Showing posts with label parenting. Show all posts
Showing posts with label parenting. Show all posts

Ingin Anak Kita Secerdas Maudy Ayunda? Coba Lakukan Ini Setiap Hari!

Saturday, April 27, 2019

Pernahkah membayangkan anak-anak kita nanti bisa secerdas Maudy Ayunda yang diperebutkan oleh Stanford dan Harvard University? Huwaaa, i just can’t imagine how proud i will be

Kalau sampai itu terjadi, tentu alhamdulillah sekali. Sebagai orang tua, pastinya kita punya mimpi besar untuk anak-anak kita, kan? Kita ingin agar mereka menjadi anak yang pintar dan cerdas sehingga mereka dapat mencapai apa yang mereka cita-citakan. 

Dari artikel yang saya baca, untuk memiliki anak-anak yang cerdas ternyata kita tak perlu mengeluarkan banyak uang, lho. Hayo, adakah yang sempat terpikir untuk memasukkan anak-anak ke bimbingan belajar yang mahal? Atau memenuhi waktu mereka dengan seabrek jadwal les di sana-sini?

No way, Ma! Kita, dengan tangan kita sendiri sesungguhnya dapat menghasilkan anak-anak yang cerdas. Asaaal, kita melakukan hal ini secara rutin. Jika kegiatan ini sudah menjadi “habitual action”, maka memiliki anak-anak yang cerdas tak lagi menjadi mimpi di siang bolong.

Apakah itu?

Jawabannya adalah mendongeng atau membacakan mereka buku.

Nah, Ma, jadikanlah kegiatan membaca ini sebagai rutinitas harian dengan anak-anak. Tak perlu terlalu lama, 10 – 15 menit sehari pun cukup. Bacakan buku untuk mereka, meski kelak mereka sudah bisa membacanya sendiri.

Manfaat Mendongeng untuk Anak
Mendongeng untuk Anak. Sumber Gambar: Pexels

Mengapa Harus dengan Membacakan Buku? 


Mengapa harus membaca buku? Karena sebuah penelitian menunjukkan bahwa membacakan buku pada anak-anak adalah kebiasaan kuat yang akan mengantar mereka menjadi anak-anak yang cerdas dan berkarakter positif.

Menjadi orang tua memang mengikat waktu kita. Kita tahu bahwa profesi ini menuntut waktu yang tak terbatas. Tak hanya selesai setelah mengandung anak-anak selama 9 bulan atau menyusui mereka sampai 2 tahun lamanya, tetapi semua itu berlanjut. Dengan cucian yang seakan tak ada habisnya, dengan “sibling rivalry” yang seringkali mengisi hari-hari, dengan PR si kakak yang cukup banyak, dengan menu masakan yang setiap hari menuntut variasi, dan lain-lainnya.

On and on and on.

Namun, jangan jadikan kesibukan tadi sebagai alasan untuk tidak melakukan rutinitas yang baik ini ya, Ma. Because, this is what happens when you read aloud to your child every day:

1. Membacakan buku dapat meningkatkan perbendaharaan kata pada anak-anak kita. 

Orang tua yang telah membacakan buku pada anak-anaknya sejak usia pra sekolah, sesungguhnya telah membantu anak-anak mereka dalam memahami pelajaran yang akan disampaikan oleh guru mereka di kelas saat sekolah nanti.

Tentu akan berbeda, jumlah kata yang dikuasai anak-anak yang sering dibacakan buku dengan yang tidak.

2. When you read aloud to your child every day, you grow your child’s brain, literally. 

Semakin banyak buku yang kita bacakan, semakin banyak neuron yang tumbuh dan terhubung di otaknya.

3. Dengan membacakan buku pada anak-anak, sesungguhnya kita sedang meningkatkan kemampuannya dalam mendengarkan dan berkonsentrasi. 

Dua hal ini tentu sangat penting saat mereka sekolah nanti. Membacakan buku juga dapat mengurangi kecenderungan agresif pada anak.

4. Kegiatan mendongeng yang dilakukan secara rutin, dapat membangun ikatan yang kuat antara ibu dan anak. 

Sulung saya, Mas Amay, bahkan masih ingat salah satu buku kesukaannya sewaktu balita dulu. Terkadang saat saya mengeluarkan kalimat, “Sudah sampai belum?” dia langsung teringat buku kesayangannya yang berjudul sama.

5. Membacakan buku dapat meningkatkan rasa empati pada anak. 

Ya, karena setiap buku mengandung cerita kehidupan yang berbeda-beda, kan? Membacakan berbagai macam buku cerita akan mengajarkannya untuk menjadi teman yang berempati, pandai melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, dan juga menjadikannya seseorang yang penuh kasih, yang ringan tangan membantu orang lain yang membutuhkan. 


Mengapa Kebiasaan Ini Sering Terlewatkan?


Sudah tahu manfaat membacakan buku bagi anak-anak, namun mengapa terkadang kita (saya khususnya), masih enggan meluangkan waktu untuk melakukannya? Nah, setidaknya ada 8 alasan mengapa kita belum terbiasa untuk mendongeng atau membacakan buku pada anak-anak. 8 alasan itu antara lain;

1. Maaf, Mama sibuk

Seperti yang sudah saya tulis di atas, terkadang cucian dan setrikaan yang menumpuk, menjadi beban yang harus segera diselesaikan. Pentingnya tumpukan pakaian itu bahkan mampu mengalahkan pentingnya menumbuhkan kedekatan dengan anak. 

Ya gimana ya, mungkin sudah naluri kita bahwa segala yang berantakan harus segera dibereskan. Tapi adakah solusi untuk “menyembuhkan” perasaan sok sibuk ini?

Di NHW 6 dengan materi Ibu Manajer Keluarga Handal, mahasiswi IIP sudah diajarkan untuk “put first thing first”. Ya, jika peran kita di rumah adalah sebagai istri/ibu, maka kewajiban kita yang pertama adalah untuk hadir sepenuhnya di hadapan mereka. Bukan di hadapan cucian, hehehe... 

Maka dari itu, semisal kita tidak sempat melakukannya, kita bisa mendelegasikan tugas kita ke laundry, misalnya.

Jadi sudah bisa memutuskan ya, lebih penting anak atau cucian, Ma? Hihi...

2. Anak saya sudah bisa baca sendiri kok.

Saya jadi ingin mengaku dosa. Setelah si sulung masuk SD, waktu saya dengannya menjadi semakin sedikit. Sepulang sekolah, urusan kami hanya sebatas mengulang hafalan dan mengerjakan PR. Membacakan buku menjadi sebuah kegiatan mewah, artinya, tidak setiap hari kami bisa melakukannya bersama. Padahal, semakin tinggi usia anak, ia membutuhkan bacaan yang semakin bervariasi. 

“Tapi kan, dia bisa baca sendiri?”

Ya betul. Namun, keterampilan membaca dan mendengarkan mulai menyatu di sekitar kelas delapan. Sampai usia itu, anak-anak biasanya lebih banyak memahami sesuatu dari apa yang mereka dengarkan daripada yang mereka baca. Oleh karena itu, anak-anak dapat mendengar dan memahami cerita yang lebih rumit dan lebih menarik daripada apa yang dapat mereka baca sendiri.

Nah, mumpung Mas Amay masih kelas 2 SD, Mama Kepiting harus mulai merutinkan kembali kebiasaan yang hilang. Semoga Mama selalu ingat bahwa anak yang lebih besar pun masih suka dibacakan, meskipun ia tidak mengatakannya!

Menumbuhkan Kecintaan Pada Buku
Membaca Buku, Sumber Gambar; Pexels


3. Saya paling males baca keras-keras

Ini penyebabnya mungkin antara dua; memang Mama tidak menyukai buku, atau karena Mama tidak suka membaca dengan keras. 

Memang membaca dengan keras membutuhkan keterampilan. Apalagi jika yang dibaca adalah buku anak-anak yang ekspresif. Tapi ini kan dilakukan di rumah, Ma. Jadi nggak usah malu lah, hihi..

Lagi pula, membaca dengan keras bukanlah tentang kemampuan untuk tampil. Ini tentang hubungan atau bonding dengan anak-anak, karena kedekatan fisik dan ikatan emosional yang terlibat dalam kegiatan ini. Membaca dengan keras adalah sesuatu yang anak-anak sebut sebagai kegiatan favorit mereka untuk dilakukan dengan orang tua mereka.

Jadi, yuk mulai dari sekarang. Pilihlah buku yang paling menarik yang Mama ingin bacakan. Oya, sekalian promosi, saya juga jualan buku anak-anak lho! Xixixi... 

4. Anakku nggak mau anteng

Ini saya alami sendiri. Anak pertama dan kedua saya memiliki karakter yang sangat berbeda. Si sulung lebih bisa tenang dan memiliki rentang konsentrasi yang cukup panjang, sementara si kecil tidak terlalu suka mendengarkan. Ternyata, ini berpengaruh pula pada kemampuan mereka dalam berkomunikasi.

Menyadari hal itu, saya tetap membacakan untuknya, meski kadang ia pergi meninggalkan mamanya. Hiks... Saya pun tetap mencarikan buku paling menarik, yang kira-kira akan disukainya. Dengan kebiasaan membaca keras setiap hari, ia pun belajar cara mendengarkan. Belakangan, ia meminta saya untuk membacakan buku kesayangannya.

Ingatlah bahwa ketika kita membaca dengan keras, sesungguhnya kita juga sedang meningkatkan kemampuan anak-anak untuk memperhatikan dan berkonsentrasi – keterampilan ini yang akan membantu anak-anak di sekolah dan dalam kehidupan di luar sekolah.

5. Saya lelah...

Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang sekolah tak ada habisnya, terkadang menguras energi kita. Setuju kan, Ma? Efeknya, saat malam tiba kita sudah tak berdaya, dan ingin cepat-cepat tidur. Akhirnya, kegiatan membacakan buku sebelum tidur pun ditinggalkan. Lagi dan lagi.

Nah, bagaimana jika sekarang kita ubah jadwalnya?  Coba lakukan kegiatan membaca ini lebih awal dari biasanya. Misalnya saat sarapan, atau saat bersantai di sore hari. Atau bisa juga saat jelang tidur siang.

6. Usia anak saya jauh berbeda

Ya, perbedaan usia anak yang cukup jauh juga bisa menjadi pemicu malasnya membaca. Mau baca untuk si sulung, adiknya ribut minta dibacakan juga, dan begitu pula sebaliknya. Hihi... 

Lalu bagaimana cara mengatasinya? Bedakan jadwal membaca untuk mereka. Karena anak kedua saya belum sekolah, jadi saya biasa membaca untuknya saat si Mas pergi sekolah. Untuk si sulung, biasanya kami membaca bersama setelah sholat maghrib dan mengaji.

7. Anakku sering menyela... Di setiap halaman. Dan itu bikin males.

Tidak ada orang yang suka diganggu, memang. Termasuk saat membaca, yang sebenarnya tujuan awal kegiatan ini adalah untuk mereka. Tapi ternyata jika kita mau bersabar dan memahami mereka, sesungguhnya apa yang mereka lakukan ini adalah bagian dari proses belajar. Terlebih jika kemudian terjadi diskusi tentang buku ini. Wow!

Jadi, jika pertanyaan anak adalah tentang cerita itu sendiri, silakan jawab langsung karena mungkin saja ia tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi dan itulah mengapa dia bertanya. Namun jika pertanyaannya tidak berhubungan dengan isi buku yang sedang dibacakan, katakan, “Ooh, pertanyaan yang bagus. Nanti kita bahas setelah selesai baca buku ini, yaa...”

8. Baca buku yang sama berkali-kali itu membosankan

Iya, benar. :D

Namun sayangnya kita memang harus terus melakukannya, karena saat anak-anak mendengar kosakata yang sama secara berulang-ulang, hal ini akan semakin menguatkan pemahamannya terhadap kata tersebut. Jadi, bersabarlah, Ma. 

Jika Mama memang sudah telanjur bosan sementara anak kita maunya buku itu-itu saja, coba singkirkan buku itu dari pandangan mereka. Selanjutnya, cari buku pengganti yang lebih menarik lagi. Bila perlu, saat membeli buku baru, ajak anak untuk memilih buku yang disukainya.




Nah Ma, mari kita sama-sama berusaha untuk konsisten membacakan buku untuk anak-anak agar mereka bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berperilaku baik. Siapa tahu, mereka bisa tumbuh menjadi secerdas Maudy Ayunda, ya kan? Aamiin. 10-15 menit sehari saja, cukup bagi mereka. Kelak, mereka akan mengingat ini sebagai pengalaman terbaik di masa kecil. Selamat memilih buku dan membacakannya untuk anak-anak, Ma!


Read More

NHW #9, Bunda Sebagai Agen Perubahan

Monday, April 1, 2019

Waktu begitu cepat berlalu, dan pada akhirnya kami sampai di sini. Mahasiswi Institut Ibu Profesional batch 7, minggu ini menghadapi NHW terakhir, yaitu NHW #9. Meski selama 3 bulan ini Mama tak terlalu aktif di grup, dan seringkali mengerjakan tugas mingguan dengan terburu-buru sehingga hasilnya kurang maksimal, namun tetap saja Mama merasa sedih dan kehilangan.

Tapi seperti kata orang bijak, cara kita melihat apakah kita cocok dengan seseorang atau tidak, yaitu ketika kita merasa lupa waktu. Dan ya, minggu demi minggu, hari demi hari yang kami lewatkan dengan obrolan seru, membuat kami benar-benar lupa waktu. Sampai kemudian kami tersadar, yah, ini adalah tugas terakhir, sebelum kami dinyatakan lulus atau tidak.

NHW #9 ini, merupakan tindak lanjut seusai pencarian jati diri. Jika di NHW #8 kemarin kita sudah menentukan Misi Hidup dan Produktivitas, kali ini kita diarahkan untuk menjadi agen perubahan.

Change Maker, source; youtube.com

Kedengarannya koq wow banget yaa.. Agen Perubahan, gitu lho! Tapi kembali lagi ke fitrah kita sebagai manusia. Manusia yang bermanfaat adalah manusia yang menjalankan kehidupan sesuai dengan fitrahnya.

Jadi, jika kita sudah menemukan passion (ketertarikan minat) ada di ranah mana, mulailah melihat isu sosial di sekitar kita, lalu belajarlah untuk membuat solusi terbaik di keluarga dan masyarakat.

Karena ketertarikan Mama ada di dunia tulis-menulis, Mama buat seperti ini;




Social Venture adalah suatu usaha yang didirikan oleh seorang social entrepreneur baik secara individu maupun organisasi yang bertujuan untuk memberikan solusi sistemik untuk mencapai tujuan sosial yang berkelanjutan. Sedangkan social entrepreneur adalah orang yang menyelesaikan isu sosial di sekitarnya menggunakan kemampuan entrepreneur.

Untuk membuat perubahan di masyarakat, kita bisa mengawalinya dari rasa empati. Dan untuk membuat usaha yang berkelanjutan, kita bisa mengawalinya dengan menemukan passion, dan menjadi orang yang merdeka menentukan nasib hidupnya sendiri. Jika kita bisa menyelesaikan permasalahan sosial di sekitar kita dengan kemampuan entrepreneur yang kita miliki, kita tak perlu lagi menunggu dana dari luar untuk melakukan perubahan, karena modal sesungguhnya cukup dengan tekad kuat dari dalam hati.

Nah, Mama punya mimpi, kesadaran literasi di sekitar kita meningkat. Jika kesadaran literasi meningkat, kita tak akan mudah dibohongi. Kita pun akan semakin pandai dalam mencari informasi, menganalisa, menemukan, sehingga informasi yang terdistribusi adalah informasi yang benar, bukan hoaks semata.

Untuk mengawali kampanye literasi digital ini, Mama dan teman-teman Mama di KEB Solo, akan mengadakan kelas blogging untuk pemula dalam waktu dekat. Semoga kelak semakin banyak blogger yang menghasilkan karya-karya inspiratif, yang bisa mendorong masyarakat untuk menggunakan internet secara lebih bijak.


Quote about Change Maker by Mahatma Gandi


Read More

NHW #8 ; Misi Hidup dan Produktivitas

Monday, March 25, 2019

Jika minggu lalu di NHW #7 kita sudah belajar tentang "Ikhtiar Menjemput Rezeki" dengan "Kenali Diri, Bangkitkan Potensi", di NHW #8 kali ini kita akan belajar tentang "Misi Hidup dan Produktivitas".

NHW #8, Misi Hidup dan Produktivitas

Secara kebetulan, hari Sabtu kemarin Mama dan Mas Amay terlibat obrolan seru. Mas Amay yang tanggal 16 Maret kemarin berulang tahun ke delapan, Mama ajak bicara dari hati ke hati. Obrolan ini bermula saat kami membahas seorang temannya yang sudah berhari-hari mogok sekolah. Mengapa temannya itu tidak mau sekolah? Bagaimana hal itu membuat ibunya sangat sedih? Sampai kemudian kami membahas tentang cita-cita, bagaimana agar bisa mewujudkannya? Mengapa Allah mengaruniai kita otak untuk berpikir, tangan untuk bekerja, dan hati untuk merasa?

Dalam banget. Terlebih sehari sebelumnya, yaitu hari Jumat, Mas Amay menerima rapor mid semester. Jujur, Mama bersyukur dengan apa yang Mas Amay dapatkan. Tapi Mama lebih bahagia saat Bu Husna berkata bahwa Mas Amay senang menggambar, dan di kelas, Mas Amay sering menggambarkan sesuatu untuk teman-teman.

Mama bahagia, karena Mama melihat ada binar-binar di mata Mas Amay saat Mas Amay menggambar. Insya Allah ke depannya kita akan lebih mudah berjalan, karena titik cahaya itu sudah kelihatan.

Saat Mama bertanya tentang cita-cita, jawaban Mas Amay ada dua. "Mas Amay mau jadi arsitek kayak papa, terus mau menulis buku juga."

Bismillah ya, Nak...

Untuk buku, tahun lalu Mas Amay sudah membuat satu judul buku. Insya Allah tahun ini kita buat lagi ya. Oya, ini cerita tentang buku Mas Amay : Mas Amay Belajar Berbagi; Jual Buku untuk Korban Gempa Lombok, Palu dan Donggala.

Buku Pertama Mas Amay

Mama hanya bisa berdoa dan memberi support. Semoga Mas Amay bisa istiqomah di jalan yang sudah Allah tunjukkan. Mas Amay harus bersyukur, karena setidaknya Mas Amay sudah punya mimpi di usia ini. Mama, harus mencari dan menemukannya di usia yang tak lagi muda.

Mas Amay harus bersyukur, Mama dan Papa selalu support kegiatan Mas Amay. Mama, dulu berada di kondisi yang sangat terbatas. Jangankan untuk mengasah potensi, untuk membeli buku bacaan saja, Akung dan Uti kesulitan.

Tapi alhamdulillah, kini semua sudah terlewati.

Sekarang, jika Mama ditanya;

A. Apakah ada ranah aktivitas yang sesuai dengan kuadran SUKA dan BISA, seperti yang tertulis di NHW #7?

Alhamdulillah, apa yang Mama lakukan pada hari ini, sudah sesuai dengan potensi yang Mama miliki. Ya, Mama akhirnya benar-benar kecemplung di dunia tulis-menulis, dunia yang Mama impikan, sejak tahun 2013. 

Namun, meski sudah berjalan 6 tahun lamanya, Mama masih harus banyak belajar untuk menjadi seorang Blogger Profesional.

B. Tentang "Be, Do, Have"

1. Mental seperti apa yang harus dimiliki untuk menjadi seorang blogger profesional?
Menurut Mama, seorang Blogger Profesional itu;

- Rendah Hati. Seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk, seperti itulah Blogger Profesional. Seperti Mak Carolina Ratri yang rajin berbagi ilmu ngeblog di blognya, atau seperti almarhum CumiLebay yang sering berkunjung ke blog-blog, tanpa melihat apakah blogger ini terkenal atau tidak.

- Haus Ilmu. Teknologi semakin berkembang, dan tentu, ini berpengaruh juga terhadap dunia per-blogging-an. Jangan pernah merasa puas, atau kau akan terlindas. Belajar lagi, belajar lagi, belajar lagi, karena di luar sana jumlah blogger atau penulis akan semakin banyak.

- Punya Value. Yap! Kata orang, profesi blogger semakin wangi. Mulai banyak brand yang menggunakan jasa blogger untuk mengiklankan produknya. Namun, seorang Blogger Profesional tidak gebyah uyah. Blogger Profesional tidak hanya mengejar materi saja. Blogger Profesional adalah blogger yang mengutamakan profesionalisme dalam berkarya. Untuk itu, blogger profesional harus mampu memilah dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan hati nuraninya. Seperti pesan Ibu Septi Peni, "Rejeki itu pasti, Kemuliaan yang harus dicari."

2. Apa yang harus Mama lakukan untuk menjadi Blogger Profesional?

Belajar. Seperti yang sudah Mama tulis di NHW #5; Learning How to Learn,

- Mama harus selalu memperbaiki tulisan
- Mama harus bisa menaklukkan sebuah lomba
- Belajar tentang coding, SEO, juga tentang adsense

3. Apa yang akan Mama lakukan apabila Mama sudah memiliki apa yang Mama harapkan?

Seperti poin nomor 1 tadi, Mama harus tetap rendah hati, tidak pelit ilmu, sekaligus tetap belajar agar tidak tergilas perkembangan zaman. Satu lagi, Mama harus tetap punya value. 

C. Tentang 3 aspek dimensi

1. Apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu kehidupan kita?
Mama ingin tetap berada di jalan-Nya, semakin baik dari waktu ke waktu, bisa memberikan manfaat untuk diri sendiri, untuk keluarga, dan untuk lingkungan sekitar.

2. Apa yang ingin dicapai dalam waktu 5-10 tahun ke depan?
Ingin sekali dari hasil menulis, bisa ditabung untuk memberangkatkan Akung menunaikan rukun islam ke 5.

3. Apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahun?
Ingin sekali bisa memenangkan lomba blog, dan bisa memberangkatkan Akung umroh. Siapa tahu nanti ada lomba blog berhadiah umroh, ya kan? Jika menang, hadiahnya akan Mama berikan untuk Akung.

Mohon doanya semoga impian-impian Mama bisa tercapai ya... Aamiin YRA.

Ya, lebih dari itu, Mama ingin bisa mendampingi Mas Amay dan Dek Aga untuk mengejar cita-cita, memberi manfaat untuk banyak orang. Semoga Mama, Papa, Akung, Mas Amay dan Dek Aga, senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan agar bisa beribadah dengan baik. Semoga kita selalu berada dalam penjagaan-Nya. Aamiin YRA. 





Read More

NHW #2 Bagaimana Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga?

Monday, February 11, 2019

Lewat tulisan minggu lalu, sudah tahu kan kalau Mama sekarang ini tergabung di Institut Ibu Profesional Solo Raya? Masih baru banget memang, Mama pun saat ini baru belajar di program Matrikulasi. Di Matrikulasi ini, setiap minggunya ada tugas yang harus dikerjakan. Nah, tugas minggu ini lumayan berat, karena tidak hanya melibatkan diri Mama sendiri, tetapi juga Papa, Mas Amay, dan Adek Aga.



Bagaimana menjadi ibu profesional kebanggaan keluarga? Itulah pertanyaannya.

Karena ada kata-kata “kebanggaan keluarga”, maka yang menjadi tolok ukur adalah papa, Mas Amay, dan Dek Aga. Di mata mereka, Mama ini kurang apa? Dan seharusnya Mama bersikap seperti apa sehari-harinya, agar peran sebagai “kebanggaan keluarga” bisa terwujud.

Paling mudah memang bertanya pada anak-anak, yaa... Untuk itu, Mama tanya pada Mas Amay dan Dek Aga terlebih dulu.

Mama ; Mas, menurut Mas Amay, Mama ini seperti apa?
Amay (jelang 8 tahun) ; Cantik
Duh, Mama langsung berbunga-bunga. Wkwkwk... Tapi sayangnya bukan jawaban seperti itu yang Mama butuhkan. Takutnya pas baca ini Mbak Fasil jadi gimanaaa gitu kan? Hihi... Oke, pertanyaannya diganti.
Mama ; Mas Amay nggak suka sama Mama kalau Mama lagi ngapain?
Amay ; Kalau pas marah.
Hehe, Mama jadi pengen tutup muka. Mama sangat menyadari kekurangan Mama yang satu ini, makanya di tugas pertama dulu, yang ingin Mama pelajari adalah ilmu tentang sabar. Okey, lanjut.
Mama ; Mas Amay suka sama Mama kalau Mama lagi ngapain?
Amay ; Pas Mama bahagia, Mas Amay suka.
Mama ; Emang kalau pas Mama marah, Mama gimana?
Amay ; Murung

Lanjut ke adek.
Mama ; Adek, adek sayang nggak sama Mama?
Aga ; Sayang lah... (pakai nada Upin Ipin)
Mama ; Adek suka sama Mama kalau Mama ngapain?
Aga ; Belajar (Ini mungkin maksudnya pas sama-sama baca buku, sama-sama belajar menulis, begitu. Usianya 4 tahun, dan dia baru akan masuk sekolah bulan Juli nanti, insya Allah)
Mama ; Adek paling sedih kalau Mama ngapain?
Aga ; Mayah. Mama jangan mayaaah....

Baiklah, artinya memang Mama harus berlatih untuk lebih sabar lagi yaa...

Biasanya Mama akan marah saat mereka berebut sesuatu. Dan seringnya, Mas Amay dan Dek Aga bertengkar saat Mama tidak fokus pada mereka. Jadi, yang harus Mama lakukan adalah; Menyelesaikan semua pekerjaan sebelum Mas Amay pulang sekolah. 

Pekerjaan yang menyita banyak waktu adalah mencuci, karena Mama mencuci pakaian secara manual. Dan biasanya, Mama mencuci 2-3 hari sekali. Jadi bisa dibayangkan yaa, cucian Mama sebanyak apa, dan membutuhkan waktu berapa lama untuk menyelesaikannya. Kadang malah, cucian sudah Mama rendam sejak pagi sebelum memasak. Tetapi karena biasanya setelah memasak badan sudah lelah (apalagi saat melihat bak cucian yang penuh begitu, secara psikologis Mama langsung merasa lelah), jadi rendaman cucian baru tersentuh sore harinya. Hoho...

Jadi, selama seminggu ke depan Mama akan mencoba cara ini

SMART

Spesifik ; Mencuci baju sedikit demi sedikit. Sekiranya Mama tidak terlalu lelah setelah memasak, Mama harus segera menyelesaikannya. Biasanya Mama malas-malasan, karena saat melihat bak cucian yang terisi penuh, rasanya sudah lelah saja. Hihi... Akhirnya mencucinya tanpa rasa ikhlas. 

Measurable (terukur) ; Mama akan mencoba mencuci 1 bak kecil setiap hari dalam 1 minggu ini, apakah hasilnya tampak atau tidak.

Achievable ; Insya Allah ini mudah. Mencuci sedikit demi sedikit, pekerjaan akan selesai sedikit demi sedikit. Daripada langsung mencuci banyak-banyak, tapi lelahnya juga banyak. :D

Realistic ; Mencuci baju sedikit demi sedikit, setiap hari, demi bisa menghasilkan waktu yang efektif untuk menemani anak-anak, realistis kan ya? :D

Timebond ; Mencuci maksimal 1 jam sehari (sudah termasuk menjemur). 

Semoga dengan mencuci setiap hari, waktu Mama untuk menemani anak-anak jadi lebih banyak. Aamiin...

Sekarang ke Papa... 

Agak sulit tanya-tanya soal ini sama Papa, apalagi beberapa hari ini Papa harus lembur karena beliau dan teman-temannya sedang mengerjakan sebuah sayembara yang deadline-nya adalah hari ini. Kalau pulang kantor, beliau sudah sangat capek, jadi ngobrolnya yang asik-asik aja. Hari Sabtu dan Minggu pun beliau ke kantor untuk menyelesaikan sayembara ini. Tapi demi tugas ini selesai tepat waktu, Mama WA saja lah. Supaya efektif. Hehe...




Dan itu dia jawabannya. Jangan kaget yaaa... Hihi...

Lalu apa yang akan Mama lakukan? Masalahnya adalah, ada dua anak laki-laki yang beranjak gede. Kalau Mama pakai baju seksi, lalu mereka melihatnya, bagaimana? Pakainya setelah mereka tidur? Nah, ini juga agak susah, karena jam tidur si bungsu ini lebih larut dari kakaknya. 

Tapi Mama akan coba deh. Nggak perlu dijabarkan lah ya, detailnya bagaimana, hihi... Takut dibaca anak-anak. Xixixi...

Hmmm, sudah. Akhirnya selesai juga tugas ke dua ini. Memang menjadi “ibu kebanggaan” itu jalannya tak semudah yang dibayangkan yaa.. Tapi kita tentu tidak boleh menyerah begitu saja. Harus mencoba mulai saat ini juga. 
Read More

Nak, Sebelum Menuntut Ilmu, Ada Adab yang Harus Kau Tahu

Sunday, February 3, 2019

Arinta Adiningtyas_NHW#1

Untuk Mas Amay dan Dek Aga...

Mengawali tahun 2019 ini, Mama Kepiting punya satu kegiatan baru. Mama kuliah lagi, di Institut Ibu Profesional atau IIP. Mama akui, Mama belum bisa secara penuh menaruh perhatian Mama di sana, karena akhir Januari lalu Mama disibukkan dengan beberapa kegiatan. Tapi, ke depannya, Mama berjanji akan lebih fokus lagi. Dan inilah Nice Homework (NHW) pertama Mama di Matrikulasi IIP Batch 7.

Sebelum menuntut ilmu dengan penuh semangat, Mama diingatkan kembali tentang adab. Ya, bahkan orang yang memiliki tujuan semulia menuntut ilmu pun, harus paham adabnya. Tak akan berguna ilmumu, jika kurang adabmu.

Abu Zakariya An Anbari rahimahullah bahkan berkata, "Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh." (Adabul Imla' wal Istimla' [2], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [10].

Lalu, apakah adab itu?

Secara bahasa, adab berarti menerapkan akhlak mulia. Saking pentingnya adab, Rasulullah  Shollallahu 'alaihi Wasaallam bersabda: 
Kaum Mu'minin yang paling sempurna imannya, adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Tirmidzi no. 1162, ia berkata: "hasan shahih")
Jadi, sebelum belajar, mari kita kosongkan gelas, rendahkan hati, agar apa yang diajarkan oleh guru-guru kita, dapat kita resapi dan pahami.

Lalu, jika ditanya apa yang saat ini ingin Mama pelajari di Universitas Kehidupan ini, jawaban Mama adalah ilmu tentang sabar. Mengapa? Karena kesabaran adalah hal yang paling sulit dilakukan, hingga Rasulullah SAW bersabda bahwasanya orang yang paling kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya saat marah.

Dan Mama sedih, Mama masih sering marah sama Mas Amay dan Dek Aga. Bahkan, kadang Dek Aga sampai bilang begini; "Mama jangan mayaah..." Hiks... Maafkan Mama ya, Nak...


tentang sabar

Kesabaran itu, seperti yang dijelaskan oleh Syeikh An Nawawi Al Bantani dalam kitab "Matan Tanqihul Qaul", ada empat macam:

1. Sabar dalam menjalankan fardhu
2. Sabar dalam menghadapi musibah
3. Sabar dalam menghadapi gangguan manusia
4. Sabar dalam kefakiran

Sabar dalam menjalankan fardhu atau kewajiban, adalah taufik. Sabar dalam menghadapi musibah, berpahala. Sabar dalam menghadapi gangguan manusia, adalah cinta. Dan sabar dalam kefakiran, adalah ridho Allah ta'ala.

Mas Amay dan Dek Aga...

Mama perlu melatih kesabaran nomor 3. Mama seperti orang munafik ya, selalu mengatakan bahwa Mama cinta pada kalian, tapi Mama sulit bersabar melihat tingkah polah kalian yang terkadang di mata Mama terlihat menjengkelkan. Maafkan Mama, yaa...

Bantu Mama belajar sabar, bisa ya? Ingatkan Mama jika taring Mama sudah terlihat akan keluar. Semoga Mama mampu menjadi Mama Kepiting yang lembut hati dan lembut perilakunya. Aamiin YRA.

Peluk dan Cium penuh cinta dari Mama. :*





Sumber bacaan:

- https://muslim.or.id/35690-60-adab-dalam-menuntut-ilmu.html
- https://www.dream.co.id/orbit/mengenal-macam-macam-jenis-sabar-180218b.html
Read More

Kisah Menghadirkan Proses Metamorfosis di Rumah

Friday, January 11, 2019

Ulat daun
ulat pohon jeruk

Beberapa orang tetangga terkejut saat melihat pohon jeruk yang Mama tanam di depan rumah kini tak berdaun. Bukan karena rontok, tapi karena habis dimakan makhluk mungil berwarna hijau yang seringkali sadar kamera jika difoto. Ya, memang, saat ini ada banyak sekali ulat hijau yang mendiami pohon jeruk itu. 

"Kok mboten dibuangi, Bu?" tanya pengasuh Nay.

"Pun kersane (nggak apa-apa biarin aja)," jawab Mama sambil tersenyum. 

Mungkin beliau heran, masa cuma dibiarin aja? Tapi memang sedari awal Mama menyadari keberaaan ulat-ulat itu, tak ada niat sedikitpun untuk memberantas mereka.


Ulat memakan daun sebelum menjadi kepompong
ulatnya malu-malu

Bukan, bukan karena takut, bukan pula karena cuek. Tapi serius, Mama malah bersyukur. Syukur dalam artian seperti ini; karena Mama menanam pohon jeruk, maka mereka bisa makan dengan leluasa. Itung-itung berbagi rezeki dengan sesama makhluk-Nya, gitu.

Mama Kepiting sok bijak niye?

Haha... Bahkan Papa pun berkata seperti itu. Tapi kalau cuma sekadar sok-sokan, tentu niat untuk "membiarkan mereka makan" hanya bertahan beberapa hari saja, ya 'kan? Nyatanya, sampai hari ini, sampai daun-daun jeruk di pohon itu hampir tak bersisa, Mama tak sekalipun berniat menyingkirkan mereka.

Ih, itu kan hama?

Betul. Tapi tak apa. Toh, saat hari berganti dan musim ulat sudah pergi, dedaunan itu insya Allah akan tumbuh lagi. Jika daun-daun itu bisa berbicara, mungkin mereka pun akan bersyukur karena keberadaan mereka menjadi manfaat bagi si ulat. Karena daun jeruk ini tak bisa dijadikan bumbu masak. Hihi...

proses metamorfosis, saat ulat berubah menjadi kepompong
kepompong yang menempel di dinding

Lebih dari itu, ada manfaat lain yang bisa kami petik. Dengan tidak menyingkirkan ulat-ulat itu, mereka menghadirkan pengetahuan baru untuk Mas Amay dan Dek Aga. Apa lagi kalau bukan soal metamorfosis? 

Ya, dari halaman rumah yang seuprit itu, Mas Amay akhirnya bisa melihat secara langsung proses metamorfosis. Sebelumnya, dari buku yang pernah ia baca, Mas Amay memang sudah paham tentang metamorfosis atau perubahan makhluk hidup dari telur hingga menjadi dewasa yang sempurna, dengan mengalami perubahan bentuk morfologi, anatomi bahkan fisiologis. Tapi, melihat secara langsung bagaimana proses metamorfosis itu terjadi, adalah hal yang luar biasa bagi anak-anak. 

Mama merasa puas saat melihat Mas Amay dan Dek Aga, ketika pagi-pagi membuka pintu, bersorak kegirangan melihat kepompong-kepompong di dinding. Mata mereka memancarkan sebuah kekaguman. 

"Kok bisa ada di dinding ya, Ma?" tanya Amay penasaran.

Iya, karena ketika ulat sudah cukup besar alias sudah merasa kenyang makan, dan merasa sudah saatnya berubah menjadi kepompong, biasanya ia akan berjalan mencari tempat yang aman. Meski terkadang, tempat yang ia kira aman justru menawarkan hal sebaliknya. Dan tempat itu bisa di mana saja. Kebetulan, kebanyakan ulat memilih dinding rumah kita.
 

kepompong yang gagal menetas
kupu-kupu yang gagal menetas

Mas Amay (Dek Aga belum yaa, hihi..) akhirnya juga paham, bahwa terkadang, sesuatu tak berjalan sebagaimana mestinya. Terkadang kita menemui kegagalan, seperti foto di atas. Dan semua itu tentu atas kehendak Allah. Tugas kita adalah mengambil pelajaran. :)

Tak hanya itu, Mas Amay (Mama juga tentunya) pun belajar tentang kesabaran. Saat kupu-kupu berhasil keluar dari kungkungan kepompong, ia menjeda rasa bahagianya. Sabar, tak perlu buru-buru. Sabar, kuatkan dulu sayapmu.

Mungkin sebenarnya kupu-kupu itu sudah ingin terbang sembari memandang indahnya dunia, apalagi sebelumnya ia sudah terpenjara cukup lama dan harus berpuasa selama beberapa hari, ya 'kan? Tapi memberi jeda pada diri sendiri, seringkali menjadi keputusan terbaik. 


contoh metamorfosis sempurna


Dan percayalah, kesabaran seringkali berbuah manis. Sabar dengan ulat yang menggelikan, yang bahkan menghabiskan dedaunan hingga tak lagi terlihat indah, membuahkan pengalaman berharga. Rasa puas menyaksikan bagaimana kupu-kupu memenuhi halaman rumah kita, tentu tak terkira besarnya.


metamorfosis sempurna, contohnya


Eh, omong-omong soal metamorfosis, Mama jadi teringat salah satu murid Mama. Luna namanya.

10 tahun lalu saat ia masih TK dan jadi anak didik Mama, ia memaksa Mama berani menghadapi ulat seperti ini. Waktu itu dia merengek, menangis sampai hampir 1 jam, karena tak juga berhasil menangkap seekor pun kupu-kupu.

Saat kehabisan ide bagaimana menghentikan tangisannya, seekor ulat mencuri perhatian Mama. Dengan sok berani, Mama mengambil ulat itu, lalu Mama berikan pada Luna. Mama bilang, "Luna tahu nggak? Kupu-kupu itu sebenarnya berasal dari ulat. Ini Luna bawa pulang yaa, coba Luna tunggu beberapa hari lagi, beneran jadi kupu-kupu apa nggak."

Beruntung anak itu mau mendengarkan. Mungkin sebenarnya dia sudah lelah menangis juga, hihi..

Besoknya, dia protes, "Miss Arin bohong, ya? Kok ulatnya nggak jadi kupu-kupu?" 

"Lho, kan Miss Arin bilang tunggu beberapa hari. Mungkin sekitar dua minggu."

"Yah, lama banget."

"Sabar dong..."

And two weeks later... Luna datang pagi-pagi banget, dan langsung menyerbu Mama. "Ms Arin, beneran keluar kupu-kupunya... Bagus banget iiih.." then she kissed me. So sweet banget memang ini anak. Dan karena dia jago menggambar, saat Journal Time dia menggambar proses metamorfosis ini, lalu dia ceritakan pada teman-temannya.

Misi Miss Arin selesai. Nggak perlu repot menjelaskan metamorfosis segala 'kan? Sudah ada yang bisa bantu jelaskan. Hihihi...



Nah, itu dia Luna, bersama Ms Budi, Principal di sekolah tempat Mama mengajar dulu. Cantik kan? Hihi... 
Read More

Terapi Bicara dengan Membaca Huruf Hijaiyah

Monday, November 19, 2018


Assalamu'alaikum semua.. Tulisan kali ini sedikit berbeda, karena Mama Kepiting sedang berkolaborasi dengan #BloggerKAH untuk membahas tentang bagaimana meningkatkan kecerdasan anak.

Omong-omong, udah pada kenal sama tante-tante di #BloggerKAH, kan? Ya betul, ada Tante Rani R Tyas, juga Tante Widi Utami alias Tante Widut. Nanti kita simak tulisan Tante Rani tentang 7 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi Balita dan Tante Widut juga yaa.. 

Kembali ke topik bahasan kali ini, kita tentu sudah tahu bahwa kecerdasan itu bermacam-macam, yaa.. Bahkan sebenarnya manusia memiliki 8 Macam Kecerdasan Majemuk.

Nah, Mama ingin membahas salah satu di antara 8 kecerdasan majemuk itu, yaitu Kecerdasan LinguistikKecerdasan Linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Ciri-cirinya antara lain; senang berdiskusi dan menulis, suka membaca, menyukai permainan scrabble atau puzzle, dll. Jika seseorang memiliki kecerdasan linguistik, ia akan cocok menjadi jurnalis, news presenter, penyair, penulis, atau pengacara.

8 Multiple Intelligence, from kayusirih.com

Bicara tentang Kecerdasan Linguistik, lebih dari setahun belakangan, Mama mulai intens mengejar ketertinggalan Aga di bidang ini. Iya, dibanding Mas Amay, kemampuan biacara Aga memang cenderung terlambat. Jika di usia 26 bulan, Mas Amay sudah bisa menyanyi Cicak di Dinding, Balonku, dll, Aga baru bisa melakukannya di usia 3 tahunan. Itu pun belum terlalu jelas, hanya nadanya saja yang sudah tepat.

Baca: Mengapa Anak Saya Belum Bisa Bicara?

Tapi secara tidak sengaja, di usia Aga yang hampir 3 tahun, Mama menemukan sebuah metode yang cukup berhasil membuatnya senam lidah. Berawal dari keinginannya untuk bergabung bersama Mama dan Mas Amay setiap kami mengaji, Aga pun belajar membaca iqro'.

Seperti ini,





Lama-lama, belajar mengucapkan suku kata per suku kata, membuat Aga mampu menyusun satu kata sederhana dengan tepat. Dari satu kata itu, kemudian bertambah menjadi dua kata, tiga kata, dan seterusnya.

Jika dulu Aga memanggil mama papa dengan "ama" dan "apa", kini ia sudah dapat memanggil kami dengan "mama" dan "papa". Sekarang bahkan ia sudah bisa mengucapkan namanya sendiri dengan "Aga", dan bukan "Aja". Dan sebulan belakangan, setiap ia bangun tidur, ia akan mengatakan, "Mama, Aga sudah bangun."

Ya Allah, nyesss rasanya...

Memang untuk bisa mencapai titik ini sungguh membutuhkan kesabaran yang panjang, karena selain stimulasi yang  harus dilakukan secara terus-menerus, kita juga tidak boleh melupakan kesiapan organ speech-nya juga. Tapi Mama cukup puas dengan hasilnya. Alhamdulillah.. Kini kami bisa membuktikan bahwa Aga tidak "bisu", tidak juga bermasalah dengan pendengaran.

Nah, sekarang, Aga sedang menyukai lagu ini. Ada lirik yang lupa sih, tapi buat Mama, ini sudah cukup sempurna.

Terima kasih untuk kegigihanmu, ya, Nak... Mama bangga padamu. :)


Read More

Pengalaman Pertama Mas Amay Cabut Gigi Susu

Sunday, August 5, 2018

Bulan Ramadhan yang lalu, kami dikejutkan dengan tumbuhnya gigi Mas Amay. Seharusnya ini menjadi sebuah berita gembira, karena di usia Amay yang sudah 7 tahun, gigi susunya masih utuh, sementara teman-temannya banyak yang telah memiliki gigi baru. Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah, tumbuhnya gigi baru ini mendahului tanggalnya gigi lama. Jadi, iya giginya "kesundulan". 

Tahu ada calon gigi yang menyembul di gusi Mas Amay, Mama Papa langsung bingung. "Haduh, harus ke dokter nih, giginya harus dicabut segera. Kalau nggak, giginya bisa tumpang tindih nanti," kata Papa.

Si bocah, demi mendengar kata "dokter", nyalinya langsung mengkeret. Ya sudah, Mama Papa menunggu sampai Mas Amay benar-benar berani. Kan nggak lucu kalau pas di tempat praktik doi nangis-nangis... Ya to

Waktu berlalu, sampai kami harus mudik ke Purworejo. Mama mencari tahu dokter gigi yang ramah anak di Purworejo. Beberapa teman merekomendasikan dokter langganan mereka. Tapi, lagi-lagi Mas Amay belum siap. Dia masih takut, padahal berkali-kali Mama meyakinkan bahwa cabut gigi itu nggak sakit.

Sementara Mas Amay masih ragu-ragu untuk cabut gigi, kami sudah harus kembali lagi ke Solo. Yaah, akhirnya di kota ini jua lah kami harus mencari dokter gigi yang sesuai dengan keinginan kami. Kami mencari beberapa referensi dokter gigi di Solo, tapi ujung-ujungnya, yang kami datangi adalah dokter gigi yang berpraktik tak jauh dari rumah kami.

Siapakah dokter pilihan kami itu? Dokter Gigi Diana Rahmawati namanya.

Kami mendatangi tempat praktik beliau sejak pukul 5 sore. Tapi karena kami mendapat nomor antrian ke-12, sementara yang sudah ditangani baru 1 orang, maka kami memutuskan untuk pulang, dan kembali ke sana setelah maghrib.

Dan ketika tiba saatnya... Nama Amay dipanggil...

Kami memasuki ruangan, dan Mas Amay diminta berbaring. Wajahnya terlihat tegang. Meski begitu, ia mengaku sudah tidak takut lagi, karena ia sudah percaya dengan perkataan Mama, bahwa cabut gigi tidak sakit. 

muka tegang sebelum cabut gigi

Sambil menunggu Bu Dokter siap-siap, kami menggoda Mas Amay untuk mencairkan suasana. 




Yak, dan Bu Dokter pun beraksi...

cabut gigi tidak sakit :)

cabut gigi tidak sakit :)

Selesaaaiiii...

Mas Amay diminta untuk menggigit kapas, dan baru boleh dibuang setelah 15 menit. Kata Bu Dokter, "Habis ini maem es krim ya..." Wah, seneng banget dia.

dokter gigi Diana Rahmawati, dokter gigi yang ramah anak

Untuk cabut gigi, biaya yang harus kami keluarkan adalah sebesar Rp 30.000,-. Tapi tenang, bisa pakai BPJS juga koq. Kami sempat tanya-tanya juga berapa biaya untuk scaling gigi (membersihkan karang gigi)? Dan biayanya nggak sampai 200 ribu lho...

Alhamdulillah, kami sudah menemukan dokter gigi idaman. Insya Allah nggak pindah kemana-mana lagi lah. Tahu nggak? Mas Amay sudah nggak sabar untuk cabut gigi lagi. Kebetulan gigi seri bagian atasnya sudah goyang.

Duh, setelah tahu kalau cabut gigi itu nggak sakit, Mas Amay malah jadi ketagihan. Hahaha... 

dokter gigi Diana Rahmawati, dokter gigi recommended di Gedongan, Colomadu, Karanganyar

Dokter Gigi Diana Rahmawati berpraktik di Gedongan (jalan samping Arista Onion Trans ke utara sekitar 50 meter, kiri jalan), setiap hari Senin - Jumat, mulai pukul 16:30 - 20:00 WIB. Beliau masih relatif muda, sangat ramah, gaul juga. Duh pokoknya asik deh. Kami merekomendasikan beliau sebagai dokter gigi terbaik di Colomadu. Jadi, untuk teman-teman di Solo yang ingin cabut gigi, membuat gigi palsu, scaling gigi, apapun itu, ke dokter Diana Rahmawati saja.☺❤
Read More

Kehangatan dan Keharuman Tahan Lama Pilihan Mama untuk Mas Amay dan Dek Aga

Sunday, July 1, 2018

disclaimer: Ini review dari hati, bukan postingan berbayar. Apa yang tertuang di sini, sesuai dengan pengalaman yang Mama Kepiting rasakan.

Sekitar tujuh tahun lalu saat Mama masih meraba-raba dalam merawat bayi Mama, segala merek untuk perawatan tubuh kalian, Mama coba. Termasuk untuk urusan minyak telon.

Maaf ya Mas Amay, karena secara tidak langsung, Mas Amay seolah menjadi kelinci percobaan, hihi... Tapi tidak ada salahnya untuk coba-coba, kan? Kan Mama ingin yang terbaik. Kalau tidak mencoba, dari mana Mama tahu baik buruknya sesuatu untuk kalian, ya kan? Jika ada yang bilang, buat anak kok coba-coba, ya, Mama punya alasan.

Untuk minyak telon, sebenarnya Bunda (Kakak Mama, Ika Puspita) sudah memberi contoh. Bunda memakaikan My Baby minyak telon untuk Kak Fina dan Mas Aufa, bahkan sampai Rara. My Baby minyak telon memang wangi dan hangat, tapi, Mama masih ingin “mencicipi” minyak telon yang lainnya juga. Penasaran ceritanya.

My Baby Minyak Telon, minyak telon rekomendasi mamakepiting

Petualangan Mama dalam mencari minyak telon yang terbaik pun, bermula...

Mama mencoba merek A, yang harganya lebih mahal dari My Baby minyak telon. Wanginya enak, Mas Amay juga menjadi segar saat dicium. Hangatnya juga pas, tidak terlalu panas. Tapi, ketika pagi hari wanginya hilang, tidak seperti ketika Mas Amay memakai My Baby minyak telon. Jadi, karena kelemahannya dibanding My Baby minyak telon ada 2, yaitu lebih mahal dan wanginya tidak tahan lama, Mama berhenti memakai minyak telon merek A tersebut.

Mama beralih ke merek B. Kelebihannya dari My Baby minyak telon, adalah harganya yang lebih murah. Wanginya segar juga, enak. Entah, Mama sih suka banget sama wangi-wangi minyak telon, dan setiap merek memang memiliki wangi khasnya masing-masing. Mama sangat berharap merek ini bisa jadi andalan Mama, agar Mama bisa sedikit lebih berhemat. Tapi, ternyata Mas Amay dan Dek Aga (Dek Aga pernah Mama cobain minyak telon merek ini juga) tidak kuat dengan panasnya. Wah, ternyata hangatnya berlebihan yaaa... Jadi, Mama segera memutuskan untuk berhenti memakaikan merek B ini di kulit Mas Amay. Kasihan Mas Amay, kulitnya jadi kemerahan karena panas.

Mama akhirnya memantapkan pilihan pada merek My Baby untuk minyak telon kalian. Ternyata pilihan Bunda memang benar yaa, hehe... Mama sih, nggak percayaan. Wkwkwkwk..

Kesimpulannya, kelebihan My Baby minyak telon dibandingkan merek minyak telon lainnya adalah:

1. Wanginya tahan lama
Semua minyak telon memiliki wangi yang khas, tetapi tidak ada yang wanginya bisa bertahan sampai pagi. Sampai saat ini, di antara semua merek minyak telon yang pernah Mama coba, hanya My Baby yang bisa menjaga kesegaran kalian, sampai kalian bangun tidur esok hari. Ini penting sih, karena bayi kan mudah berkeringat. Kalau wangi kalian hilang seiring dengan banyaknya keringat, nanti kalian nggak ciumable lagi dong.

2. Harganya terjangkau
Meski ada yang lebih murah dari My Baby, tetapi harganya masih terjangkau. Toh, masih ada yang lebih mahal lagi. Harga My Baby minyak telon ukuran 150ml, di toko dekat rumah adalah sekitar Rp 32.000,- sedang di ****maret adalah sekitar Rp 36.000,-. Tenang, ada yang ukuran kecil koq, yang lebih ekonomis. :)

3. Hangatnya pas
Ini penting sekali, karena kulit Mas Amay dan Dek Aga tidak tahan dengan minyak telon yang hangatnya berlebihan.

4. Bisa menghindarkan kulit dari gigitan nyamuk
My Baby minyak telon yang Mama pilihkan untuk kalian, mengandung Citronella dan Chamomile. Dua bahan ini, wanginya tidak disukai nyamuk.

My Baby Minyak Telon, mengandung Citronella dan Chamomile, ampuh untuk mengusir nyamuk

Oya, sebenarnya ada juga My Baby Minyak Telon plus yang memberi perlindungan selama 8 jam dengan tambahan wangi jeruk. Tapi Mama lebih suka yang ini. Dan sebenarnya, masih ada botol bekas My Baby Minyak Telon yang sudah habis isinya, tapi tidak ikut kefoto, hehe... Lain kali Mama fotoin untuk instagram @kayusirih deh, biar pada percaya, kalau tulisan ini bukan bualan Mama semata.

Jujur saja, tidak hanya kalian yang memakai minyak telon ini. Mama dan Papa juga. Apalagi jika "negara nyamuk" mulai menyerang, Mama yang memiliki riwayat asma dan tidak kuat dengan bau obat nyamuk, lebih memilih untuk mengoleskan My Baby minyak telon di sekujur tubuh, bahkan di telinga juga. Ya, supaya nyamuk-nyamuk itu tidak ngang-nging-ngang-nging mengganggu tidur Mama.

Mama bersyukur sudah menemukan minyak telon yang terbaik untuk kalian. Tidak hanya ramah di kulit, tapi juga ramah untuk hidung dan kantong. :)
Read More

Resep Pisang Pasir untuk Buka Puasa

Friday, May 18, 2018

Ada satu makanan kesukaan yang Mas Amay sering minta untuk Mama buatkan, yaitu Pisang Pasir a.k.a Pisang Crispy ala mamakepiting. Kalau Mama sedang terlihat membuatnya, Mas Amay dan Dek Aga selalu tak sabar untuk mencicipinya segera. Dan karena tadi pagi Mbak Sayur membawa pisang kepok kuning lagi, akhirnya Mama membuat cemilan berbahan pisang dengan resep sederhana untuk takjil atau makanan pembuka saat berbuka puasa.

Bahannya sangat sederhana. Nggak pakai ribet pokoknya. Yang pasti, sediakan pisang kepok kuning, kupas, kemudian bagi dua. 

Untuk balurannya, kita hanya membutuhkan tiga bahan, yaitu;
- Tepung panir
- gula pasir 1/2 sdm
- garam 1/4 sdt

Mas Amay saat membantu Mama membuat Pisang Pasir

Caranya: 
- Campur tepung panir, gula pasir dan garam. Aduk-aduk pokoknya, supaya nanti rasa manis dan gurihnya merata.
- Gulingkan pisang yang sudah dikupas dan dibagi dua tadi, ke dalam tepung panir. 
- Remas-remas pisangnya, hingga tepung panirnya menempel rata.
- Masukkan ke dalam wadah, lalu simpan ke dalam freezer.
- Jelang maghrib, goreng beberapa potong. Nikmati selagi hangat.

adonan Pisang Pasir siap dimasukkan ke dalam freezer

Oya, ada yang menggunakan telur ayam supaya tepung panirnya mudah menempel. Tapi mamakepiting tidak suka dengan bau amisnya, hihi... Dan begini saja, Mas Amay dan Dek Aga sudah senang banget koq. Hehe.. Tapi jika Mama lebih suka jika menggunakan telur, silakan saja. Yang pasti, menu ini bisa jadi alternatif, jika kita sudah mulai bosan dengan kolak pisang. Praktis kan?

Untuk resep buka puasa yang lain, Mama juga bisa mencoba resep praktis Puding Puyo. Selamat mencoba ya, Ma.. ☺❤
Read More

Belajar Jujur dan Bertanggung Jawab Sejak Kecil

Tuesday, May 8, 2018

Mama sering mengatakan pada Mas Amay, "Mama nggak bisa mengawasi Mas Amay setiap saat, but Allah does." Kalimat ini bermula sejak tahun lalu, saat Mama mengajak Mas Amay untuk berlatih puasa. Mengapa Mama mengatakannya? Karena saat berlatih puasa itu, diam-diam Mas Amay makan jajanan yang sedang dimakan Adek Aga. 

Mama sih tidak marah. Mama paham, apalagi Mas Amay baru berumur 6 tahun waktu itu, masih belajar puasa juga. Tapi, kalau Mama tidak menegur saat itu juga, Mama khawatir Mas Amay akan menganggap bahwa ketidakjujuran adalah hal yang biasa-biasa saja.


Dan Mama beruntung, setelah kejadian itu Mas Amay belajar, lebih baik jujur dengan mengatakan tidak kuat lagi menahan puasa, daripada harus berbohong, sembunyi-sembunyi makan jajan, dan kembali "melanjutkan puasa" yang sesungguhnya sudah tidak ada gunanya. Lebih baik jujur. Ya kan, Mas?

bohong dosa! red cross from pixabay

Dan pelajaran untuk selalu jujur itu, alhamdulillah masih Mas Amay ingat sampai hari ini ya... Waktu itu Tante Opik cerita, saat menjemput Mas Amay pulang sekolah, Tante Opik menunggu lama sekali di luar pagar. Padahal, teman-teman Mas Amay sudah pada pulang.

Tante Opik pun masuk ke kelas, dan dilihatnya Mas Amay sedang melakukan piket sendirian. Ada satu anak perempuan lain yang juga piket, justru mengatakan, "Udah yuk, May, kita pulang aja nggak usah piket..."

Tapi salut, Mas Amay tetap menyelesaikan tugas, karena itu sudah menjadi tanggung jawab Mas Amay. Mama terharu. Mas Amay tidak terlatih, dan semoga tidak akan pernah terlatih, untuk melakukan kecurangan. Karena, meski Bu Guru tidak melihat, tapi Allah Maha Melihat. Dan Allah punya malaikat yang akan mencatat.

Jaga kejujuranmu, ya, Mas.. ☺❤
Read More