Mimpi di Siang Bolong

Tuesday, January 2, 2018

Hari ini tumben Mas Amay tidur siang. Mungkin karena habis dimarahi Mama yaa, hehe... Habisnya, Mas Amay dan Adek Aga beranteeem aja. Ceritanya, Adek Aga mau kasih makan ikan yang Mas Amay dapat dari outbond 12 Desember lalu. Tapi, ngasih makannya pakai daun cabe yang Mama tanam. Mas Amay marah, ngasih tau kalau ngasih makan ikan bukan pakai daun, tapi Adek Aga ngeyel.

Dan sudah bisa ditebak kan akhirnya gimana? Adek Aga teriak, Mas Amay marah-marah. Mama pusing dong, dibilangin pelan-pelan nggak bisa. Pakai ilmu diam, Amaynya lapooorrrr aja, "Ini lho Ma, adeknya!" gitu melulu. 

Akhirnya pakai jurus terakhir, ancaman! Mama nggak teriak koq, cuma ngancam. Hahaha, sama aja yaa... Gini nih, "Kalau masih pada berantem, Mama mau pergi berdua aja sama Papa. Lanjutin ya berantemnya, sampai puas!" Gitu. Trus pada nangis dong dua-duanya.

Lalu Mama pun bertitah, "Cuci tangan sini, habis itu tidur!" 

Dan mereka pun pergi tidur. Hasilnya, Mas Amay bermimpi dan jadilah cerita ini.



Mimpi:  aku bertemu kelinci

1. aku melihat terowongan yang sempit banget

2. terus aku masuk ke terowongan itu

3. terowongan itu panjang sekali

4. sudah sampai aku kaget

5. kelinci-kelinci itu banyak sekali

6. aku balik lagi aku melihat satu kelinci

7. kelinci itu kelaparan

8. terus aku berikan rumput dan wortel

9. terus dia menangis mau ke ibunya

10. kuantar dia ke tempatnya dia berhenti nangis

11. dia bahagia kubawa ke truk, dia kelaparan

12. dia kubebaskan


Mungkin ada yang bingung ya dengan endingnya, tapi ini cerita yang ditulis Mas Amay sendiri, tanpa intervensi Mama. :)
Read More

Ada Ular di Rumah Kantor

Monday, November 13, 2017






Judul: Papa Ngelawan Ular

1. Mas Amay habis mau keluar ada ular
2. Mas Amay manggil papa
3. Ularnya lagi makan cicak
4. Ularnya diserang papa pakai pengki sama sapu
5. Papa nolong Mas Amay
6. Papa nolongin Mas Amay, nyuruh Mas Amay ambilin HP
7. Papa nyuruh Mas Amay HPnya diterangin
8. Papa masukin ularnya ke selokan / got
9. Mas Amay disuruh buangin sampah
1O. Kata papa, hati-hati nanti ularnya ke atas lagi

Selesai / Tamat

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Tadi siang sepulang sekolah, Amay tiba-tiba menggambar pengalaman kemarin saat bermain ke studio Akanoma sama papanya. Kemarin, hari minggu tanggal 12 November, memang ada ular makan cicak di kantor. Kejadiannya saat maghrib. Apa yang digambarkan dan diceritakan Amay di sini memang menceritakan kronologi kejadian. 
Papanya menggunakan sapu dan pengki untuk membuang -Amay bilang, menyerang- si ular. Ular tidak dibunuh, makanya saat Amay disuruh membuang sampah, papanya berpesan untuk hati-hati. FYI, Mas Yopi memang jarang banget bunuh binatang, kecuali nyamuk. Bahkan pernah ngga sengaja bikin tikus mati, istighfarnya berkali-kali. Hahaha...
Read More

Petasan

Tuesday, May 23, 2017

Bulan Ramadhan belum juga datang, tapi bunyi petasan sudah terdengar bahkan sejak berminggu yang lalu. Bunyinya yang menggelegar, terus terang saja sangat mengganggu saya. Kadang kaget mendengar suara kerasnya yang muncul tiba-tiba, kadang juga ada rasa takut saat melihat sekumpulan anak membawa petasan-petasan yang siap diledakkan. Saya takut, anak-anak itu iseng menyalakannya tepat saat saya melewati mereka.

Yah, anak-anak seperti itu kan senang kalau ada orang lain yang dikagetkan. Rasanya mungkin sangat memuaskan. Saya sangat benci dengan benda ini, dan jadi sebal dengan mereka yang menyalakannya hanya demi kepuasan pribadi, tanpa peduli keselamatan orang lain, bahkan keselamatan diri sendiri.

petasan. foto diambil dari Regional Kompas.


**
Suatu hari, segerombolan anak itu menyalakan petasan di dekat rumah. Sekelompok di sebelah utara, dan kelompok lainnya di selatan. Mereka menyalakannya bergantian. Setelah petasan dari utara berdentum, kelompok selatan menyalakan bagian mereka. Begitu terus hingga beberapa kali.

Saya sempat minta Papa Amay untuk keluar dan menasehati anak-anak itu, tapi karena mereka sudah berhenti menyalakannya, jadi Papa Amay mengurungkan niatnya.

Entah, apa yang dipikirkan anak-anak itu, dan bagaimana orang tua mereka menyikapinya. Apakah mereka mengijinkan uang jajan yang mereka berikan digunakan untuk membeli petasan? Atau memang sengaja memberi uang untuk ini? Biar rame gitu... 

Persetan dengan mereka yang membiarkan anaknya bermain petasan dengan alasan supaya anaknya senang. Hellooow, emang nggak ada cara lain untuk bersenang-senang? Saya sih menganggap orang yang main petasan sama dengan orang yang nggak bisa menahan nafsu. “Yang penting bahagia” kata mereka, tapi mereka menghalalkan segala cara untuk bisa bahagia. Mereka masa bodoh dengan orang lain yang keberisikan, yang terganggu dengan suara jedar-jeder yang bikin jantungan.

Selain saya, tentu saja ada orang lain yang terganggu. Tepat di belakang rumah saya, ada bayi berusia 2 bulan yang saat itu menangis keras. Mungkin karena terkejut. Amay saat itu langsung berkomentar, “Itu adiknya kaget ya, Ma?” Saya mengangguk. Yah, meski bayi punya banyak alasan untuk menangis, tapi bisa jadi dia menangis karena terkejut dengan bunyi petasan kan?

Saya pun mulai bediskusi dengan Amay. Saya pikir, ini saat yang tepat untuk mengajaknya berpikir, kemudian memilih dan membedakan mana yang baik dan benar, dan mana yang salah.

“Menurut Mas Amay, orang yang main petasan itu gimana sih?” tanya saya.

“Ya mengganggu. Main petasan kan bikin kaget.” Jawabnya.

“Nah, itu! Mas Amay tahu nggak, kalau orang yang suka mengganggu tetangganya itu nggak akan masuk surga? Mereka dengan tangannya, membuat tetangganya merasa tidak nyaman. Ada bayi sampe nangis. Coba kalau ada yang sakit jantung, lalu meninggal karena kaget, gimana?” Wah, Emak ngoceh panjang kali lebar. Emosiiih.

Saya mengatakan itu bukan tanpa dasar. Ada sebuah hadits shahih yang berbunyi: "Seorang yang senantiasa mengganggu tetangganya niscaya tidak akan masuk surga." --> Lihat As Silsilah Ash Shahihah 549: [Muslim: 1-Kitabul Iman, hal. 73]

“Yang kedua. Main petasan itu mubadzir. Udah bikin kaget, uangnya dibakar untuk hal yang sia-sia dan nggak ada manfaatnya. Mending uangnya buat yang lain yang lebih bermanfaat, ya kan?” Tambah saya.



“Yang ketiga. Main petasan itu bahaya. Nggak cuma bahaya untuk diri sendiri tapi juga bisa membahayakan orang lain.” Kata saya. Saya lalu menceritakan kisah seorang saudara saya di Purworejo, yang harus kehilangan telapak tangannya karena petasan. Ini asli, bukan cerita bohong. Saat itu saya masih SD. Pulang sekolah, ibu cerita kalau baru pulang dari rumah sakit, menjenguk saudara saya itu. Umurnya nggak jauh beda dengan saya. Ibu bilang, tangan kanannya harus dipotong, dan saat ibu saya menjenguknya, dia sedang berlatih menulis dengan tangan kiri.
Ya, seperti itulah.

“Trus Ma, yang keempat apa?” tanya Amay.

Mama menjawab, "Udah cukup tiga aja! Pokoknya main petasan nggak ada gunanya."


Read More

Amay Membuat Miniatur Rumah Adat Bersama Papa

Thursday, April 20, 2017

Seminggu yang lalu, ada surat pemberitahuan dari sekolah, bahwa seluruh siswa wajib membuat miniatur rumah adat untuk dilombakan pada tanggal 21 April. Jum'at, 21 April ini bertepatan dengan puncak tema "Tanah Airku", dan rumah adat hasil karya kerjasama antara orang tua dan anak itu, wajib dikumpulkan sehari sebelumnya.

Sejak menerima surat itu, Papa Amay mulai memikirkan, rumah adat daerah mana yang akan dibuatnya. Mama mengusulkan, rumah Honai saja, yang unik. Tapi setelah Papa menunjukkan beberapa rumah adat, Amay memutuskan untuk membuat rumah Bolon. Rumah Bolon adalah rumah adat Suku Batak yang berasal dari Sumatera Utara.

Iya, Rumah Bolon ini adalah rumah pilihan Amay sendiri. Papa Amay tinggal membantu membuatkan konsepnya, dan mengerjakan hal-hal yang belum bisa Amay lakukan sendiri, seperti memotong kertas yellow board.

Kerjasama pun dimulai. Sementara Papa mengelem kertas yellow board menjadi dinding-dinding rumah, Amay menggunting kertas kokoru yang akan dipakai untuk atap. Kertasnya warna-warni, supaya cerah ceria, hihihi... Lagipula, genting atau atap tidak harus coklat kan? Terserah Amay saja, gimana bagusnya. Hehehe...

Amay pun menggambar kerbau dan orang dengan pakaian adat Batak Toba, dan Papa kemudian menempelkannya sebagai ornamen yang menggambarkan skala dan proporsi. Kenapa kerbau? Karena kerbau adalah binatang yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat Batak disana. 

Dan ini adalah proes pembuatan miniatur rumah Bolon tersebut. Amay and Papa, you did a great job!









Read More

Tentang Q.S. Al-Ghosyiyah

Sunday, December 4, 2016

Besok Mas Amay akan menghadapi EAS atau Evaluasi Akhir Semester. Jadwalnya adalah, menghafal Surah Al- Ghasyiyah, dan beberapa tes lainnya seperti melengkapi huruf pada kata.

Sebenarnya saya bukan tipe ibu yang menuntut anaknya bisa ini itu. Toh tujuan awal menyekolahkan Amay adalah agar ia pandai bersosialisasi. Kebetulan juga saat itu Amay mulai jenuh di rumah, karena perhatian saya lebih banyak untuk Aga yang kala itu masih bayi.

Tapi kali ini, karena saya pun berkeinginan untuk menghafal Surah Al-Ghasyiyah itu (iya, setua ini, saya belum hafal juz 30, hiks), saya pun mengajak Mas Amay menghafal bersama-sama. Jika sebelum-sebelumnya kami hanya muroja'ah sebelum tidur (karena surah-surah sebelumnya insya Allah sudah saya hafal), kali ini saya mulai dari awal. 

Saya yang tipe visual, dan akan mengingat jika sudah kembali menuliskan ulang, pun menulis ulang surah itu. Untuk saya, mendengar murotalnya saja tak cukup. Amay juga sepertinya begitu. Dia lebih mudah menghafal beberapa ayat sekaligus, melalui tulisan tangan saya di kertas. Alhamdulillah, Amay sudah iqro' 5, jadi sedikit-sedikit sudah bisa membaca Al-Qur'an.

Hafalan pun dimulai. Dua hari ini, saya dan Amay baru hafal sekitar 16 ayat, padahal surah Al Ghasyiyah terdiri dari 26 ayat. Perkara besok Amay belum lulus hafalan ini, tak jadi masalah untuk saya. Yang penting, insya Allah mulai saat ini, saya akan rutin menghafal surah di juz 30 bersama-sama Amay. Kita berjuang bersama-sama, ya, Mas.. ☺

Q.S Al-Ghasyiyah dari https://www.youtube.com/watch?v=_41rBOEtqSo

Dan ketika membaca arti dari surah yang kami hafalkan ini, mata saya berair. Apalagi ketika membaca arti dari ayat 1 hingga 7. Ya Allah, rasanya hamba tak akan sanggup jika Engkau tempatkan hamba di neraka-Mu. Mohon jauhkan tempat itu dari hamba, Ya Rabb... Meski untuk mencium surga pun hamba sungguh tak layak. Sangat tak layak.

Inilah arti Surah Al-Ghasyiyah yang menggetarkan hati saya:
1. Sudahkah sampai kepadamu berita tentang hari Kiamat?
2. Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk terhina, 
3. (karena) bekerja keras lagi kepayahan,
4. mereka memasuki api yang sangat panas (neraka),
5. diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas.
6. Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri,
7. yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar.
8. Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri,
9. merasa senang karena usahanya (sendiri),
10. (mereka) dalam surga yang tinggi,
11. disana (kamu) tidak mendengar perkataan yang tidak berguna.
12. Disana ada mata air yang mengalir.
13. Disana ada dipan-dipan yang ditinggikan,
14. dan gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya),
15. dan bantal-bantal sandaran yang tersusun,
16. dan permadani-permadani yang terhampar.
17. Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?
18. Dan langit, bagaimana ditinggikan?
19. Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?
20. Dan bumi bagaimana dihamparkan?
21. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan.
22. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,
23. kecuali (jika ada) orang yang berpaling dan kafir,
24. maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar.
25. Sungguh, kepada Kamilah mereka kembali,
26. kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka.


Read More