Aja Dibanding-bandingke

Saturday, December 24, 2022

 

Setelah penyanyi cilik Farel Prayoga tampil di istana pada perayaan HUT RI 17 Agustus 2022 lalu, kita menjadi sangat familiar dengan kata "aja dibanding-bandingke" yang artinya jangan dibanding-bandingkan. Sebenarnya, kita sudah sering menemui ini di kehidupan sehari-hari, entah sebagai orang yang hobi membandingkan, atau malah jadi korban yang dibanding-bandingkan. Memang ya, membanding-bandingkan adalah sebuah kebiasaan turun-temurun, yang sudah mendarah daging. Padahal, membandingkan termasuk satu dari 12 gaya populer kekeliruan dalam komunikasi lho...

Saking sudah terlalu sering didengar dan dilakukan, kebiasaan membandingkan ini berkembang menjadi lelucon. Misalnya, ketika di media ditampilkan seorang siswa yang cerdas dan berprestasi, komentar-komentar warganet rata-rata begini; "Kasihan yang jadi tetangganya, pasti tertekan."

Kenapa sampai muncul komentar seperti itu, tentu ini adalah salah satu akibat dari seringnya kita membanding-bandingkan atau dibanding-bandingkan.

Nah, momen membanding-bandingkan dan dibanding-bandingkan ini mungkin akan semakin sering terdengar di akhir semester seperti sekarang ini. Betul atau betul? Hihi... Saat anak-anak sudah menerima rapor / laporan hasil belajar, berapa persen orang tua yang fokus dengan perkembangan anaknya tanpa tergoda untuk membandingkannya dengan anak lain?

Dampak suka membanding-bandingkan anak dengan anak lain

 

Semoga kita tidak termasuk orang tua yang hobi membanding-bandingkan pencapaian atau prestasi anak ya, Ma.. Karena, anak yang sering dibanding-bandingkan akan mudah mengalami stres. Mereka juga memiliki rasa percaya diri yang rendah dan cenderung tidak menghargai diri sendiri. 

Kebanyakan orang tua beralibi, tujuan membanding-bandingkan adalah agar anaknya termotivasi untuk bisa berprestasi seperti anak lain. Namun, alih-alih membuat anaknya termotivasi, anak yang dibanding-bandingkan malah bisa menjadi tidak bersemangat, karena ia menganggap upaya dan kerja kerasnya selama ini sia-sia belaka.

Dampak lainnya adalah, anak jadi sulit mengambil keputusan. Kenapa? Karena rasa tidak percaya diri itu tadi. Anak akan ragu untuk melangkah, karena takut berbuat salah.

Efek terburuknya adalah, anak jadi sulit percaya pada orang tuanya, bahkan membenci orang tuanya sendiri. Tentu kita tidak ingin ini terjadi kan, Ma? Na'udzubillah min dzalik.

Nah, Ma, mari mulai sekarang kita ubah kebiasaan buruk kita dengan tidak membanding-bandingkan lagi. Setiap anak itu unik. Mereka memiliki potensinya masing-masing. Agar anak bisa berprestasi dan tetap bahagia, yang perlu kita lakukan sebagai orang tua antara lain;

1. Dukung hobinya

Tidak semua anak harus pintar di bidang akademik. Kadangkala ada anak yang lebih menonjol di bidang seni atau olahraga. Jika itu terjadi pada anak kita, beri dukungan seluas-luasnya, Ma... Siapa tahu dari hobinya itu bisa membawa masa depan yang cerah.

2. Beri apresiasi pada kelebihannya

Pujian yang terlalu berlebihan memang bisa melenakan. Namun, anak tetap membutuhkan pujian agar api semangatnya tetap terjaga. Dengan pujian pula, kepercayaan diri anak bisa terbangun.

3. Bantu anak menghadapi kelemahannya

Suatu hari, Amay, sulung saya berkata, "Ma, kayaknya nilai SBdP Mas Amay jelek deh."

Untuk menenangkannya, saya pun berkata, "Ngga apa-apa, Mas Amay kan ngga harus bisa semuanya (maksudnya, ia tidak harus sempurna di semua bidang)." Saya paham, dia berkata seperti itu, artinya dia sudah benar-benar berusaha, tetapi kemampuannya memang terbatas. 

Kemudian, saya bertanya lagi, "Memang, Mas Amay ngga bisa di bagian mana?" Dengan bertanya seperti itu, saya ingin dia tahu bahwa Mamanya ada untuk membantunya. Kalaupun Mamanya ini tidak bisa membantunya, setidaknya dia tahu bahwa Mama peduli dengan kesulitan yang ia hadapi.

~

Memang susah mengubah suatu kebiasaan ya, Ma... Salah satu tips yang mungkin bisa kita coba agar tidak lagi terbiasa membanding-bandingkan adalah dengan membayangkan jika itu terjadi pada diri kita sendiri. Tentu kita tahu bahwa dibanding-bandingkan adalah hal yang sangat tidak mengenakkan, maka sebisa mungkin, mari kita berusaha agar anak kita tidak merasakannya.



Ditulis dengan Cinta, Mama

Post a Comment