Yang Dikenang Anak tentang Ibunya

Friday, October 21, 2022

Tidak ada seorang pun bisa benar-benar siap menghadapi kehilangan. Bahkan jika kehilangan itu sudah diawali dengan aneka pertanda. Begitupun saya ketika ditinggal oleh ibu untuk selamanya, meski beliau sudah menderita sakit sejak lama. 

Sering, rasa rindu itu tiba-tiba memenuhi dada. Yang membuatnya terasa sakit adalah karena entah kapan rasa ini bisa menemukan penawarnya. Tak ada yang tahu kapan hari pertemuan itu akan tiba.

17 Oktober yang lalu, genap 14 tahun saya ditinggalkan ibu. Sebenarnya tidak ada niat untuk menulis tentang ibu saat ini, tetapi karena suatu hari si bungsu mengeluhkan celana sekolahnya yang sobek, ingatan saya kembali ke masa kecil dulu. Benar-benar ya, perkara celana sobek saja bisa memantik kenangan.

Kenangan tentang Ibu

 

Dari apa yang beliau lakukan untuk suami dan anak-anaknya, di benak saya tertanam kenangan tentang ibu, yang seperti ini...

1. Ibu pandai menjahit

Bisa dibilang, kebanyakan baju-baju saya adalah hasil karya beliau. Kalau saya lebih suka memermak pakaian yang sobek di tukang jahit keliling, ibu tidak begitu. Baginya, seribu - dua ribu adalah lembaran berharga. Kenapa harus mengeluarkan uang untuk sesuatu yang bisa dikerjakan sendiri? Pakaian utuh saja bisa dibuatnya, apatah lagi cuma memperbaiki kerusakan kecil? Tentu ini urusan sepele.

Berbeda dengan saya. Jika sesuatu bisa dikerjakan orang lain, kenapa harus saya? Hehehe... dasar pemalas!

Tapi kemarin, karena tukang jahit langganan tidak muncul, akhirnya saya pun menjahit sendiri celana Aga yang sobek itu. Terpaksa. Namun, hal inilah yang justru membangkitkan ingatan ini. 

2. Ibu pandai memasak

Beberapa waktu terakhir, saya, bapak, dan adik, sering membahas tentang pernikahan. Ini karena adik saya memang sudah cukup umur untuk menikah. Calon, insya Allah sudah ada, tapi kapan waktunya, kami sendiri belum tahu.

Nah, berkaitan dengan pernikahan, hal yang cukup penting untuk dipikirkan adalah mengenai hidangan. Apakah akan dikonsep seperti adat Solo, yaitu "piring terbang", atau ingin lebih simpel yakni prasmanan?

Ah, ternyata mau menikah saja serumit ini ya? Hihi... Kalau ada ibu, pasti sudah beres semua. 😔

Omong-omong soal pernikahan, dulu semasa sehatnya, ibu sering dimintai tolong untuk memasak oleh tetangga yang sedang punya hajat. Ini karena ibu pandai memasak. Di saat seperti itu, ibu akan pulang ke rumah saat sudah larut malam, dan berangkat ke tempat hajat pagi-pagi sekali keesokan harinya. Kurang tidur, itu sudah pasti. Tapi, ibu adalah orang yang kuat menahan kantuk, jadi, begadang adalah hal yang biasa untuk beliau. Sungguh beda sekali dengan anaknya yang ini.

3. Ibu bisa memotong rambut

Waktu kecil dulu, saya jarang sekali pergi ke salon. Untuk memotong rambut, cukup pergi ke "Salon Ibu". Model rambutnya seperti apa, tentu suka-suka ibu saja. Tapi, ibu suka sekali membuatkan saya poni. Menurut beliau, poni adalah tanda bahwa saya masih anak-anak. Seolah-olah, anak-anak memang harus punya poni.

Saya sih nurut saja lah. 😁

4. Ibu sangat rajin

Ibu itu, bangun paling pagi dan tidur paling malam. Kalau ibu sehat, rumah rapi dan bersih, makanan banyak, bak cucian juga bersih semua. Tapi kalau ibu sakit, bahkan jendela kamarnya saja tidak dibuka. 😥

Ada masa-masa di mana saya selalu takut kalau pergi sekolah. Saya takut tiba-tiba dijemput karena ibu meninggal. 

Ada masa-masa di mana saya selalu mengawasi perutnya saat tidur. Apakah masih bergerak naik turun?

Ya, kemudian tibalah hari itu. Hari di mana saya sudah merantau jauh, jauh dari ibu. Lalu, di suatu siang telepon berdering, mengabarkan bahwa ibu sudah kembali ke pangkuan Illahi. Walau saya sudah terbiasa melihat ibu terbaring lemah, tapi saya tak pernah siap ditinggalkan ibu secepat itu. 

Dan bahkan setelah 14 tahun lewat, duka itu masih menyayat. Kini cuma doa yang bisa saya hadiahkan untuk beliau. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima seluruh amal baiknya, menerangkan jalannya, melapangkan kuburnya, mengharamkan neraka untuknya, dan kelak mempertemukan kami di jannah-Nya. Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin...

Bicara tentang kenangan, kira-kira, akan dikenang seperti apakah saya kelak di mata Mas Amay dan Adek Aga?

 


Ditulis dengan Cinta, Arinta

1 comment

  1. *peluuuk Mbak Arin


    Mungkin di mata Amay Aga, mamahnya suka sekali menanam, suka pesan go food, dan suka mengajarkan pelajaran yg sulit buat mereka

    ReplyDelete