Mengompos, Upaya Penerapan Hablun Minal 'Alam

Thursday, November 12, 2020

hablun minal 'alam

Kemarin, di tugas belajar daringnya Mas Amay, ia diminta untuk menganalisa sebuah tulisan tentang Kakek Duha Juhaeri, Sang Penyelamat Lingkungan. Di situ tertulis bahwa Kakek Juhaeri berhasil mengubah kerusakan menjadi keteduhan. Saat mendampingi Mas Amay belajar itulah, tercipta sebuah diskusi di antara kami berdua, bahwa kewajiban ibadah bukan hanya sebatas sholat lima waktu, puasa, dan ibadah mahdhah lainnya. Ada banyak hal baik lainnya, yang jika kita lakukan dengan ikhlas, pun bisa bernilai ibadah.

Islam memang memiliki ajaran yang istimewa. Islam tidak hanya memerintahkan untuk beribadah kepada Tuhan saja (hablun min Allah), tetapi juga mewajibkan pemeluknya untuk membina hubungan yang baik dengan sesama manusia (hablun minannas) dan alam sekitar (hablun minal 'alam). Ketiganya sama pentingnya. Bahkan jika dicari dalil naqlinya, banyak sekali perintah untuk berbuat baik kepada sesama dan alam sekitar.

Dalam hubungannya dengan hablun minal 'alam, berikut ini adalah salah satu dalilnya;

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman." (QS. Al-A'raf [7]: 85)

Nah, mari kita tanya pada diri sendiri, hal baik apa yang sudah kita perbuat untuk lingkungan? Saya mengaku, sampai detik ini saya belum berbuat banyak. Saya masih "nyampah" setiap hari. Rumah yang kami tinggali saat ini pun berdiri di atas sawah yang telah "dilenyapkan".

Namun, pelan-pelan kami mencoba "berbuat baik" pada alam, dimulai dari hal-hal kecil seperti menanam tanaman di halaman rumah, meski lahan yang kami punyai sangat terbatas. Semoga tanaman-tanaman yang kami tanam bisa bermanfaat bagi lingkungan, misalnya untuk menghasilkan oksigen, menyediakan makanan bagi serangga, dll. Selain itu, kami juga mencoba untuk konsisten mengompos, agar sampah organik yang dihasilkan dari dapur kami masih bisa dimanfaatkan.

Baca : Kisah Menghadirkan Proses Metamorfosis di Rumah

Tentang mengompos, beberapa waktu lalu Mama Kepiting berkesempatan ngobrol bareng Ibu DK Wardhani, seorang dosen, penulis, pecinta lingkungan, yang juga merupakan founder dari kelas #mengompositumudah.

#KEBNgobrol soal sampah

Saat itu, banyak yang bertanya, bagaimana agar bisa konsisten memisahkan sampah organik dan anorganik, mengingat bahwa mengelola sampah adalah kegiatan yang ribet. Iya kan?

Ibu Dhini (panggilan akrab beliau) menjawab, "Kita harus punya strong why, motivasi internal, misalnya dari sisi spiritualitas, bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini ada pertanggungjawabannya. Tentu kita pun sudah tahu apa bahayanya jika terus-terusan mengirim sampah ke TPA. Setelah itu, niatkan lillahi ta'ala, insya Allah apa yang kita lakukan ini worth it."

"Mengelola sampah adalah bentuk tanggung jawab kita sebagai manusia, karena kita sudah diizinkan untuk tinggal di sini. Dan sebenarnya, kita sedang mempersiapkan masa depan kita (bumi kita)." tambah beliau.

Benar sih, kalau kita abai terhadap kondisi lingkungan, entah apa yang akan terjadi sepuluh, lima belas, dua puluh tahun yang akan datang? Akankah udara yang kita hirup masih sesegar sekarang? Akankah air yang kita minum masih sebersih sekarang?

Mengompos itu ribet, memang. Pertama, kita harus memilah sampah terlebih dahulu. Kemudian, kita harus menyediakan tempat untuk sampah-sampah organik itu. Selanjutnya, kita masih harus rajin mengaduk setiap hari. Ribet memang. Namun, inilah ibadah. Setelah ilmu dan niat, kita diminta untuk bersabar saat menjalankannya.

Tentang 4 unsur dalam ibadah, Mama pernah menuliskan di sini: 4 Unsur dalam Ibadah

Jadi, untuk teman-teman yang belum mulai mengompos, yuk kita mulai perlahan-lahan. Jadikan kegiatan ini sebagai bagian dari gaya hidup. Siapa tahu, apa yang teman-teman lakukan bisa menginspirasi yang lainnya. Insya Allah, semakin banyak yang berbuat baik pada bumi, bumi pun akan tetap menjadi tempat ternyaman untuk ditinggali. 😊

 

Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Dear Mama, Apakah Ketidaksempurnaan adalah Dosa?

Thursday, July 30, 2020


Assalamu'alaikum...

Udah lama banget Mama Kepiting ngga nulis di sini. Rasanya rinduuu, tapi apa daya, ada banyak pekerjaan yang menunggu diselesaikan juga. Sebenarnya di kepala ini ada banyak hal yang ingin dituliskan, termasuk pengalaman ketika Mas Amay dan Dek Aga terkena Flu Singapura beberapa waktu lalu. Tapi nanti dulu, yaaa.. Hari ini saya mau curhat dulu.

Ma, tahun ajaran baru sudah dimulai, ya... Dan anak-anak pun masih menjalani PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) karena pandemi corona yang sedang melanda. Rasanya ingin mengeluh, yaa, tapi semoga kita tidak saling menyalahkan karena memang tidak ada yang diuntungkan di sini, baik itu para guru, anak-anak, maupun orang tua. Semua memiliki bebannya sendiri-sendiri.

Kalau mau melihat sisi positifnya, mungkin untuk para ibu salah satu hikmahnya adalah bahwa kita dipaksa kembali ke fitrah sebagai madrosatul uula, sekolah utama untuk anak-anak kita. Namun, Ma, menjaga kewarasan diri memang penting adanya, supaya kita bisa menjadi tempat belajar ternyaman untuk mereka.

Jujur, saya sendiri belum menemukan formulanya. Terkadang hari-hari berjalan sempurna, tetapi ada kalanya berantakan juga. Seperti hari ini, ketika Mas Amay harus setor hafalan via voice note ke grup tahfidz kelasnya. Seperti biasa, semua kegiatan sudah dimulai setelah sholat shubuh. Adek Aga dengan hafalan, iqro', AISM, dan 1 lembar kegiatan. Mas Amay dengan muroja'ah dan hafalan.

Nah, rupanya mendekati periode bulanan saya, saya menjadi super sensitif, mudah marah, mudah juga menangis. Ketika Mas Amay melakukan sedikit kesalahan, saya resah. Saya menginginkan kesempurnaan, hingga menyuruhnya mengulang-ulang bacaan.

"Yaf'alu, Mas Amay... Bukan yaf alu. Ulang, yaa..."

"Hum... Him... Coba ھ-nya lebih tebal, jangan seperti ح

Lama-lama mungkin anaknya capek sehingga mood-nya berubah. Dari situ saya tersadar bahwa saya telah melakukan kesalahan. Saya menyesal.

"Rin, kamu aja ngga sempurna, teganya kamu menuntut kesempurnaan dari anak-anak," batin saya.

Entahlah, kepada Dek Aga saya lebih mudah memaklumi, tetapi mengapa kepada Mas Amay tidak bisa begitu? Maafkan Mama ya, Mas Amay. You know, Mama loves you so much.



~

Begitulah. Pada akhirnya, rekaman Amay yang pertamalah yang saya kirimkan, karena rekaman-rekaman berikutnya nyatanya tidak lebih baik dari rekaman pertama. Mungkin karena rekaman pertama dilakukan tanpa tekanan, ya?

Ya Allah, semoga amarah-amarah seperti ini tak terulang lagi. Bimbing saya, Ya Allah, agar bisa menjadi Mama yang baik untuk Mas Amay dan Dek Aga. Bimbing saya agar bisa mengontrol pikiran, perasaan, ucapan dan tingkah laku. Aamiin.



Read More

#TanyaMama 2; Apa Jadinya Jika "Bayi" 9 Tahun Bertanya Soal Pernikahan?

Saturday, June 6, 2020


Mengobrol dengan anak-anak sebelum mereka tidur, atau istilah kerennya adalah pillow talk, adalah momen yang paling Mama sukai. Saat seperti ini, kami jadi lebih mudah bicara dari hati ke hati. Namun, apa jadinya kalau tiba-tiba anak kita bertanya-tanya tentang pernikahan? Anaknya baru 9 tahun pula!
Jika Anak Bertanya Soal Pernikahan
"Laki-laki kalau lihat perempuan cantik, pasti langsung pengen menikah. Ya to, Ma?" tanya Mas Amay tiba-tiba.

Belum sempat Mama jawab, Mas Amay tanya lagi, "Kalau perempuan kayak gitu juga nggak, Ma? Kalau lihat laki-laki yang ganteng, langsung pengen menikah juga nggak?"

Mama diam sebentar, lalu jawab, "Ya nggak gitu juga sih, Mas. Mama kalau lihat orang ganteng, paling kagum aja sebentar. Nggak terus langsung pengen menikah gitu lah. Menikah itu kan nggak cuma lihat cantik atau gantengnya thok. Kita juga lihat keluarganya gimana, baik atau enggak. Terus sebagai perempuan, biasanya lihat pekerjaan laki-lakinya juga. Maksudnya, orang ini tekun bekerja apa enggak, karena ini penting. Kalau nggak kerja, nanti mau beli makan pakai uangnya siapa, ya kan?"

Mama menunggu respon Mas Amay. Dia cuma manggut-manggut sih. Lalu Mama pun penasaran, "Temennya Mas Amay ada yang cantik trus bikin Mas Amay pengen menikah po?"

Wkwkwk, entah ya, apakah pertanyaan spontan seperti itu dibenarkan oleh ilmu parenting? Tapi nggak penting lagi untuk diperdebatkan sih, karena sudah terlanjur ditanyakan juga, hehe. Yang jelas, Mas Amay bilang belum tahu.

Ya sudah, kalau belum ada yang disuka mah, hihi... Baru 9 tahun juga kan. Semoga ketika nanti Mas Amay jatuh cinta untuk pertama kali, Mas Amay mau cerita sama Mama atau Papa. Toh, buat apa sembunyi-sembunyi, ya kan? 😀

Mama pun berpesan pada Mas Amay, "Yang penting sekarang tuh Mas Amay belajar yang rajin, supaya jadi anak yang pinter. Kalau pinter, peluang untuk dapat pekerjaan yang bagus itu biasanya lebih besar. Kalau pekerjaannya bagus, insya Allah rezekinya juga bagus. Kan Mas Amay harus menafkahi istri dan anak-anaknya Mas Amay juga to?"

Amay manggut-manggut lagi. Lagian, pertanyaannya kok kejauhan amat yak? Wkwk, tapi ngga apa-apa sih, Mama malah jadi punya celah untuk menyampaikan konsep pernikahan yang sesuai dengan value keluarga kami. Dan kalau diingat-ingat, sebenarnya ini bukan kali pertama Mas Amay bertanya soal pernikahan. 2 tahun lalu, Mas Amay pernah bertanya tentang hal ini.


(Gara-gara nulis ini akhirnya terpikir untuk jadiin pertanyaan-pertanyaan Mas Amay, dan mungkin juga Dek Aga nantinya, disatukan dalam satu label khusus #TanyaMama, yang tentu jawabannya juga terserah Mama Kepiting lah, yaa...)

*

Banyak yang tanya, kenapa kok Mas Amay kepo banget tentang serba-serbi pernikahan? Mama juga nggak tahu. Memang sejak kecil Mas Amay suka banget menanyakan hal-hal yang kedengaran "aneh" untuk seusianya.

Lalu apakah ini wajar? Dari beberapa sumber yang Mama baca sih, insya Allah nggak apa-apa. Justru katanya, kita sebaiknya membantu anak-anak untuk memahami seluk-beluk pernikahan sejak dini. Daripada mereka tahu dari orang lain atau tempat lain, ya kan?


If you don’t pass your values on to your kids, someone else will


Nah, karena Mas Amay baru 9 tahun, tentunya informasi yang kita sampaikan juga harus disesuaikan dengan usianya. Nanti perlahan-lahan kita tambah "dosis"nya.

Tentang pernikahan, anak-anak harus tahu bahwa;

1. Pernikahan adalah sebuah berkah, bukan beban masalah


Kita  sering mendengar ucapan pernikahan seperti; selamat mengarungi bahtera rumah tangga, yang menunjukkan bahwa menjalani sebuah ikatan pernikahan itu layaknya mengarungi samudera.  Kadang kita menemui arus yang tenang, menikmati angin yang berhembus pelan, tetapi di depan sana, mungkin kita juga akan menemui ombak besar atau hantaman badai.

Ya, memang kurang lebih seperti itu. Namun, ketika kita bersama-sama, kita akan mendapatkan pernikahan yang luar biasa. Pernikahan yang menyenangkan, yang membahagiakan.

Jadi, anak-anak harus melihat Mama dan Papanya saling membahagiakan satu sama lain. Cara paling simpel, sering-seringlah memuji pasangan. Nah, di sini Mama jadi sadar, mungkin hal inilah yang jadi trigger kenapa Mas Amay tanya-tanya soal pernikahan, karena Mama sering bilang, "Mama jatuh cinta sama Papa." 😅


2. Pernikahan adalah tentang intimacy (kedekatan secara emosional dan psikologis), bukan hanya sebatas hubungan seksual


Ini mungkin bisa disampaikan nanti ketika anak-anak sudah menginjak remaja, yaa.. Kalau seusia Amay, dia belum tahu hubungan seks itu apa.

Beberapa waktu lalu ketika Mas Amay bertanya bagaimana cara adik bayi masuk ke perut Mama, Mama hanya menjelaskan bahwa perempuan bisa hamil, setelah menikah dengan laki-laki. Kalau perempuan nggak menikah, laki-laki nggak menikah, ya tentu nggak bisa punya anak.

Meski penjelasannya baru sebatas itu, tapi dia harus paham bahwa sesuai dengan value di keluarga kami, semua hubungan laki-laki dan perempuan harus melalui gerbang pernikahan terlebih dahulu.


3. Pernikahan yang bahagia, menempatkan "kita" sebelum "aku"


Setelah menikah, kita pun menjadi sebuah tim. Tujuan kita menjadi sama. Kita tidak saling bersaing, tetapi kita saling bekerja sama, saling mendukung, saling berkorban untuk satu sama lain, hingga bersama-sama merayakan keberhasilan.

Kalau kelak Mas Amay baca tulisan ini, mungkin Mas Amay bisa menangkap pengorbanan yang Mama maksud. Misalnya, ketika Mama memilih untuk jadi stay home mom, melepaskan mimpi Mama untuk jadi guru demi bisa menemani Mas Amay dan Dek Aga di rumah. Juga Papa, yang rela bekerja siang malam demi kita sekeluarga. Namun, Mas Amay dan Dek Aga harus tahu, meski ini disebut pengorbanan, tapi cintalah yang membuat Mama dan Papa melakukannya dengan penuh kebahagiaan.

Oya, meski kita adalah satu tim, tetapi kita tidak harus selalu sependapat. Mas Amay dan Dek Aga pasti ingat juga, Mama dan Papa pun pernah berantem, adu mulut, and so on. Namun, itu sama sekali bukan menjadi pertanda bahwa kita tidak lagi saling mencinta.

Laki-laki dan perempuan memang berbeda. Mau disetarakan bagaimana pun, nggak akan pernah bisa sama. Seperti di tubuh kita, ada tangan kanan, ada tangan kiri, bentuknya mungkin nyaris serupa, tetapi tangan kanan dan tangan kiri harus saling berseberangan untuk bisa menjalankan fungsinya bersama-sama.


4. Pernikahan adalah tentang memberi, bukan menuntut pemberian


Seperti penjelasan di atas, ketika kita sudah memutuskan untuk menikah, maka kita harus siap untuk saling membahagiakan satu sama lain. Kalau dibayangkan mungkin akan terasa sebagai beban, tapi, seorang pecinta, akan melakukan apapun untuk yang dicintainya. Ya, cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tindakan.

Jika suami dan istri sama-sama melakukannya, maka insya Allah, pernikahannya akan menjadi pernikahan yang bahagia.

You don't get married to make yourself happy, you get married to make someone else happy.

5. Pernikahan bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah permulaan


Ketika seseorang sudah memutuskan untuk menikah, maka kehidupannya pun berubah. Untuk seorang perempuan, pernikahan adalah momen ketika tanggung jawab sang ayah berpindah kepada laki-laki yang dipilihnya. Dalam Islam pun, setelah perempuan menikah, ridho Allah tergantung pada ridho suami terhadapnya.

Laki-laki pun demikian. Ketika memutuskan untuk menikah, maka kewajibannya pun bertambah. Itulah sebabnya, pernikahan bukanlah tujuan akhir, tetapi justru merupakan sebuah permulaan.

*

Wiiih, jadi panjang gini, yaa... Ini mau ngomong sama anak-anak tapi kok bahasanya berat bener? Eh, tapi jangan remehkan kemampuan anak, lho, karena anak adalah penyerap informasi yang hebat. Percakapan yang singkat, sederhana, dilakukan dari waktu ke waktu, akan membangun fondasi pengetahuan yang kuat. Seiring dengan pertambahan usia anak, tambahkan pula "dosis" informasinya.

Kalau kita ingin anak-anak kita terbuka tentang perasaannya, -mungkin ketika remaja nanti- tentang lawan jenis yang disukainya, maka kita perlu membiasakannya sejak sekarang. Jatuh cinta itu fitrah. Namun, bagaimana cara mengelola perasaan cinta, itu adalah bagian penting yang harus kita ajarkan.



Ditulis dengan Cinta, Mama


Read More

Waspadai, Ma! Inilah Macam-macam Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri

Thursday, May 28, 2020

Pembaca mamakepiting mungkin masih ingat kalau akhir tahun lalu, Mas Amay sempat terkena impetigo. Apa itu impetigo? Impetigo adalah infeksi kulit piogenik (menghasilkan nanah pada luka yang mengalami infeksi) yang disebabkan oleh bakteri. Hati-hati ya, Ma, karena penyakit ini biasa menyerang anak-anak.


Selain impetigo, ada banyak lagi penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang harus kita waspadai, di antaranya;

1. Tipes

Jangan bosan mengingatkan anak-anak untuk tidak jajan sembarangan, karena alih-alih bisa kenyang, justru penyakitlah yang datang. Tipes, salah satunya. Gejalanya bisa berupa demam tinggi, diare atau konstipasi, sakit kepala, dan sakit perut.

Penyakit tipes disebabkan oleh bakteri bernama Salmonella typhosa yang menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit ini rentan terjadi pada anak-anak karena selain kesadaran akan pentingnya kebersihan masih minim, juga karena sistem kekebalan tubuh pada anak-anak belum sempurna.

Salmonella typhosa
Salmonella typhosa, sumber: Outbreak News Today

Lihat bakterinya aja merinding gitu, kan, Ma? Udah deh, lebih baik dibilang cerewet, Ma, daripada anaknya kenapa-kenapa. Apalagi, penyakit tipes tidak bisa dianggap remeh juga. Bila tidak segera ditangani, Salmonella typhosa bisa menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Apabila bakteri sudah menyebar ke luar sistem pencernaan, bakteri berpotensi merusak organ dan jaringan dalam tubuh, dan bisa menyebabkan komplikasi serius.

Serem kan, Ma?

2. Diare

Penyakit ini termasuk sering dialami oleh anak-anak. Umumnya, penyebab diare adalah karena infeksi bakteri, virus atau parasit. Namun, diare juga bisa disebabkan karena alergi makanan, atau intoleransi terhadap laktosa dan fruktosa. 

Jangan sepelekan diare pada anak, Ma, karena diare dapat menyebabkan dehidrasi yang berujung pada kematian. Huhu, jadi teringat waktu Mas Amay umur 7 bulan dulu, dia sempat terserang diare dan harus dirawat di Rumah Sakit selama kurang lebih seminggu.

Tapi Mama bersyukur, Mama telah melakukan pilihan terbaik, karena tak lama setelah itu, anak tetangga Nin di Majalengka ada yang meninggal karena diare. Dan dia seumuran dengan Mas Amay. 😢


3. Meningitis bakterialis

Konon, penyakit inilah yang telah merenggut nyawa musisi kebanggaan Indonesia, Glenn Fredly, beberapa waktu lalu. Meningitis bakterialis adalah kondisi infeksi pada selaput yang melindungi otak dan saraf tulang belakang yang disebabkan oleh bakteri.


Ciri Meningitis
ciri penyakit meningitis, sumber: honestdocs

Mengutip dari honestdocs, ciri-ciri utama meningitis adalah sbb:
- Demam
- Sakit kepala berkepanjangan
- Leher kaku
- Bingung 
- Mual dan muntah 
- Sensitif terhadap cahaya 
- Pegal-pegal 
- Ruam kulit
- Pada anak, ia jadi susah makan, tak nyaman bila disentuh oleh orang lain, sering menangis, dan tak seaktif biasanya
- Menurunnya kemampuan bicara, mengingat, mendengar, serta melihat

Yang harus diwaspadai adalah, penyakit ini menular, dan penanganannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

4. TBC

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC dapat menular dengan mudah melalui sekresi batuk penderita yang menyebar di udara. Ketika bakteri di udara terhirup ke paru-paru orang lain, maka orang tersebut pun akan mudah terinfeksi dan menderita TBC. Inilah pentingnya penggunaan masker pada orang yang sakit.

5. Leptospirosis


Gejala Leptospirosis
Gejala penyakit Leptospirosis, sumber: www.kla.id

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira sp yang mengkontaminasi makanan atau minuman. Biasanya, hewan yang menjadi pembawa bakteri Leptospira adalah tikus dan anjing. Umumnya penyakit ini mewabah di area bekas banjir atau area kumuh yang banyak tikusnya.

Main hujan atau becek-becekan di genangan air memang menyenangkan. Namun, tak boleh lupa untuk selalu membersihkan badan dengan benar ya, Ma...


Sebenarnya masih ada banyak penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri, tetapi yang terpenting sekarang adalah upayakan untuk selalu menjaga kesehatan. Makan makanan yang menyehatkan, minum yang cukup, istirahat yang cukup, jangan lupa olahraga dan rajin cuci tangan. Ajak anak-anak untuk hidup sehat juga, ya, Ma! Salam Sehat! :)



Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

School From Home, Mas Amay Membuat Pisang Geprek

Saturday, March 21, 2020


Kehadiran virus corona memang membuat kita kewalahan ya, Ma ... Makhluk kecil yang tak terlihat itu sudah membuat kacau seisi dunia. Di satu sisi, bumi seolah sedang memulihkan dirinya dari segala efek buruk perilaku kita. Di sisi lain, kita belum siap menghadapi ini semua. 

Di Indonesia sendiri, per hari ini setidaknya ada 450 orang yang positif terinfeksi COVID-19. 38 di antaranya meninggal dan 20 orang sudah dinyatakan sembuh. Ini yang sudah diketahui atau terdeteksi, sedangkan kita tahu, ada banyak warga yang ngeyel alias tidak patuh terhadap perintah social distancing, dan hal ini bisa saja membuat jumlah sebenarnya lebih banyak.

Maka dari itu, Mama Kepiting sangat mendukung gerakan #dirumahaja untuk kita yang memang tidak perlu pergi ke mana-mana. Mama juga mendukung pemberlakuan #SchoolFromHome bagi anak-anak sekolah selama dua minggu ini, sebagai bentuk ikhtiar untuk menjaga kesehatan anak-anak kita.

Memang, social distancing bukanlah hal yang mudah dipahami oleh anak-anak. Adek Aga dari kemarin sudah mengeluh, tak sabar ingin sekolah dan bermain dengan teman-temannya. Mas Amay juga sama. Ia bahkan sempat merengek mengajak pergi berenang. Tentu permintaan mereka tidak bisa Mama penuhi mengingat kondisi saat ini.

Nah, untuk menghilangkan kebosanan, tadi pagi Mama mengajak anak-anak untuk membuat Pisang Geprek. Dinamakan Pisang Geprek karena setelah digoreng, pisangnya digeprek alias dipipihkan. Hihi... Mas Amay membantu Mama mengupas pisangnya, sekalian berlatih menggunakan pisau.


Setelah dikupas, pisang digoreng di atas teflon menggunakan margarin. Mas Amay juga membantu Mama menggorengnya. Awas, pakai api kecil saja supaya tidak cepat gosong. Jangan lupa juga untuk rajin membolak-balik pisangnya.

Mas Amay bilang, "Kalau tinggal satu (yang belum dibalik), pasti jadi lebih susah (membaliknya)."



Setelah semua pisang selesai digoreng, siapkan bahan-bahan untuk topingnya, yaa...

Kalau ayam geprek menggunakan sambal untuk topingnya, pisang geprek buatan kami menggunakan toping susu kental manis dan meses. Sebenarnya akan lebih lengkap jika ditambah parutan keju di atasnya, tapi karena sedang tidak ada stok, jadi kami pakai bahan yang ada di rumah saja.

Lihat, Adek Aga membuat Pisang Geprek spesial untuk dirinya sendiri. Yang membuatnya spesial adalah mesesnya yang berlimpah. Suka-suka dia pokoknya. 


Sudah selesai! Pisang Geprek siap dimakan. Alhamdulillah, anak-anak suka dengan makanan ini. Adek Aga bahkan langsung habis tiga biji. 😁


Gampang banget kan membuat Pisang Gepreknya? Selain caranya mudah, bahan-bahannya juga murah. Anak-anak juga mendapat porsi yang cukup banyak di kegiatan ini. Untuk Mama yang mungkin sudah dilanda stres dengan adanya School From Home, mungkin apa yang kami lakukan tadi bisa jadi ide untuk Mama di rumah. Selamat bersenang-senang dengan anak-anak, Ma! 😊


Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More