Mama Kepiting dan Bacaan Favorit Masa Kecil

Thursday, March 29, 2018


“The more that you read, the more things you will know. The more that you learn, the more places you’ll go.” - Dr. Seuss –

Quote di atas menurut Mas Amay dan Dek Aga bagaimana? Tak terbantah, ya kan? Sungguh akan terlihat berbeda, orang yang suka membaca dengan yang tidak. Kalau tak percaya, baca tulisan Tante Widut dan Tante Rani deh...

Sebenarnya sejak kecil Mama suka membaca. Tapi karena Akung dan Uti tidak memiliki banyak uang, jadi Mama tidak punya bahan bacaan yang memadai.

Kalian beruntung lho, karena Mama tidak segan menyisihkan beberapa lembar uang dari jatah bulanan untuk membeli buku dan berlangganan majalah. Memang buku kalian mungkin tak sebanyak yang lainnya. Bahkan Mama terkadang membeli buku bekas yang harganya lebih murah. Tapi usaha Mama ini, Mama lakukan agar kalian bisa tumbuh lebih cemerlang dibanding Mama. Semoga ya...

Waktu Mama kecil dulu, Mama tak pernah punya buku selain buku pelajaran. Yang Mama baca adalah majalah Ummi, yang Uti Ning bawa. Waktu itu, Uti Ning masih menjadi mahasiswi STAN. Dan tiap kali beliau pulang ke rumah Uyut, beliau membawa setumpuk majalah.

Majalah Ummi

Kok Mama kecil-kecil baca Majalah Ummi?

Hihi, adanya cuma itu, sayang... Tapi jangan salah, di bagian tengah biasanya ada rubrik PERMATA yang khusus untuk anak-anak kok.

Dari PERMATA di majalah Ummi itu, Mama mengenal Bilal bin Rabbah. Mama masih inget banget ilustrasinya. Ada seorang pemuda berkulit hitam, yang ditindih batu besar dan dibaringkan di atas gurun pasir yang panas. Ia disuruh keluar dari Islam. Tapi karena kuatnya iman, ia bisa melewati siksaan itu.

Oya, ada lagi. Mama mengenal Fir’aun dan Nabi Musa, juga dari PERMATA. Mama ingat ilustrasinya, ketika Musa masih bayi, ia ditaruh di keranjang oleh ibundanya, kemudian dihanyutkan di sungai. Sungguh, PERMATA di majalah Ummi benar-benar bisa mewarnai hari-hari Mama saat itu.

Bacaan Mama cuma majalah Ummi?

Iya...

Sampai akhirnya Mama mengenal majalah Bobo. Bukan, bukan karena berlangganan. Tapi karena waktu itu Mama lagi liburan di rumahnya aunty Cheza di Jogja. Aunty punya banyak buku, dan bertumpuk-tumpuk majalah Bobo. Ada yang baru, ada juga yang berupa bundel berisi kumpulan majalah Bobo lawas.

Mama jadi numpang baca kalau sedang di sana. Dulu Bona masih berwarna pink, bukan ungu seperti sekarang. Temannya bernama Rong-Rong, bukan Kaka dan Ola.

Yang Mama suka dari Bobo, tentu saja cerpennya, juga ceritera dari negeri dongengnya Oki dan Nirmala. Membaca cerpen di majalah Bobo, membuat imajinasi Mama berkelana. Benar jika dikatakan bahwa reading is dreaming with open eyes.

Majalah Bobo dan Totto-chan kesukaan Mama
Sampai sekarang pun, Mama masih suka membaca cerpen-cerpen di majalah Bobo. Mama ingin suatu saat bisa membuat cerita yang indah seperti penulis-penulis di sana.

Jadi, sebenarnya Mama berlangganan majalah Bobo untuk siapa sih? Ya untuk kalian. Dan untuk Mama juga. Hihihi... Jangan lelah membaca ya, anak-anak Mama... Kelak, kalian akan merasakan sendiri manfaatnya.
Once you learn to read, you will be forever free.

Read More

Karena Tak Ada yang Memberi Kado, Anak Ini Membeli Kado Ulang Tahunnya Sendiri

Sunday, March 18, 2018


Hihi, judulnya kok begitu ya? Miris ngga sih? Eittt, tunggu dulu... Baca sampai selesai yaa..

Tanggal 16 Maret kemarin, Mas Amay menginjak usia tujuh tahun. Alhamdulillah, di Jum'at pagi itu, Mas Amay memulai hari dengan sholat subuh bersama Mama. Tak lupa, Mama mengucapkan selamat ulang tahun, dan membisikkan do'a untuknya.

Mas Amay bersiap ke sekolah dengan penuh semangat dan penuh senyuman. Tidak, Mama belum memberi apa-apa, jadi memang Mas Amay bergembira karena merasa hari itu adalah miliknya.

Memang, ada satu yang kurang, yaitu Papa yang saat itu masih dalam perjalanan dari Bandung. Seminggu itu Papa memang ke luar kota, dari Surabaya, Banyuwangi, kemudian Bandung. Dan Papa baru sampai Solo lagi di sore harinya.

Oya, mengapa Mama tidak memberi kado? Pertama, karena Mama ingin mengajarkan bahwa ulang tahun adalah pertambahan angka, yang tidak ada hubungannya dengan kue dan simbol-simbol lainnya. Kedua, Mama mengatakan pada Mas Amay bahwa bertambahnya usia, sama dengan bertambahnya tanggung jawab sebagai seorang manusia. Mas Amay harus mulai bersiap untuk taat pada kewajiban, baik itu sebagai seorang hamba, sebagai anak, sebagai kakak, sebagai seorang muslim, dan sebagai bagian dari manusia lainnya.

Berat ya?

Iya memang..

Tapi, Mas Amay masih anak Mama yang kecil, mungil dan lucu, kok. Makanya, Mama tawarkan sebelumnya, "Mas Amay mau kado apa? Mau dibeliin donat nggak?" Dan Mas Amay dengan mantap menjawab, "Enggak!".

Oya, kenapa Mama menawarkan donat dan bukan kue? Karena Mas Amay paling suka dengan donat bertabur gula putih. Tapi karena saat itu Mas Amay menolak, ya sudah, Mama tidak menyediakannya. Hihi.. Mama kejam? Anggap saja begitu. :D

Lalu Mas Amay ingin apa?

Mas Amay hanya ingin sebuah krayon untuk mewarnai. Dan krayon itu, katanya, akan dibeli dengan uang tabungannya sendiri.

Sedikit cerita, sejak ulang tahun Dek Aga 4 bulan lalu, Mas Amay mulai menabung. Mas Amay menabung karena saat itu ia ingin memiliki sebuah mainan yang cukup mahal. Kata Papa, "Mas Amay coba menabung seribu sehari. Nanti pas ulang tahun, berarti empat bulan lagi, uang Mas Amay mungkin sudah cukup. Kalau kurang nanti Papa tambahi."

Ya dan sejak itu Mas Amay mulai menabung. Uang jajan Mas Amay tidak banyak, hanya 3 ribu rupiah sehari. Mama memang tidak memberi uang terlalu banyak, karena sudah ada catering juga di sekolah. Pagi pun sudah sarapan, jadi buat apa terlalu banyak jajan?


Singkat cerita, uang tabungannya terkumpul sebanyak 110.000 rupiah. Cukup banyak untuk ukuran uang 3 ribu sehari selama 4 bulan saja. Hihihi... Dari uang tabungannya itu, Mas Amay membeli sebuah krayon dengan harga 82.000 rupiah. Bagaimana dengan mainan yang dulu diincarnya? Oh, Mas Amay sudah melupakannya ternyata.

mewarnai dengan crayon yang dibelinya sendiri

Mama melihat ada rasa bangga dan bahagia, saat Mas Amay dengan percaya diri menenteng celengan ke minimarket untuk membeli krayon impian. Jujur, Mama pun terharu, senang, dan bangga juga dengan usahamu, Nak... Sesuatu yang bisa dimiliki dengan perjuangan, rasanya akan berbeda dengan sesuatu yang didapatnya dengan cara yang mudah. Betul tidak, Mas?

Mama dan Papa bersyukur bisa memberikan "rasa" itu. Rasa puas, namanya. Puas itu perpaduan antara lega, bangga dan bahagia. Kau tahu itu, Mas?

Kelak, Mas Amay dan Dek Aga harus selalu ingat rasa ini, ya.. 😊


Read More

Lagu Kasih Ibu, Tak Cocok untuk Mama Sepertiku

Sunday, March 11, 2018

Mama lagi mellow Mas, Dek... Gara-garanya, Tante Ran dan Tante Widut mulai membicarakan tentang masa tua. Sebenarnya kita nggak boleh berandai-andai sih ya... Apalagi berandai-andai tentang usia, yang belum tentu jadi milik kita. Tapi obrolan kemarin, sungguh membuat Mama merenung.

Mas, Dek...

Kalian suka menyanyi lagu Kasih Ibu ya? Apalagi beberapa waktu lalu, lagu Kasih Ibu pun ada di buku pelajaran Mas Amay. Betapa sempurna sosok seorang ibu, hingga ia layak diabadikan dalam lagu.

Tapi Mas, Mama merasa Mama tak layak dinyanyikan lagu itu. Kenapa? Karena lagu Kasih Ibu itu cerminan ibu yang sempurna. Sedangkan Mama, ya, kalian tahu sendiri lah Mama bagaimana.


Kan katanya Kasih Ibu tak terhingga sepanjang masa, tapi nyatanya, terkadang kasih sayang Mama ada syaratnya. Misalnya, Mama lebih sering menciumi kalian ketika kalian selesai melakukan sesuatu yang Mama inginkan. Kalau kalian tidak mau, Mama jadi ngomel melulu.

Oh ya, katanya Kasih Ibu itu hanya memberi tak harap kembali, tapi Mama bahkan pernah bertanya pada mas Amay, kalau nanti mama udah tua, mas Amay mau mijitin Mama kayak sekarang mama mijitin Mas Amay apa nggak ya? Hahaha Mama ingin diingat jasanya..



Lalu ketika Mas Amay melihat bekas sesar di perut Mama, Mama bilang, "Nih lihat, perut Mama disobek untuk ngeluarin Mas Amay. Mas Amay nggak boleh berani sama Mama lo, ya..."

Dengan bukti-bukti itu Mama jadi ragu, apakah Mama layak menjadi salah satu ibu yang disebut di lagu Kasih Ibu?

Kasih Mama pada kalian memang besar. Bahkan Mama pernah menulis bahwa cinta mama pada kalian tetap bulat sempurna walaupun anak Mama ada dua di Cintaku Terbagi Dua. Tapi, jangan berpikir bahwa Mamamu ini sesempurna ibu di lagu Kasih Ibu, atau lagu-lagu tentang ibu lainnya, karena Mama masih punya kekurangan. Mama masih mengharapkan balasan dari kalian.

Iya, Mama punya keinginan agar kalian menjadi anak-anak yang Shalih, yang sudi mendoakan Mama, yang Mama harapkan bisa mempermudah jalan Mama di akhirat kelak. 

Apa kalian keberatan?




Tidak, Mama tidak akan memaksa kalian untuk memberi uang bulanan pada Mama setelah kalian bekerja. Mama juga tidak akan memaksa kalian untuk tetap tinggal di rumah ini, bersama Mama Papa hingga kami tiada. Tidak. 

Mama Papa cuma mengharapkan kalian untuk bisa rukun selamanya, dan tak pernah lupa untuk mendoakan kami berdua..

Itu saja cukup.
Read More

Masa Kecil Mama Mungil

Monday, February 19, 2018

Mas Amay sering bertanya pada Mama, "Mama, dulu Mas Amay waktu kecil umur 2 tahun, udah bisa bilang apa aja?" Lalu Mama menjawab, "Mas Amay dulu sudah bisa nyanyi cicak-cicak di dinding, balonku, macem-macem. Tapi ngomongnya belum jelas. Di dinding jadi ninini, ditangkap jadi itantep, bilang pesawat jadi pecowat, bilang tutup, jadi putuk." Hahaha ... Mas Amay tertawa.

Mas Amay mungkin sudah lupa dengan masa kecil dulu ya... Tapi sedikit foto, mungkin bisa membantu mengingatnya. Sayangnya, banyak video dan rekaman suara Mas Amay yang terhapus, dan hilang seiring dengan perangkat telepon, kamera dan komputer Papa yang rusak dan sudah tidak bisa menyala lagi.

Sama seperti Mama. Mama hanya bisa mengingat masa-masa setelah berumur lebih dari 3 tahun. Mama bangun tidur siang karena disengat tawon di kamar depan di rumah Akung, dan sejak saat itu, Mama merasa "hidup". Masa sebelum itu, sudah tak mampu lagi Mama ingat, meski berkali-kali Akung bercerita, dulu Mama suka sekali diajak jalan-jalan naik vespa dan berdiri di depan. 

Oya, dulu Mama sering jatuh, dan itu membuat bibir Mama "njedor". Mama sudah pernah menuliskannya di Ingatan Terdalam: Lambe Njedor dan Jari Temumulen.

Mas Amay dan Dek Aga beruntung, karena kalian hidup di jaman serba digital seperti saat ini. Foto kalian ada banyak, meski tak semuanya tercetak. Lain halnya dengan Mama. Mama tak punya banyak stok foto masa kecil, karena Akung dan Uti tak punya kamera. Kalaupun ada foto kami, itu pasti memakai kamera orang lain. 

Seperti foto di bawah ini. Mama saat itu diajak Uti Anna dan Akung Edy ke Baturraden, Purwokerto. Ini kali pertama Mama pergi tanpa orangtua.

Baturraden, tahun 1994
Mas Amay pernah juga ya, pergi tanpa Mama Papa? Setelah lebaran Idul Fitri 2O17 kemarin, Mas Amay masih ingin liburan di rumah Akung di Purworejo. Malahan Mas Amay beberapa hari di sana, tanpa Mama Papa. Mas Amay hebat, sudah bisa mandiri. 

Bicara soal kemandirian, Mas Amay jauh lebih hebat dari Mama. Dulu, waktu TK, Mama sering sekali menangis, terutama kalau Uti ninggalin Mama sendiri. Mas Amay suka menangis juga sih, tapi di TK B Mas Amay sudah nggak pernah menangis lagi. Apalagi di SD, Mas Amay jauh lebih siap dari Mama dulu.

Mama juga sering menangis kalau ada teman-teman yang jahilin Mama. Makanya, Mama sering bilang begini, "Kalau ada teman yang nakal, bilang sama ustadzah atau bu guru. Jangan diam saja ya... Kalau sudah keterlaluan, Mas Amay boleh balas. Jangan takut," karena dulu Mama penakut. Mama nggak ingin Mas Amay jadi "korban" seperti Mama dulu. 

Dulu tubuh Mama memang kecil. Waktu kelas 6 SD, berat badan Mama kurang dari 25 kg. Mama sering dimarahi Uti, karena sering menolak ketika disuruh makan. Kalau sekarang, Mama jago makan ya, Mas? Hihihi...

Karena tubuh Mama yang kecil banget ini, waktu Mama kelas 4 SD, Bunda -Mbak Ika Puspita, red- kuat mengangkat tubuh Mama dengan tangan kiri saja. Ceritanya, saat itu Mama pulang sekolah sendiri. Di jalan, Mama ketemu Bunda yang waktu itu kelas 2 SMA. Bunda naik sepeda Federal. Karena Mama sendirian, Bunda boncengin Mama. Bunda angkat tubuh Mama pakai tangan kiri, lalu kami duduk di sadel sama-sama. Iya, satu sadel untuk berdua. Kebayang kan,betapa mungilnya kami saat itu? Hihihi...

Tidak hanya sekali itu Mama dibonceng di sadel sepeda sama Bunda. Waktu kelas 3 SD, teman-teman Mama mengajak Mama berenang di kolam renang Artha Tirta. Kolam renang itu jauh sekali dari rumah Akung. Mama pergi kesana sama teman-teman, tanpa ijin Uti dan Akung.

Jangan ditiru ya..

Mungkin karena sudah punya firasat kalau Mama pergi ke kolam renang -karena sebelumnya Mama sudah minta ijin tapi tidak diijinkan-, Uti menyuruh Bunda menyusul Mama. Benar, Mama ada di sana, hihihi...

Mama dibonceng pulang dengan sepeda yang sama, di sadel yang sama, setelah sebelumnya dimandiin-dikeramasin-digantiin baju sama Bunda. Sampai di rumah, Uti dan Akung bilang, lain kali nggak boleh pergi tanpa ijin orang tua. Apalagi jalan menuju kolam renang itu sangat ramai. Bahaya. 

Mama patuh. Hehehe... Sejak saat itu, meski sangat ingin berenang, Mama nggak berani pergi ke sana tanpa orangtua. Karena itulah, sampai sekarang Mama belum bisa berenang, hihihi...

Itu sekelumit kisah masa kecil Mama. Alhamdulillah, walau dikelilingi dengan keterbatasan, tapi Mama tidak kekurangan kebahagiaan. Semoga Mas Amay dan Dek Aga juga ya.. Yakinlah, meski Mama Papa sering tidak bisa memenuhi keinginan kalian, tapi Mama Papa selalu berusaha memenuhi kebutuhan kalian. 

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤



Read More

Disclosure


Ah ya, sebelumnya mau umumkan dulu, ini adalah tulisan pertama setelah abiyumahya.blogspot.com berubah nama menjadi mamakepiting.com. Mengapa berubah? Abiyu Mahya adalah nama Mas Amay, dan karena Mama ingin menjadi mama yang adil, akhirnya nama blog ini diubah menjadi mamakepiting.com agar tak canggung lagi ketika ingin menuliskan tentang keseharian Adek Aga. 

Ini sebagai bukti bahwa meski anak Mama ada dua, tapi cinta dan kasih Mama pada kalian berdua, sama besarnya. Hehehe.. 

Oya, mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa blognya dinamakan mamakepiting.com? Jawabannya adalah karena Mama lahir di bulan Juni dan zodiaknya adalah cancer. Dan karena Mama ini orang cancer, Mama mewarisi sifat kepiting yang keras di luar, tapi lembut di dalam. :D

Ya, walaupun Mama galak, tapi Mama penuh kasih sayang. Hehe...

Sebagai informasi, Mama Kepiting punya blog lain lho, dan sudah lebih dulu eksis di sana, yakni kayusirih.com

Dan kalau dulu Mama sudah dikenal sebagai blogger kayusirih, sekarang Mama punya nama samaran lain, yaitu Mama Kepiting. Hihi..

Akhir kata, semoga teman-teman bisa memetik manfaat dari Mama Kepiting yaa.. ☺☺









Read More

Mengajari Anak Jajan, Apakah Terlarang?

Monday, February 12, 2018

Saya termasuk orang tua yang tidak membiasakan anak jajan sembarangan, apalagi belanja ke warung sendirian. Anak saya pun tumbuh menjadi anak yang tak terlalu merepotkan, karena mereka bukan tipe anak yang tiap kali melihat pedagang lewat di depan rumah, merengek minta dibelikan. Alhamdulillah, pengeluaran harian jadi lebih hemat. Tapi kemudian ada hal yang membuat saya menyesal, mengapa tidak memperkenalkan nilai uang sejak dini?

Orang tua mana yang ingin anaknya boros? Orang tua mana yang nggak ingin anaknya anteng, puas dengan masakan rumah, tidak terbiasa minta uang untuk jajan? Makanya, menyadari bahwa mencari uang tidaklah mudah, saya pun tak membiasakan anak-anak jajan.

Anak-anak bukannya tak pernah jajan, ya... Jajan, tapi sekedarnya saja. Misalnya, saat saya harus ke minimarket atau ke toko dekat rumah untuk membeli sesuatu, kemudian anak-anak ikut serta, maka es krim, susu, biskuit atau makanan kecil lainnya, pasti menarik perhatian mereka.

Ya, mereka hanya jajan di momen ketika ada saya atau papanya atau tantenya yang menemani. Mereka bukan tipe yang minta uang, kemudian pergi jajan sendiri.

Kelihatannya menyenangkan, ya?

Di satu sisi, ini adalah hal yang sangat positif. Banyak orang tua yang menginginkan demikian, karena pengeluaran bisa terkontrol, anak pun tak akan jajan sembarangan. Tapi di sisi lain, saya agak menyesal. Kenapa?

Begini ceritanya,
Amay, sulung saya, tahun ini sudah menjadi anak SD. Sekolahnya lumayan jauh dari rumah. Karena sekolah Amay berakhir pukul 13:15, maka memberikan uang jajan menjadi hal yang wajar, meski sudah ada catering di jam istirahat ke dua. 

Awal-awal Amay masuk kelas 1, saya sempat stres.

Amay belum tahu nilai uang.

Jangankan tahu harga makanan yang dia inginkan, belinya pakai uang yang warna apa, kemudian ada kembalian atau tidak, Amay sama sekali belum paham.

Saat mengantarnya di hari pertama, saya memintanya membeli susu. Ia saya bekali uang 5K. Begitu ia kembali, ia hanya membawa sekotak susu ukuran kecil tanpa kembalian, padahal harganya adalah 2,5K. Akhirnya, sampai di rumah, Amay saya jejali dengan pengetahuan tentang nilai uang, harga jajanan yang mungkin ia beli nanti, bagaimana jika membeli dengan uang 5K sementara harganya cuma 2K, bagaimana meminta kembalian, dll. 

Dan itu takes time banget, nggak cukup hanya seminggu-dua minggu. Setiap hari pun saya harus “menginterogasi” apa saja yang dibelinya, bagaimana dia membayarnya, dan lain sebagainya, untuk make sure saja, apakah dia sudah membelanjakan uang sakunya dengan tepat. 

Repot banget.

recehan sisa uang jajan ditabung. sumber: kayusirih.com

Cerita di atas tadi adalah satu poin yang menjadi alasan penyesalan saya mengapa tidak mengenalkan nilai uang sejak dini pada Amay.

Penyesalan lainnya adalah ketika lebaran anak-anak mendapatkan angpao, lalu mereka abai dengan uang yang mereka miliki. Bukan hanya “eman-eman” atau sayang jika uangnya hilang, tapi lebih dari itu, abai dengan pemberian orang tentu akan membuat sedih pemberinya, bukan? Berapapun besarnya, sedikit atau banyak, tentu harus dihargai.

Nah, jadi kesimpulan saya; Ajarkan anak jajan supaya ia paham dengan nilai uang, disamping itu, bimbing mereka untuk membelanjakannya dengan cermat. Seperti pesan Eyang Titiek Puspa,

Jajan sih, boleh saja
Sisihkan buat nabung
Belanja sih, boleh saja
Tak lupa,nabung


Read More

Membuat Puding Puyo

Wednesday, January 10, 2018

Menjelang libur semester kemarin, Mas Amay dan Mama beraksi di dapur lagi. Kayaknya udah lamaaaa banget Mas Amay nggak diajak bantu-bantu Mama membuat sesuatu. Padahal dulu Mama rajin banget bikin kue kesukaan Mas Amay. 

Cake Cokelat Klasik ini contohnya. Kalau Mama membuatnya, Mas Amay lah yang biasa diminta menakar tepung dan gula pasirnya. Hmmm...walaupun pernah bantat, tapi tetap enak dan Mas Amay tetap suka.

Mungkin karena sekarang ada Adek Aga, jadi Mama agak kerepotan kalau harus membuat makanan seperti dulu lagi. Malahan pernah, Mas Amay marah karena tidak diajak membantu Mama memasak. Padahal Mas Amay ingin membantu, tapi malah ditinggal. Alasannya sih, mumpung Adek Aga tidur jadi Mama terburu-buru.

Tapi Mas Amay mengerti koq. Makanya ketika Mama mengajak Mas Amay membuat Puding Puyo, Mas Amay bersemangat sekali. Pulang sekolah, Mama menjemput Mas Amay, lalu kita mampir ke toko untuk membeli bahan-bahannya.

Bahan-bahan membuat Puding Puyo ala kami, diantaranya:
1. Nutrijell rasa kelapa. Mama memakai 2 bungkus, karena ukurannya kecil. 
2. 1 kaleng susu kental manis warna putih.
3. 1 sdm tepung maizena.
4. 1 liter air putih.

Membuat Puding Puyo

Caranya gampaaang banget. 
- Pertama, Mama mencampur bubuk Nutrijell dengan tepung maizena, langsung di panci yang akan digunakan untuk memasak.
- Selanjutnya, Mama menuangkan susunya. Tidak lupa, sisa susu di kaleng, dilarutkan dengan air yang telah disediakan.
- Tuang sisa air tadi ke dalam panci ya... 
- Nyalakan kompor, masak puding dengan api kecil.
- Sudah, tunggu sampai mendidih yaa.. 
- Kalau sudah mendidih, matikan api, lalu masukkan puding ke dalam cetakan. Kalau uap panasnya sudah mulai hilang, masukkan ke dalam kulkas. Puding akan semakin nikmat ketika disantap setelah dingin.

Puding Puyo

Caranya gampang kan? Rasanya juga enak. Pudingnya kayak degan, lezaaat. Mas Amay yakin, Mas Amay bisa membuatnya lagi nanti, ya meskipun saat mengaduk pudingnya, rasanya tangan Mas Amay hampir terbakar karena panas, sih. 

Teman-teman, coba juga yuk! Tapi ingat ya, kalau menyalakan kompor harus dengan sepengetahuan Mama atau orang dewasa lainnya.

Selamat mencoba... 
Read More

Outbond di Anava, Tlatar, Boyolali

Thursday, January 4, 2018

Tanggal 12 Desember 2017 yang lalu, Mas Amay dan seluruh teman-teman kelas 1, mengikuti Outbond di Anava, Tlatar, Boyolali. Mas Amay diantar Mama dan Adek Aga. Sebenarnya Mama takut repot kalau bawa Adek Aga, tapi karena Papa malu kalau nanti jadi bapak-bapak sendiri, makanya Mama yang antar. Alhamdulillah, Mama bahagia karena bisa bertemu dengan ibu-ibu lainnya. Kekhawatiran Mama kalau Adek Aga akan rewel, tidak terbukti.

Memang, Adek Aga nggak bisa diam. Bahkan, Adek Aga ingin selalu ikut bermain bersama Mas Amay dan teman-teman Mas Amay. Tapi kan nggak boleh, jadi Adek Aga cuma lihat aja. Dan karena Mama harus membuntuti Adek Aga, Mama jadi nggak bisa ikut pengajian dan ramah tamah dengan Bu Guru dan ibu-ibu lainnya.

Tapi nggak apa-apa deh. Malahan, Mama jadi bisa ambil banyak foto kan.. 😁😁



Di Anava, memang terdapat kolam renang berstandar Nasional. Tapi Mas Amay dan teman-teman berenang di kolam renang yang khusus untuk anak-anak, yang tidak terlalu dalam. Kolam renangnya bersih lho. Kamar mandi untuk membilasnya juga. Airnya pun dingin. Segaaaarrr...

Oya, saat outbond ini, Mas Amay dan teman-teman dibimbing oleh kakak-kakak dari Lembaga Psikologi Anava. Ada 7 permainan seru yang kami lakukan bersama.

1. Flying Fox
Ini yang paling seru. Mas Amay sampai bilang sama Mama, ingin mengulang flying fox lagi. Mas Amay punya ide, bagaimana kalau kita menanam dua buah pohon, lalu nanti setelah besar, kita pasang tali di sana untuk meluncur. Keren kan idenya? Tapi ketika Mas Amay menyampaikan ide itu, Mama malah tertawa. 😂😂😂

Alhamdulillah, waktu liburan ke Bandung kemarin, Mas Amay bisa main flying fox lagi di Floating Market, Lembang.

Nanti baca cerita Mama yang ini ya: Family Trip II; Floating Market, Lembang

2. Meniup Gelas Plastik
Oya, Mas Amay dan teman-teman dibagi menjadi beberapa kelompok. Mas Amay sendiri ikut kelompok abu-abu. Nah, kelompok abu-abu dan kelompok orens bertanding. Kelompok yang lain juga sama, ada lawannya sendiri-sendiri. Saat meniup gelas plastik sambil merangkak ini, kelompok Mas Amay menang lho... Tapi, Mas Amay kalah waktu lawan Hafiz dari kelompok orens.



3. Mengambil Air Memakai Gelas Bocor
Mama nggak lihat permainan ini, jadi nggak ada fotonya. Mas Amay jelasin ke Mama tapi Mama nggak ngerti-ngerti juga. Huh!

4. Menanam Padi di Sawah
Baru kali ini Mas Amay menginjak lumpur. Rasanya geli. Mas Amay suka sekali waktu mengangkat kaki, eh, kakinya Mas Amay penuh lumpur. Di dalam lumpur susah banget jalannya.

menanam padi di outbond Anava, Tlatar, Boyolali
Salut deh sama Pak Tani dan Bu Tani yang setiap hari berjuang di lumpur untuk bisa menanam padi, agar kebutuhan makanan kita tetap bisa terpenuhi.

5. Menangkap Ikan
Mas Amay bisa lho menangkap beberapa ekor ikan yang disebarkan sama kakak-kakak. Tapi waktu Mas Amay tangkap ikannya, tangan Mas Amay sempat kena durinya. Duh, perih banget. Tapi Mas Amay nggak kapok koq. Mas Amay masukkan ikan-ikan itu ke dalam plastik, lalu Mas Amay kasihkan ke Mama. Tapi karena Mama sibuk mengurusi Adek Aga yang berenang dan nggak mau selesai-selesai berenangnya, ikan yang Mas Amay kumpulkan hilang deh. Nggak tau siapa yang ambil.

Terus, Mama nyuruh Mas Amay kembali lagi ke kolam dan menangkap ikan yang baru. Alhamdulillah dapat lagi buat dibawa pulang. Tapi, ikan-ikannya pada mati. Sekarang, ikannya cuma tinggal 1 ekor di rumah.

6. Berjalan di Atas Kayu (Meniti)
Ini agak susah. Mas Amay takut banget jatuh ke lumpur. Tapi Alhamdulillah Mas Amay berhasil.


outbond Anava. berjalan di atas kayu.

7. Berenang
Mas Amay suka sekali berenang. Setelah bermain dengan lumpur, Mas Amay dan teman-teman langsung nyemplung ke air. Mas Amay juga bermain perosotan. Ada anak yang menangis karena nggak sengaja kepleset terus jatuh. Mas Amay sih sudah bisa berenang sedikit-sedikit. Mas Amay senaaaang sekali berenang di tempat ini.

Nah, ini cerita Mas Amay kali ini. Nantikan cerita selanjutnya yaa.. Byeeee...
Read More

Mimpi di Siang Bolong

Tuesday, January 2, 2018

Hari ini tumben Mas Amay tidur siang. Mungkin karena habis dimarahi Mama yaa, hehe... Habisnya, Mas Amay dan Adek Aga beranteeem aja. Ceritanya, Adek Aga mau kasih makan ikan yang Mas Amay dapat dari outbond 12 Desember lalu. Tapi, ngasih makannya pakai daun cabe yang Mama tanam. Mas Amay marah, ngasih tau kalau ngasih makan ikan bukan pakai daun, tapi Adek Aga ngeyel.

Dan sudah bisa ditebak kan akhirnya gimana? Adek Aga teriak, Mas Amay marah-marah. Mama pusing dong, dibilangin pelan-pelan nggak bisa. Pakai ilmu diam, Amaynya lapooorrrr aja, "Ini lho Ma, adeknya!" gitu melulu. 

Akhirnya pakai jurus terakhir, ancaman! Mama nggak teriak koq, cuma ngancam. Hahaha, sama aja yaa... Gini nih, "Kalau masih pada berantem, Mama mau pergi berdua aja sama Papa. Lanjutin ya berantemnya, sampai puas!" Gitu. Trus pada nangis dong dua-duanya.

Lalu Mama pun bertitah, "Cuci tangan sini, habis itu tidur!" 

Dan mereka pun pergi tidur. Hasilnya, Mas Amay bermimpi dan jadilah cerita ini.



Mimpi:  aku bertemu kelinci

1. aku melihat terowongan yang sempit banget

2. terus aku masuk ke terowongan itu

3. terowongan itu panjang sekali

4. sudah sampai aku kaget

5. kelinci-kelinci itu banyak sekali

6. aku balik lagi aku melihat satu kelinci

7. kelinci itu kelaparan

8. terus aku berikan rumput dan wortel

9. terus dia menangis mau ke ibunya

10. kuantar dia ke tempatnya dia berhenti nangis

11. dia bahagia kubawa ke truk, dia kelaparan

12. dia kubebaskan


Mungkin ada yang bingung ya dengan endingnya, tapi ini cerita yang ditulis Mas Amay sendiri, tanpa intervensi Mama. :)
Read More

Ada Ular di Rumah Kantor

Monday, November 13, 2017






Judul: Papa Ngelawan Ular

1. Mas Amay habis mau keluar ada ular
2. Mas Amay manggil papa
3. Ularnya lagi makan cicak
4. Ularnya diserang papa pakai pengki sama sapu
5. Papa nolong Mas Amay
6. Papa nolongin Mas Amay, nyuruh Mas Amay ambilin HP
7. Papa nyuruh Mas Amay HPnya diterangin
8. Papa masukin ularnya ke selokan / got
9. Mas Amay disuruh buangin sampah
1O. Kata papa, hati-hati nanti ularnya ke atas lagi

Selesai / Tamat

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Tadi siang sepulang sekolah, Amay tiba-tiba menggambar pengalaman kemarin saat bermain ke studio Akanoma sama papanya. Kemarin, hari minggu tanggal 12 November, memang ada ular makan cicak di kantor. Kejadiannya saat maghrib. Apa yang digambarkan dan diceritakan Amay di sini memang menceritakan kronologi kejadian. 
Papanya menggunakan sapu dan pengki untuk membuang -Amay bilang, menyerang- si ular. Ular tidak dibunuh, makanya saat Amay disuruh membuang sampah, papanya berpesan untuk hati-hati. FYI, Mas Yopi memang jarang banget bunuh binatang, kecuali nyamuk. Bahkan pernah ngga sengaja bikin tikus mati, istighfarnya berkali-kali. Hahaha...
Read More

Petasan

Tuesday, May 23, 2017

Bulan Ramadhan belum juga datang, tapi bunyi petasan sudah terdengar bahkan sejak berminggu yang lalu. Bunyinya yang menggelegar, terus terang saja sangat mengganggu saya. Kadang kaget mendengar suara kerasnya yang muncul tiba-tiba, kadang juga ada rasa takut saat melihat sekumpulan anak membawa petasan-petasan yang siap diledakkan. Saya takut, anak-anak itu iseng menyalakannya tepat saat saya melewati mereka.

Yah, anak-anak seperti itu kan senang kalau ada orang lain yang dikagetkan. Rasanya mungkin sangat memuaskan. Saya sangat benci dengan benda ini, dan jadi sebal dengan mereka yang menyalakannya hanya demi kepuasan pribadi, tanpa peduli keselamatan orang lain, bahkan keselamatan diri sendiri.

petasan. foto diambil dari Regional Kompas.


**
Suatu hari, segerombolan anak itu menyalakan petasan di dekat rumah. Sekelompok di sebelah utara, dan kelompok lainnya di selatan. Mereka menyalakannya bergantian. Setelah petasan dari utara berdentum, kelompok selatan menyalakan bagian mereka. Begitu terus hingga beberapa kali.

Saya sempat minta Papa Amay untuk keluar dan menasehati anak-anak itu, tapi karena mereka sudah berhenti menyalakannya, jadi Papa Amay mengurungkan niatnya.

Entah, apa yang dipikirkan anak-anak itu, dan bagaimana orang tua mereka menyikapinya. Apakah mereka mengijinkan uang jajan yang mereka berikan digunakan untuk membeli petasan? Atau memang sengaja memberi uang untuk ini? Biar rame gitu... 

Persetan dengan mereka yang membiarkan anaknya bermain petasan dengan alasan supaya anaknya senang. Hellooow, emang nggak ada cara lain untuk bersenang-senang? Saya sih menganggap orang yang main petasan sama dengan orang yang nggak bisa menahan nafsu. “Yang penting bahagia” kata mereka, tapi mereka menghalalkan segala cara untuk bisa bahagia. Mereka masa bodoh dengan orang lain yang keberisikan, yang terganggu dengan suara jedar-jeder yang bikin jantungan.

Selain saya, tentu saja ada orang lain yang terganggu. Tepat di belakang rumah saya, ada bayi berusia 2 bulan yang saat itu menangis keras. Mungkin karena terkejut. Amay saat itu langsung berkomentar, “Itu adiknya kaget ya, Ma?” Saya mengangguk. Yah, meski bayi punya banyak alasan untuk menangis, tapi bisa jadi dia menangis karena terkejut dengan bunyi petasan kan?

Saya pun mulai bediskusi dengan Amay. Saya pikir, ini saat yang tepat untuk mengajaknya berpikir, kemudian memilih dan membedakan mana yang baik dan benar, dan mana yang salah.

“Menurut Mas Amay, orang yang main petasan itu gimana sih?” tanya saya.

“Ya mengganggu. Main petasan kan bikin kaget.” Jawabnya.

“Nah, itu! Mas Amay tahu nggak, kalau orang yang suka mengganggu tetangganya itu nggak akan masuk surga? Mereka dengan tangannya, membuat tetangganya merasa tidak nyaman. Ada bayi sampe nangis. Coba kalau ada yang sakit jantung, lalu meninggal karena kaget, gimana?” Wah, Emak ngoceh panjang kali lebar. Emosiiih.

Saya mengatakan itu bukan tanpa dasar. Ada sebuah hadits shahih yang berbunyi: "Seorang yang senantiasa mengganggu tetangganya niscaya tidak akan masuk surga." --> Lihat As Silsilah Ash Shahihah 549: [Muslim: 1-Kitabul Iman, hal. 73]

“Yang kedua. Main petasan itu mubadzir. Udah bikin kaget, uangnya dibakar untuk hal yang sia-sia dan nggak ada manfaatnya. Mending uangnya buat yang lain yang lebih bermanfaat, ya kan?” Tambah saya.



“Yang ketiga. Main petasan itu bahaya. Nggak cuma bahaya untuk diri sendiri tapi juga bisa membahayakan orang lain.” Kata saya. Saya lalu menceritakan kisah seorang saudara saya di Purworejo, yang harus kehilangan telapak tangannya karena petasan. Ini asli, bukan cerita bohong. Saat itu saya masih SD. Pulang sekolah, ibu cerita kalau baru pulang dari rumah sakit, menjenguk saudara saya itu. Umurnya nggak jauh beda dengan saya. Ibu bilang, tangan kanannya harus dipotong, dan saat ibu saya menjenguknya, dia sedang berlatih menulis dengan tangan kiri.
Ya, seperti itulah.

“Trus Ma, yang keempat apa?” tanya Amay.

Mama menjawab, "Udah cukup tiga aja! Pokoknya main petasan nggak ada gunanya."


Read More

Amay Membuat Miniatur Rumah Adat Bersama Papa

Thursday, April 20, 2017

Seminggu yang lalu, ada surat pemberitahuan dari sekolah, bahwa seluruh siswa wajib membuat miniatur rumah adat untuk dilombakan pada tanggal 21 April. Jum'at, 21 April ini bertepatan dengan puncak tema "Tanah Airku", dan rumah adat hasil karya kerjasama antara orang tua dan anak itu, wajib dikumpulkan sehari sebelumnya.

Sejak menerima surat itu, Papa Amay mulai memikirkan, rumah adat daerah mana yang akan dibuatnya. Mama mengusulkan, rumah Honai saja, yang unik. Tapi setelah Papa menunjukkan beberapa rumah adat, Amay memutuskan untuk membuat rumah Bolon. Rumah Bolon adalah rumah adat Suku Batak yang berasal dari Sumatera Utara.

Iya, Rumah Bolon ini adalah rumah pilihan Amay sendiri. Papa Amay tinggal membantu membuatkan konsepnya, dan mengerjakan hal-hal yang belum bisa Amay lakukan sendiri, seperti memotong kertas yellow board.

Kerjasama pun dimulai. Sementara Papa mengelem kertas yellow board menjadi dinding-dinding rumah, Amay menggunting kertas kokoru yang akan dipakai untuk atap. Kertasnya warna-warni, supaya cerah ceria, hihihi... Lagipula, genting atau atap tidak harus coklat kan? Terserah Amay saja, gimana bagusnya. Hehehe...

Amay pun menggambar kerbau dan orang dengan pakaian adat Batak Toba, dan Papa kemudian menempelkannya sebagai ornamen yang menggambarkan skala dan proporsi. Kenapa kerbau? Karena kerbau adalah binatang yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat Batak disana. 

Dan ini adalah proes pembuatan miniatur rumah Bolon tersebut. Amay and Papa, you did a great job!









Read More

Tentang Q.S. Al-Ghosyiyah

Sunday, December 4, 2016

Besok Mas Amay akan menghadapi EAS atau Evaluasi Akhir Semester. Jadwalnya adalah, menghafal Surah Al- Ghasyiyah, dan beberapa tes lainnya seperti melengkapi huruf pada kata.

Sebenarnya saya bukan tipe ibu yang menuntut anaknya bisa ini itu. Toh tujuan awal menyekolahkan Amay adalah agar ia pandai bersosialisasi. Kebetulan juga saat itu Amay mulai jenuh di rumah, karena perhatian saya lebih banyak untuk Aga yang kala itu masih bayi.

Tapi kali ini, karena saya pun berkeinginan untuk menghafal Surah Al-Ghasyiyah itu (iya, setua ini, saya belum hafal juz 30, hiks), saya pun mengajak Mas Amay menghafal bersama-sama. Jika sebelum-sebelumnya kami hanya muroja'ah sebelum tidur (karena surah-surah sebelumnya insya Allah sudah saya hafal), kali ini saya mulai dari awal. 

Saya yang tipe visual, dan akan mengingat jika sudah kembali menuliskan ulang, pun menulis ulang surah itu. Untuk saya, mendengar murotalnya saja tak cukup. Amay juga sepertinya begitu. Dia lebih mudah menghafal beberapa ayat sekaligus, melalui tulisan tangan saya di kertas. Alhamdulillah, Amay sudah iqro' 5, jadi sedikit-sedikit sudah bisa membaca Al-Qur'an.

Hafalan pun dimulai. Dua hari ini, saya dan Amay baru hafal sekitar 16 ayat, padahal surah Al Ghasyiyah terdiri dari 26 ayat. Perkara besok Amay belum lulus hafalan ini, tak jadi masalah untuk saya. Yang penting, insya Allah mulai saat ini, saya akan rutin menghafal surah di juz 30 bersama-sama Amay. Kita berjuang bersama-sama, ya, Mas.. ☺

Q.S Al-Ghasyiyah dari https://www.youtube.com/watch?v=_41rBOEtqSo

Dan ketika membaca arti dari surah yang kami hafalkan ini, mata saya berair. Apalagi ketika membaca arti dari ayat 1 hingga 7. Ya Allah, rasanya hamba tak akan sanggup jika Engkau tempatkan hamba di neraka-Mu. Mohon jauhkan tempat itu dari hamba, Ya Rabb... Meski untuk mencium surga pun hamba sungguh tak layak. Sangat tak layak.

Inilah arti Surah Al-Ghasyiyah yang menggetarkan hati saya:
1. Sudahkah sampai kepadamu berita tentang hari Kiamat?
2. Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk terhina, 
3. (karena) bekerja keras lagi kepayahan,
4. mereka memasuki api yang sangat panas (neraka),
5. diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas.
6. Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri,
7. yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar.
8. Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri,
9. merasa senang karena usahanya (sendiri),
10. (mereka) dalam surga yang tinggi,
11. disana (kamu) tidak mendengar perkataan yang tidak berguna.
12. Disana ada mata air yang mengalir.
13. Disana ada dipan-dipan yang ditinggikan,
14. dan gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya),
15. dan bantal-bantal sandaran yang tersusun,
16. dan permadani-permadani yang terhampar.
17. Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?
18. Dan langit, bagaimana ditinggikan?
19. Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?
20. Dan bumi bagaimana dihamparkan?
21. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan.
22. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,
23. kecuali (jika ada) orang yang berpaling dan kafir,
24. maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar.
25. Sungguh, kepada Kamilah mereka kembali,
26. kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat perhitungan atas mereka.


Read More