaan. Huhu, Adek Aga sempat sedih, tapi mau bagaimana lagi?
Qodarullah, sekitar dua minggu lalu, Ummi Malik (Umminya teman Aga), membuat status WA. Beliau menawarkan 4 ekor kucing bagi siapa saja yang ingin mengadopsi. Usianya sekitar 2 bulan, dan tak lagi menyusu pada induknya.
Status WA Ummi Malik langsung Mama tunjukkan pada Papa. Papa sempat bertanya, "Bener, dirimu pengen adopsi?"
Mama jawab iya, tapi dengan berbagai macam syarat tentu saja. Salah satunya, Papa dan Mas Amay yang harus membersihkan pup-nya. Mama pun ngga mau dekat-dekat dengan si kucing. Pokoknya, si kucing harus jaga jarak dari Mama. Haha...
Ya sudah... Sambil menunggu si kucing bisa dijemput (Ummi Malik ingin grooming kucingnya lebih dulu), kami mempersiapkan kandang, makanan, wadah makan dan minum, juga wadah pup beserta pasirnya. Diam-diam, Mama mempersiapkan nama untuknya. Mayo. Ya, Mayo, diambil dari nama jajanan Risoles Mayones kesukaan kami sekeluarga. 😂
Dan sampailah di hari di mana Mama dan Papa menjemput Mayo dari rumah Ummi Malik. Mama deg-degan, anak-anak pun sudah tidak sabar. Begitu Mayo sampai di rumah kami, suasana langsung berubah. Semua bahagia, termasuk Mama.
Mayo tak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa beradaptasi dengan kami. Meski di awal kedatangannya ia tampak bingung, tetapi keesokan harinya ia sudah bisa "enjoy". Perlahan, kami pun belajar mengerti apa maunya.
Witing tresno jalaran saka kulino...
Peribahasa ini sangat menggambarkan perasaan Mama saat ini. Seminggu memiliki Mayo, rasa sayang padanya tumbuh semakin besar. Oh, begini to rasanya punya peliharaan? Dulu, ketika ada yang menyebut peliharaannya dengan sebutan "anak", saya menganggapnya lebay. Ternyata memang begini rasanya.
Rasa sayang memang tidak bisa diterjemahkan bagaimana mulanya.
Kehadiran Mayo, sedikit banyak mengubah hidup kami. Setelah memelihara kucing, setidaknya ada tiga perubahan positif pada anak-anak (terutama Mas Amay) yang bisa kami rasakan, seperti;
1. Intensitas memegang gadget sedikit berkurang. Baru sedikit sih, belum banyak, tetapi ini tentu menjadi awal yang baik.
2. Mas Amay jadi lebih bertanggung jawab. Ia masih memegang komitmen untuk membuang pup setiap pagi-sore, juga menyiapkan makanan untuk Mayo.
3. Mayo mendatangkan keceriaan untuk seisi rumah. Meski kadang mengganggu, tetapi tingkahnya sangat lucu. Binatang berbulu ini suka sekali menemani kami memasak, "caper" saat kami sholat, manja saat tidur, dll.
Hmm, semoga Mayo sehat selalu. Semoga Mayo betah di rumah ini, karena kata Papa, ketika nanti ia menginjak remaja, kita harus bisa merelakan dia. Kucing jantan, konon suka bertualang. Namun, jika ia merasa bahwa rumah ini adalah rumahnya, ia akan kembali lagi.
Ditulis dengan Cinta, Mama