Showing posts with label kisah. Show all posts
Showing posts with label kisah. Show all posts

Lirik Lagu Sayonara no Natsu OST From Up On Poppy Hill

Sunday, January 16, 2022


Assalamu'alaikum... Omong-omong, pernahkah Mama menonton film-film animasi dari Ghibli bersama anak-anak? Biasanya, yang sering ditonton adalah My Neighbor Totoro, Ponyo, Spirited Away, Secret World of Arrietty, From Up on Poppy Hill, dan yang paling bikin mata sembab, Grave of the Fireflies.

Nah, dalam sebuah film, kurang lengkap rasanya jika tak ada sound track atau musik pengiringnya. Keberadaan sound track turut melengkapi emosi dan suasana yang dibangun dalam sebuah alur cerita.

Salah satu sound track film animasi Ghibli yang menjadi favorit Mama Kepiting adalah sebuah lagu berjudul Sayonara no Natsu. Lagu ini merupakan OST dari film From Up on Poppy Hill. Lagu ini lembut banget, nyaman di telinga, easy listening. Sayonara no Natsu sendiri kurang lebih berarti "Selamat tinggal musim panas".

Lirik lagu Sayonara no Natsu

Coba cari di YouTube, lalu dengarkan... Nah, lirik lagu Sayonara no Natsu kurang lebih seperti ini:

Sayonara no Natsu

I

Hikaru umi ni, kasumu funewha
Sayonara no kiteki, nokoshimasu
Yurui saka o, orite yukeba
Natsu iro no kaze ni, aeru kashira

    Watashi no ai, sore wa merodi
    Takaku hikuku utau no
    Watashi no ai, sore wa kamome
    Takaku hikuku tobu no

Yuuhi no naka, yonde mitara
Yasashii anata ni, aeru kashira

II

Dare ka ga hiku, piano no oto
Uminari mitai ni kikoemasu
Osoi gogo o, yuki kau hito
Natsu iro no yume o, hakobu kashira

    Watashi no ai, sore wa daiari
    Hibi no, peji tsuzuru no
    Watashi no ai, sore wa kobune
    Sora no umi o yuku no

Yuuhi no naka, furikaereba
Anata wa watashi o, sagasu kashira

III

Sanpomichi ni, yureru kigi wa
Sayonara no kage o, otoshimasu
Furui chaperu, kazami no tori
Natsu iro no machi wa, mieru kashira

    Kinou no ai, sore wa namida
    Yagate, kawaki kieru no
    Ashita no ai, sore wa rufuran
    Owari no nai kotoba

Yuuhi no naka, meguriaeba
Anata wa watashi o, daku kashira

Lirik lagu Sayonara no Natsu

Ditulis dengan Cinta, Mama


Read More

Selamat Tinggal, Mayo

Saturday, July 31, 2021

Kepala saya pusing karena sejak tadi malam, berkali-kali saya menangis. Semua karena Mayo, kucing oren yang sudah menjadi bagian dari keluarga kami sejak November 2020 lalu, pergi untuk selama-selamanya setelah menderita sakit selama beberapa minggu.

Baca : Anggota Keluarga Baru Itu Bernama Mayo

Mayo kenapa?

Kata dokter, ia terkena virus. Virus itu membuat konsentrasinya melemah. Sekitar dua tiga minggu terakhir, ia seolah linglung, hingga pipis dan pup di sembarang tempat. Sebelumnya, ia tak pernah seperti ini. Alhamdulillah, ia tidak pernah pipis atau pup di kamar, jadi kami masih bisa membersihkan kotorannya dengan mudah.

Sejak beberapa minggu terakhir juga, ia jarang keluar rumah. Padahal biasanya ia senang main ke rumah Tante Erika dan baru pulang saat ingin makan atau saat malam telah datang. Sejak sakit, ia jadi sering rebahan dan tempat favorit barunya adalah di bawah kompor kemudian berpindah di bawah sink / tempat cuci piring. 

Di hari-hari terakhirnya, suami menyadari bahwa Mayo sudah tidak bisa melompat. Kakinya melemah. Ya Allah, sedih banget kalau ingat ini. Dalam benak saya, Mayo masih merupakan kucing kecil yang lincah dan manja. Rasanya ngga rela melihat ia menjadi tak berdaya seperti ini. 😭

Kucing Oren
Mayo, ada luka di telinganya


Kondisi Mayo memburuk di malam Sabtu. Saya baru saja akan merebahkan badan ke kasur saat terdengar suara gerombyangan dari dapur. Suami yang langsung memburu ke sumber suara, langsung berteriak, "Mayo, Mayo..."

Mendengar teriakan suami, saya menyusul ke dapur. 

"Mayo kejang!" kata suami panik.

Saya cuma bisa menangis melihatnya... Setelah Mayo agak tenang, saya membungkusnya dengan kain, lalu memeluk dan menggendongnya. 

Belum berapa lama, ada bau yang muncul. Mayo pipis di baju saya, dan keluarlah pup juga. Sependek yang saya ingat, itu adalah pup terakhirnya. Meski saya harus mandi lagi di jam 10 malam, saya tidak pernah menyesal. Saya bahagia bisa menunjukkan cinta kasih saya pada Mayo di malam terakhirnya di rumah.

Malam itu, Mayo ditempatkan di keranjang. Ia sudah sangat lemas dan sama sekali tidak punya nafsu makan meski suami sudah mencoba memberinya makanan kesukaannya.

Keesokan paginya, di hari Sabtu, Mayo semakin ambruk. Ia kembali kejang untuk kesekian kalinya. Saya benar-benar tidak tega melihatnya. Setelah ia lebih tenang, saya gendong Mayo sambil bercucuran air mata. Saya katakan padanya, 

"Mayo, kalau udah ngga kuat, Mayo boleh pergi."

Kucing Oren

Siang harinya kami memanggil dokter. Karena saya merasa tidak akan sanggup melihat Mayo diperiksa, jadi saya bersembunyi di kamar. Mayo ditemani suami, Mas Amay dan Adek Aga. Begitu dokter memeriksa Mayo, beliau langsung mengatakan kalau kondisi Mayo sudah sangat berat, dan akhirnya beliau memutuskan untuk memberi Mayo suntikan vitamin.

Tak berapa lama setelah suntikan diberikan, Mayo pipis sampai 2x. Dan saat itulah nafas terakhirnya terhembus. Mayo sudah tidak bergerak. 

Suami mendatangi saya yang masih bersembunyi di kamar. Matanya berkaca-kaca ketika beliau mengatakan, "Mayo udah ngga ada."

Saya terisak. Mas Amay kemudian menyusul kami ke kamar dan berkata, "Mayo sudah tenang, Ma."

Saya kira, Mas Amay sudah paham kondisi Mayo ketika ia mengatakan bahwa Mayo "sudah tenang". Rupanya Mas Amay salah duga. 

"Kalau sudah tenang kayak gitu, Mayo bisa hidup lagi kan?" tanyanya lagi. Ah, ternyata dia mengira Mayo masih hidup dan dalam kondisi tenang karena tak lagi kejang-kejang. Dia tidak tahu kalau Mayo sudah meninggal.

Mas Amay baru memahami apa yang terjadi ketika melihat saya duduk sambil sesenggukan di depan Mayo yang sudah kaku. Akhirnya, tangisnya pun meledak. Ya, saya bisa paham seberapa besar rasa kehilangannya. Mayo begitu dekat dengannya.



Mayo bukanlah sekadar hewan peliharaan bagi kami. Ia sudah seperti "anak bungsu" di keluarga ini.

Sungguh, saya tak pernah mengira, ditinggal pergi hewan peliharaan ternyata bisa sesakit ini. Sampai saat ini pun, jika saya melihat foto-foto Mayo di handphone, air mata turun tak tertahan. Mayo, kucing kecil yang baru beranjak remaja, ternyata begitu cepat menemui ajalnya. Bulan Juli 2021, harus kami tutup dengan tangisan duka.

Baca: Akhirnya Mayo Jumpa Betina

Kepergian Mayo adalah kesedihan bagi kami sekeluarga. Malam hari setelah ditinggal Mayo, Mas Amay berdoa, semoga kelak ia bisa masuk surga, dan bisa bertemu lagi dengan semua yang disayanginya, termasuk Mayo.

Aamiin aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin... Semoga Allah kabulkan ya, Mas...

Now, it's time to say goodbye. Thank you for bringing joy and happiness to our lives, Dear Mayo... We love you.


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Pengalaman Mengkhitankan Mas Amay di Solo Khitan Center

Thursday, July 1, 2021

 

Tempat Khitan di Solo

1 Juni 2020, jelang kenaikan kelas 3 ke kelas 4

"Mas Amay, ini kan sudah bulan Juni. Katanya Mas Amay mau sunat di bulan Juni, kan? Nanti kita cari tempat khitan setelah ambil rapot, yaa..." kata saya.

Amay bergeming, tapi tiba-tiba matanya berair.

"Lho, kok nangis?" tanya saya.

"Mas Amay ngga mau sunat sekarang," jawabnya.

Hmm, manyun lah Mamanya. Upaya sounding selama 1 tahun ngga ada hasilnya. Tapi ya sudah lah, daripada nanti nangis-nangis dan teriak-teriak saat disunat, lebih baik ditunda dulu saja rencana khitannya. Memang, segala bujuk dan rayu harus diiringi doa, agar siap jiwa dan raga dalam menjalankan perintah agama.

Mei 2021

Tahun ajaran 2020/2021 hampir usai. Di kelas 4 ini, Mas Amay tidak pernah belajar di sekolah. Selain Belajar Dari Rumah (BDR), sesekali pembelajaran dilakukan di rumah secara berkelompok. Mas Amay berkelompok dengan Firlan, Varo, Raafi, Keefe, juga Nesa, karena rumah kami berdekatan. Seiring dengan semakin kompaknya anak-anak, para Mama pun semakin dekat. Alhamdulillah.

Maka dari itu, ketika salah satu dari kami punya wacana untuk mengkhitankan anak di libur kenaikan kelas ini, Mama-Mama yang lain pun jadi keidean untuk mengkhitankan anak-anak secara bersamaan. Tujuannya supaya anak-anak lebih berani karena tidak khitan sendirian.

Masih pandemi, kok tetep nekat mau sunat?

Pertama, khitan atau sunat adalah kewajiban. Kedua, mumpung ada teman, jadi biar ada yang "senasib sepenanggungan". Ketiga, kalau ditunda-tunda, khawatir anaknya keburu berubah pikiran. Niat baik harus disegerakan, bukan?

Karena semua Mama setuju untuk "khitan bareng-bareng", saya pun mulai hunting tempat khitan di Solo. Secara kebetulan, postingan Ayaa si pemilik www.cahayatheprinces.com yang baru saja mengkhitankan Ben, anak keduanya, di Solo Khitan Center (dr. Ahmad) lewat di beranda. Langsung deh, saya baca review-nya, dan minta nomor kontak dokter yang menangani Ben saat khitan. Tak lupa, saya mengusulkan pada Mama-Mama yang lain, dan alhamdulillah mereka setuju.

Saya bergegas menghubungi dokter Ahmad dan mengutarakan keinginan para Mama untuk mengkhitankan anak-anak secara bersama-sama.

Tempat Khitan di Solo

Membaca permintaan saya yang "aneh", dokter langsung menghubungi saya via telepon. Beliau menyampaikan bahwa di kondisi pandemi seperti saat ini, khitan bersama-sama sebaiknya dihindari. Lagipula, secara psikologis, khitan bersama-sama juga ada sisi negatifnya. 

"Kalau pasien pertama menangis atau berteriak-teriak kesakitan, yakinkah pasien kedua dan berikutnya bisa tenang?" tanya dr. Ahmad di seberang telepon.

Iya juga sih, masuk akal.

Baiklah... Patuh aja sama dokter, yaa... Toh masih bisa khitan "barengan" dalam artian khitannya di hari yang sama, hanya beda jam saja.

Alhamdulillah, selain benar-benar memikirkan keselamatan pasien, dokter Ahmad juga sangat komunikatif, jadi kami pun bisa berkonsultasi dengan nyaman. Beliau bahkan menawarkan pertemuan secara virtual via zoom. Tujuannya untuk mengedukasi para orang tua sekaligus mempersiapkan mental anak-anaknya juga.

Dalam pertemuan virtual tersebut, beliau berulang kali menyampaikan bahwa pasien harus datang sesuai jadwal agar tidak menimbulkan kerumunan. Selain itu juga tidak boleh membawa rombongan dalam jumlah besar dan pasien hanya boleh didampingi 2 orang dewasa saja. Taat prokes banget pokoknya.

~

26 Juni 2021

Dan hari itu pun tiba...  Sabtu sore, kami datang ke Solo Khitan Center sesuai jadwal. Sejak beberapa hari sebelumnya, saya dan suami selalu berusaha menguatkan mental Mas Amay. Kami mengingatkan lagi kata-kata dr. Ahmad saat zoom beberapa waktu lalu bahwa khitan tidak sakit, hanya terasa. Sebelum dikhitan akan ada suntikan bius, yang rasanya seperti saat diimunisasi. 

Tapi namanya anak-anak, tetap saja ada rasa panik, yaa... Ketika tiba saatnya dibius, Mas Amay berkali-kali minta waktu untuk mempersiapkan (atau menenangkan?) diri. 

"Tunggu dulu! jangan disuntik dulu! Mas Amay belum siap..."

Karena ngga siap melulu, akhirnya Mama peluk Mas Amay dan Papa pegangin kakinya, wkwkwk... Nah, setelah dibius, baru deh dia tenang. Bahkan ia sangat tenang dan dengan santai mengobrol dengan dokter yang sedang melakukan tindakan. 

FYI, dari obrolan singkat itu, terungkap satu fakta bahwa selain beliau merupakan suami dari Mbak Afifah Afra (seorang penulis buku), ternyata beliau satu almamater dengan saya di SMAN 1 Purworejo.

Ya Allah, begitu sempitnya dunia!

Selang beberapa saat, proses khitan selesai, dan kami pun bersiap untuk pulang. Saat akan pulang, Firlan datang. Ya, jadwal antara Mas Amay dan Firlan memang berurutan. Tak lupa, kami menyemangati Firlan agar rileks dan tidak panik. 

Omong-omong, Mas Amay dan Firlan bersahabat sejak TK. Mas Amay memilih sekolahnya saat ini juga karena Firlan sekolah di sana. Hihi... Saking selalu bersma, seorang teman TK-nya berkomentar: "TK bareng, SD bareng, khitan pun bareng. Besok nikahnya juga bareng." 😂

Ya Allah, langsung bayangin kalau nanti mereka nikah nih. Jangan dulu, jangan cepet gede dulu ya, Mas...

Baca: Jangan Cepat Berlalu

Khitan di Masa Pandemi

Kami tidak menunggui Firlan sampai selesai, karena takut akan "diusir" oleh dr. Ahmad, hihi... Makanya, kami pulang lebih dulu. 

Dalam perjalanan pulang, Mas Amay sudah mulai merasakan cekit-cekit di area penisnya. Saya mencoba menghibur dengan mengatakan bahwa setelah sampai rumah, Mas Amay akan meminum obat pereda nyeri yang sudah diberikan oleh dokter. Insya Allah nyerinya akan berkurang.

Di grup WhatsApp, dokter memberi semangat pada kami, sembari mendoakan semoga kami tidak perlu begadang malam itu. Saya mengaminkan sambil membatin, "Apa iya sesakit itu sampai perlu begadang? So far anaknya baik-baik aja kok."

Pertanyaan sombong meski hanya di dalam hati, langsung dijawab oleh Allah. 

Sekitar jam 7 malam, Mas Amay mulai rewel. Rewelnya berubah menjadi tangisan dan teriakan, sampai kami bingung sendiri bagaimana menghiburnya. Bahkan tetangga depan sampai kirim WA, hihi... Maafkan ya, Om Isma dan Tante Dewi.

"Mas Amay udah aja... Ngga tahan sakitnya..." Katanya sambil terus menangis. 

"Sabar, yaa.. Sakitnya ditahan dulu, yaa..." Papanya sabar banget membujuk Mas Amay.

"Sakit kayak gini ngga bisa di-skip, Mas.. Namanya hidup, ada sakit ada sehat, ada senang ada sedih, semuanya harus dilewati. Namanya khitan ya sakit. Nanti juga ada waktunya sembuh. Kalau sakitnya bisa diwakilkan, Mama juga mau gantiin. Tapi ini kan ngga bisa, jadi mau ngga mau memang Mas Amay harus merasakan sendiri." 

Tetot! Ceramah macam apa itu, Mama Kepiting? Anaknya lagi kesakitan, sempet-sempetnya ngomong begini. Hadeh...

"Mama sih ngga ngerasain!" Amay makin teriak dong. Aduh, lucu deh kalau diingat. 😆

Menangis sejak jam 7 malam, tangisan Mas Amay baru berhenti 3 jam kemudian, setelah Mas Amay minum air putih yang sudah dibacain doa sama Akung. Alhamdulillah... Mama pun bisa melipir sebentar untuk nemenin Adek Aga tidur. Ya, meski pada akhirnya Mama ketiduran sih. Hehe... Saya baru kebangun jam setengah 3 pagi, dan ternyata, kata suami, Mas Amay belum tidur juga. Walah...

Ya sudah, akhirnya Papa gantian shift sama Mama. Mama pun menemani Mas Amay, hingga Mas Amay tertidur jam setengah 4 pagi. 

Sebenarnya ada obat pereda nyeri dari dokter yang bisa diminum tiap 3 jam sekali. Tapi entahlah, efeknya di Amay kok cuma bertahan sekitar 1 jam saja. Itu pun kami mempercepat pemberian obat jadi 2,5 jam saking ngga tahan dengar suara tangisan.

Oiya, Dek Aga sangat care sama Mas Amay, lho. Saat Mas Amay menangis, Aga elus-elus punggungnya. Dan Minggu pagi, setelah Mas Amay bangun dari tidur singkatnya, Adek Aga bertanya, "Yang disunatnya masih sakit, Mas?"

Oouwww... Mama jadi meleleh... Semoga Adek Aga ngga trauma karena lihat Mas Amay kesakitan deh. Hehe..

Alhamdulillah, pagi harinya Mas Amay sudah bisa berjalan-jalan. Benar kata Papa, sakitnya cuma sebentar, yaitu saat efek biusnya perlahan menghilang. Di grup Mama-Mama, kami pun saling menyemangati. Indahnyaaa... 😍

Solo Khitan Center


Insya Allah, pengalaman khitan ini akan jadi kenang-kenangan indah untuk Mas Amay, Mas Firlan, Mas Keefe, Mas Raafi, juga Dek Bimo (adiknya Mbak Nesa), yaa... Barokallah anak-anak hebat! Semoga kalian sehat selalu dan jadi anak yang sholih. Aamiin YRA.
 

Biaya Khitan di Solo Khitan Center

Saya yakin informasi ini paling ditunggu oleh Mama-Mama yang akan mengkhitankan putranya. 😊Berapa sih biaya khitan di Solo Khitan Center? Berikut adalah rincian biayanya, ya, Ma...



Dokter Ahmad menggunakan metode klamp dari Turki. Dengan biaya Rp 1.100.000,00, anak-anak akan mendapatkan celana khitan sebanyak 2 pcs, paket obat, dan free 1x kontrol untuk lepas klamp-nya.

Solo Khitan Center berada di Jalan Pamugaran Hijau Jamrud No. 5B, RT 5, RW 4, Kadipiro, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57136, Telp: 0821-3670-7568.



Ditulis dengan Cinta, Mama


Read More

Akhirnya Mayo Jumpa Betina

Friday, May 21, 2021

 

Barusan, waktu Mama nyuci piring di belakang, Adek Aga teriak-teriak.

"Mama, Mayo ketemu betina!" Aga jingkrak-jingkrak, trus ngomong lagi, "Yeaay, Mayo ketemu betina! Alhamdulillah, selamat ya, Mayo!" (ini beneran ngga bohong, Aga memang mengucap alhamdulillah dan selamat kayak gitu)

Mendengarnya, saya senang bukan kepalang. Kurang lebih 6 bulan merawatnya sedari ia berumur 2 bulan, akhirnya anak bulu ini mencapai level "dewasa muda" juga. Wakakaka...

Baca: Anggota Keluarga Baru itu Bernama Mayo

Kucing Oyen

Sebenarnya, sejak dua bulan lalu, Mayo sudah menunjukkan gejala-gejala usia remaja. Sering galau, melamun sendirian, dan suka ngga jelas gitu loh. Dia juga sudah mulai bergaul dengan kucing lain, tapi kata Papabebi, temen-temennya itu jantan semua. 

Yaaah, ga ada yang bisa "dipacari" dong. 😂

Sebulan terakhir, frekuensi galaunya kian bertambah. Mainnya makin jauh dan suka pulang malam. Dia akan pulang ketika lapar dan ketika mendengar suara Papabebi manggil-manggil. 

Mama sih berdoa, semoga dia segera ketemu kucing betina. Biar ngga galau melulu kan ya? Namun, tampaknya Mayones Si Kucing Oyen ini harus bersabar lebih lama, karena di sekitar sini hampir ga ada kucing betina. Sad. Waktu itu, Papabebi sampai mewanti-wanti Mama, jangan sedih kalau nanti Mayones pergi dari rumah untuk cari betina. Dia butuh "penyaluran". Dan konon, kucing jantan memang biasanya suka menghilang.

Baiklah...

Mama pun mulai menata hati, jaga-jaga kalau suatu saat Mayo harus pergi. Wuih, udah kayak anak sendiri aja, yaa... Lalu Mama pun mulai membayangkan, gimana kalau nanti Mas Amay dan Adek Aga sudah mulai menyukai lawan jenis juga? Apakah Mama akan patah hati? 😟

Udah ah, ga usah dibahas dulu... Kembali ke Mayo yang ketemu betina...

Papabebi ngakak waktu cerita,

"Itu betinanya udah guling-guling cari perhatian, tapi Mayo malah diem aja. Papanya geregetan, masa harus diajari sih?" 😂

Ya, namanya juga baru pertama kali ketemu betina ya, beb. Dimaklumi aja kalau belum pinter. Hihi...

Semoga setelah ketemu betina, Mayo jadi lebih bahagia dan kembali sehat. Soalnya, ketika ditinggal mudik kemarin, Mayo sempat sakit di tempat ia dititipkan. Mama sampe sedih, dan menyesal kenapa kemarin Mayo ngga diajak ke Purworejo aja. 

Ini foto sewaktu kami akan mudik, dalam perjalanan menuju tempat penitipan. Papabebi mengizinkan Mama memangku Mayo, karena malam sebelumnya Mama nangis-nangis, membayangkan Mayo akan ditinggal dalam waktu yang cukup lama.

Kucing Oyen

Sewaktu mendapat laporan kalau Mayo sakit, Mama kepikiran banget. Papabebi juga sempat bimbang, apa harus ke Solo untuk memastikan kondisinya? Alhamdulillah, kemarin Mayo sudah kembali ke pelukan kami lagi. Semoga kondisi Mayo lekas membaik, dan lebih pinter kalo nanti ketemu betina lagi. 😊

 

Ditulis dengan Cinta, Mama

 

Read More

Review Film Soul

Thursday, January 7, 2021

 

Review Film Soul
 

Mengawali tahun 2021, Mama Kepiting, Papabebi dan anak-anak bersama-sama menonton film baru berjudul Soul. Film yang bisa ditonton secara streaming di Disney Plus ini mengisahkan tentang seorang pria bernama Joe Gardner (Jamie Foxx) yang bercita-cita menjadi seorang pemain piano profesional.

Sedih, ketika impian Joe hampir terwujud, sebuah kecelakaan terjadi. Ia terjatuh ke dalam sebuah lubang got. Ketika tersadar, ia sudah berada di sebuah jalan panjang menuju kehidupan selanjutnya (semacam jembatan Shirathal Mustaqim kali, yaa).

Joe frustrasi. Ia tak mau mati. Ia ingin tampil dalam pertunjukan bersama Dorothea Williams, karena baginya, ini adalah kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Joe pun berusaha kabur dari tempat itu, sekuat tenaga.


Review Film Soul


Berhasil? Ternyata, ia malah masuk ke kehidupan sebelum kehidupan (before life). Jadi, ada calon-calon bayi di sini. Calon-calon bayi ini sedang mengantri pembagian sifat. Semacam lauhul mahfudz mungkin. 😂

Di tempat ini, Joe bertemu dengan 22. Setelah 22 muncul, jalan ceritanya menjadi semakin menarik. 

22 adalah jiwa yang unik, meski ia, katanya, berkali-kali gagal menjadi manusia hingga ia benci harus kembali ke bumi. Ia merasa jadi manusia tuh ya gitu-gitu aja. Ia sulit menemukan "sparks" atau "percikan api" atau bisa dibilang, passion

Joe pun bertugas untuk membantu 22 menemukan passion-nya agar badge atau lencana 22 bisa sempurna. Lencana ini diperlukan apabila sebuah jiwa ingin menjalani kehidupan di bumi. Jika Joe berhasil, 22 akan memberikan lencana itu kepada Joe, agar jiwa Joe bisa kembali ke dalam raganya.

Nah, apakah Joe berhasil membantu 22 menemukan passion-nya dan bisakah Joe kembali ke bumi lalu tampil bersama Dorothea quartet seperti impiannya? Tonton filmnya aja, yaa... Kalo diceritain di sini, nanti ngga seru. 😊

Review Film Soul


Btw, film ini mengingatkan saya pada film Coco. Pasti udah pada nonton Coco kan? 

Menurut saya, ada persamaan antara Soul dengan Coco. Apa saja? 

1. Sama-sama mengangkat tema tentang passion dalam bermusik
2. Sama-sama menghadirkan "kehidupan di dunia lain"
3. Sama-sama happy ending dengan banyak nasihat yang bisa dipetik

Film Soul memang memiliki banyak pesan positif. Salah satunya seperti yang Mas Amay bilang, "Ketika bahagia, kita nggak boleh lupa diri. Jangan terlalu bahagia, biar nggak celaka." Ini dia simpulkan dari scene awal, ketika Joe terlampau happy saat diterima untuk tampil bersama Dorothea. Jalan serampangan, hingga tak menyadari bahwa di depannya ada lubang.

Nasihat lain yang bisa saya tangkap adalah, jalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Temukan passion-mu, agar hidupmu lebih bermanfaat. 

Namun...

Terkadang memang kenyataan hidup tak berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Di sini, kita juga diingatkan untuk belajar "menerima". Setelah itu, kita diminta untuk menjalani apa yang sudah digariskan dengan sebaik-baiknya. Intinya sih, ikhtiar dan tawakkal adalah cara terbaik menjalani kehidupan.

Oya, sebagai ibu, saya juga diingatkan untuk selalu mensupport apapun pilihan anak-anak, asal tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang kita anut. Mau jadi musisi kek, jadi guru kek, jadi arsitek kek, asal anak senang, why not?

Seperti ibunya Joe. Memang, pada awalnya beliau menyayangkan pilihan Joe untuk serius bermusik karena hidup sebagai musisi cenderung tak punya penghasilan tetap. Namun, ketika Joe menunjukkan keseriusannya, sang ibu malah membantu menyiapkan pakaian terbaik untuk ia tampil di atas panggung.

Begitu banyak nasihat yang bisa kita petik dari film ini. Recommended pokoknya, bahkan Isyana Sarasvati pun sampai menyarankan Film Soul untuk ditonton bersama keluarga. :)


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Anggota Keluarga Baru Itu Bernama Mayo...

Thursday, November 19, 2020

 

Sudah lama Mas Amay minta izin memelihara binatang di rumah. Dia ingin sekali memelihara kucing, karena teman-temannya memiliki kucing juga. Tapiii, jika mengingat  pengalaman buruk Mama Kepiting yang di waktu kecil pernah dicakar oleh binatang satu ini, tentu tidak mudah untuk mewujudkan keinginan Mas Amay. 

Nah, sebagai pengganti kucing, tahun lalu Papa membelikan seekor ikan. Namun, sedih sekali, tak berapa lama ikan itu mati. Kami menduga penyebabnya adalah cuaca yang ekstrim. Memang, saat ikan itu mati, cuaca sedang dingin-dinginnya. Padahal memelihara ikan adalah pilihan yang aman, karena ikan tidak akan menyerang. Namun, kematian si ikan membuat kami trauma.

~

Beberapa bulan belakangan, Amay kembali merengek-rengek minta kucing. Aduuuh, Mama sampai pusing. Mama mengusulkan hewan lain, hamster atau kelinci misalnya. Ia setuju, tetapi Mama tak kunjung membelikan binatang itu, hehe... Mama perlu waktu untuk berpikir. 

Mama mulai berubah pikiran ketika bulan lalu, Adek Aga belajar tentang tema binatang. Ada beberapa tugas sekolah yang tidak bisa ia kerjakan karena kami tidak memiliki binatang peliharaan. Tugas itu adalah memberi makan hewan peliharaan dan bermain bersama hewan peliharaan. Huhu, Adek Aga sempat sedih, tapi mau bagaimana lagi?

Qodarullah, sekitar dua minggu lalu, Ummi Malik (Umminya teman Aga), membuat status WA. Beliau menawarkan 4 ekor kucing bagi siapa saja yang ingin mengadopsi. Usianya sekitar 2 bulan, dan tak lagi menyusu pada induknya. 

Status WA Ummi Malik langsung Mama tunjukkan pada Papa. Papa sempat bertanya, "Bener, dirimu pengen adopsi?"

Mama jawab iya, tapi dengan berbagai macam syarat tentu saja. Salah satunya, Papa dan Mas Amay yang harus membersihkan pup-nya. Mama pun ngga mau dekat-dekat dengan si kucing. Pokoknya, si kucing harus jaga jarak dari Mama. Haha... 

Ya sudah... Sambil menunggu si kucing bisa dijemput (Ummi Malik ingin grooming kucingnya lebih dulu), kami mempersiapkan kandang, makanan, wadah makan dan minum, juga wadah pup beserta pasirnya. Diam-diam, Mama mempersiapkan nama untuknya. Mayo. Ya, Mayo, diambil dari nama jajanan Risoles Mayones kesukaan kami sekeluarga. 😂

Dan sampailah di hari di mana Mama dan Papa menjemput Mayo dari rumah Ummi Malik. Mama deg-degan, anak-anak pun sudah tidak sabar. Begitu Mayo sampai di rumah kami, suasana langsung berubah. Semua bahagia, termasuk Mama.

Memelihara Kucing

Mayo tak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa beradaptasi dengan kami. Meski di awal kedatangannya ia tampak bingung, tetapi keesokan harinya ia sudah bisa "enjoy". Perlahan, kami pun belajar mengerti apa maunya. 

Witing tresno jalaran saka kulino...

Peribahasa ini sangat menggambarkan perasaan Mama saat ini. Seminggu memiliki Mayo, rasa sayang padanya tumbuh semakin besar. Oh, begini to rasanya punya peliharaan? Dulu, ketika ada yang menyebut peliharaannya dengan sebutan "anak", saya menganggapnya lebay. Ternyata memang begini rasanya. 

Rasa sayang memang tidak bisa diterjemahkan bagaimana mulanya.

Kehadiran Mayo, sedikit banyak mengubah hidup kami. Setelah memelihara kucing, setidaknya ada tiga perubahan positif pada anak-anak (terutama Mas Amay) yang bisa kami rasakan, seperti;
1. Intensitas memegang gadget sedikit berkurang. Baru sedikit sih, belum banyak, tetapi ini tentu menjadi awal yang baik. 
2. Mas Amay jadi lebih bertanggung jawab. Ia masih memegang komitmen untuk membuang pup setiap pagi-sore, juga menyiapkan makanan untuk Mayo.
3. Mayo mendatangkan keceriaan untuk seisi rumah. Meski kadang mengganggu, tetapi tingkahnya sangat lucu. Binatang berbulu ini suka sekali menemani kami memasak, "caper" saat kami sholat, manja saat tidur, dll. 

Hmm, semoga Mayo sehat selalu. Semoga Mayo betah di rumah ini, karena kata Papa, ketika nanti ia menginjak remaja, kita harus bisa merelakan dia. Kucing jantan, konon suka bertualang. Namun, jika ia merasa bahwa rumah ini adalah rumahnya, ia akan kembali lagi.

Manfaat Memelihara Kucing



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More