Sejak beberapa tahun lalu, aku sudah menyiapkan hati kalau kelak anak-anak lelakiku mulai jatuh cinta. Meski begitu, aku nggak pernah menyangka bahwa momen itu akan datang secepat ini. Pikirku masih 2-3 tahun lagi. Dan meski sudah bersiap-siap bahwa suatu hari anak remajaku akan mengalami cinta pertama, nyatanya sebagai ibu, aku tetap saja merasa patah hati. Hiks...
Mama, Aku Sedang Jatuh Cinta...
Semua itu berawal sejak pertengahan tahun lalu. Sulungku baru saja naik ke kelas 6 ketika tiba-tiba, suatu hari di atas motor yang melaju, dia bercerita,
"Mama tahu nggak, anak perempuan yang Mas Amay suka?" Tanyanya dari balik punggungku. Dari suaranya, ia tampak agak malu.
"Wah, siapa? Si A? B? C?" Tebakku. Dan ternyata jawabanku salah semua. 😂
"Mau tahu nggak?" Haha, aku tahu, dia sebenarnya nggak sabar juga pengen cerita.
"Boleh, kalau Mas Amay nggak keberatan kasih tahu." Jawabku. Lalu mengalirlah semua ceritanya. Dan sejak hari pengakuan itu, setiap kali ia kuantar atau kujemput sekolah, nama gadis itulah yang selalu disebutkannya di sepanjang perjalanan. Lama-kelamaan, aku pun merasa cemburu.
Aku tidak ingin melarangnya jatuh cinta, apalagi memarahinya. Aku takut laranganku atau kemarahanku malah akan membuatnya berjarak denganku. Di satu sisi, aku bersyukur ia mau menjadikanku tempat curhatnya, tetapi di sisi lain, aku capek mendengar anakku selalu memuji gadis itu.
"Memangnya, apa yang Mas Amay suka dari si itu?" Tanyaku, menyebut nama gadis pujaannya.
"Dia itu suka menggambar, suka membaca juga. Sama kayak Mas Amay." Jawabnya. Oh, aku paham sekarang. Anak ini sesungguhnya mencari teman mengobrol dan berbagi cerita, bukan teman hora-hore aja.
"Mama marah nggak kalau Mas Amay suka sama si itu?" Tanyanya.
"Enggak. It's normal. Mama bisa paham apa yang Mas Amay rasain sekarang, karena Mama pernah ngerasain juga." Jawabku sok bijak, padahal perasaan di hati lumayan bergemuruh. Haha... Aku jawab begitu karena kulihat anakku belum aneh-aneh. Jatuh cintanya masih jatuh cinta 'anak-anak'.
Tapi dari situ aku selalu berdoa, semoga anakku selalu dilindungi oleh Allah SWT, dijauhkan dari hal-hal yang dibenci-Nya, termasuk ketika berhubungan dengan lawan jenis seperti saat ini. Aku nggak bisa berbuat banyak selain berusaha mendengarkan cerita-ceritanya, menjadi tempat curhat ternyaman baginya. Karena aku khawatir jika terlalu banyak larangan atau amarah yang keluar dari bibirku, dia malah nggak percaya lagi sama aku. Jadi, senjataku cuma satu, yaitu doa.
Mama, Pacaran itu Boleh apa Enggak?
Sampai kemudian, suatu hari dia bertanya dengan nada agak serius. "Mama, pacaran itu boleh nggak sih dalam Islam?"
Aku kaget mendengar pertanyaan itu. Tapi aku mencoba menjawab setenang mungkin. "Sebenarnya sih nggak boleh."
"Tapi kok Tante Opik pacaran?" Haaa, sudah kuduga dia akan bertanya seperti ini. Iya, adikku memang pacaran, dan anak-anakku tahu itu. Inilah yang membuat dilema, ya... Mau sok ketat bikin aturan, tapi yang anak-anak lihat adalah sesuatu yang berlawanan. Maka dari itu, aku berusaha tetap netral, sambil terus berdoa semoga Allah memberikan penjagaan terbaik-Nya untuk anak-anakku.
"Biasanya orang-orang itu pacaran ketika sudah yakin menemukan seseorang yang akan jadi pasangannya. Suami atau istrinya. Dan Tante Opik begitu. Tante Opik dan Om Annas kan sudah berencana mau menikah, tapi sekarang masih menabung." Aku mencoba menjelaskan.
"Oh..." Anak ini diam sejenak, lalu melanjutkan. "Mama mau tahu nggak, kenapa Mas Amay tanya soal ini?" tanyanya lagi.
"Kenapa?"
"Soalnya Mas Amay baru lihat di YouTube, kalau seseorang pacaran, orang tuanya juga akan kecipratan dosanya. Jadi kayaknya Mas Amay udah nggak mau suka-sukaan lagi." Ia menjelaskan. Aku lumayan terkejut mendengar penjelasan itu. Apakah ini adalah jawaban dari doa-doaku kemarin? Dalam hati, aku happy banget. Xixixi...
Dan sejak saat itu, aku tak pernah mendengar lagi nama gadis itu disebut. Aku pernah iseng menggoda, tapi dijawabnya, "Mama ini, anaknya udah bertobat malah nggak disupport." Haha, aku pun langsung minta maaf seketika itu juga.
Aku juga merasa bersyukur, anakku mendapat materi tentang pubertas di kelas VI ini, baik itu di pelajaran agama maupun di pelajaran umum lainnya seperti IPA dan PKn. Aku sangat terbantu untuk menjelaskan pada anakku, mengapa Islam membatasi pergaulan dengan lawan jenis, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pubertas. Karena kita tahu, semakin hari, tantangan untuk mendidik anak-anak memang semakin berat.
Post a Comment