Showing posts with label parenting. Show all posts
Showing posts with label parenting. Show all posts

School From Home, Mas Amay Membuat Pisang Geprek

Saturday, March 21, 2020


Kehadiran virus corona memang membuat kita kewalahan ya, Ma ... Makhluk kecil yang tak terlihat itu sudah membuat kacau seisi dunia. Di satu sisi, bumi seolah sedang memulihkan dirinya dari segala efek buruk perilaku kita. Di sisi lain, kita belum siap menghadapi ini semua. 

Di Indonesia sendiri, per hari ini setidaknya ada 450 orang yang positif terinfeksi COVID-19. 38 di antaranya meninggal dan 20 orang sudah dinyatakan sembuh. Ini yang sudah diketahui atau terdeteksi, sedangkan kita tahu, ada banyak warga yang ngeyel alias tidak patuh terhadap perintah social distancing, dan hal ini bisa saja membuat jumlah sebenarnya lebih banyak.

Maka dari itu, Mama Kepiting sangat mendukung gerakan #dirumahaja untuk kita yang memang tidak perlu pergi ke mana-mana. Mama juga mendukung pemberlakuan #SchoolFromHome bagi anak-anak sekolah selama dua minggu ini, sebagai bentuk ikhtiar untuk menjaga kesehatan anak-anak kita.

Memang, social distancing bukanlah hal yang mudah dipahami oleh anak-anak. Adek Aga dari kemarin sudah mengeluh, tak sabar ingin sekolah dan bermain dengan teman-temannya. Mas Amay juga sama. Ia bahkan sempat merengek mengajak pergi berenang. Tentu permintaan mereka tidak bisa Mama penuhi mengingat kondisi saat ini.

Nah, untuk menghilangkan kebosanan, tadi pagi Mama mengajak anak-anak untuk membuat Pisang Geprek. Dinamakan Pisang Geprek karena setelah digoreng, pisangnya digeprek alias dipipihkan. Hihi... Mas Amay membantu Mama mengupas pisangnya, sekalian berlatih menggunakan pisau.


Setelah dikupas, pisang digoreng di atas teflon menggunakan margarin. Mas Amay juga membantu Mama menggorengnya. Awas, pakai api kecil saja supaya tidak cepat gosong. Jangan lupa juga untuk rajin membolak-balik pisangnya.

Mas Amay bilang, "Kalau tinggal satu (yang belum dibalik), pasti jadi lebih susah (membaliknya)."



Setelah semua pisang selesai digoreng, siapkan bahan-bahan untuk topingnya, yaa...

Kalau ayam geprek menggunakan sambal untuk topingnya, pisang geprek buatan kami menggunakan toping susu kental manis dan meses. Sebenarnya akan lebih lengkap jika ditambah parutan keju di atasnya, tapi karena sedang tidak ada stok, jadi kami pakai bahan yang ada di rumah saja.

Lihat, Adek Aga membuat Pisang Geprek spesial untuk dirinya sendiri. Yang membuatnya spesial adalah mesesnya yang berlimpah. Suka-suka dia pokoknya. 


Sudah selesai! Pisang Geprek siap dimakan. Alhamdulillah, anak-anak suka dengan makanan ini. Adek Aga bahkan langsung habis tiga biji. 😁


Gampang banget kan membuat Pisang Gepreknya? Selain caranya mudah, bahan-bahannya juga murah. Anak-anak juga mendapat porsi yang cukup banyak di kegiatan ini. Untuk Mama yang mungkin sudah dilanda stres dengan adanya School From Home, mungkin apa yang kami lakukan tadi bisa jadi ide untuk Mama di rumah. Selamat bersenang-senang dengan anak-anak, Ma! 😊


Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Dongeng tentang Semut yang Pandai Berhemat

Thursday, February 13, 2020


Suatu hari di sebuah kerajaan, seorang Raja tengah menikmati santapannya di meja makan. Namun, sejurus kemudian dilihatnya seekor semut sedang berjalan sambil membawa remahan makanannya. Sesungguhnya ia tidak berkenan dengan perbuatan semut yang telah mengambil makanannya secara diam-diam itu. Namun, Raja adalah seorang yang bijaksana. Alih-alih marah, beliau malah menyapa si semut.

"Hai, semut." Sapa Sang Raja.

Semut yang terkejut, menjawab sapaan Raja dengan terbata-bata, "Pa ... Pa ... Paduka Raja."

"Apa yang sedang kamu bawa?" tanya Raja.

"Ampun, Paduka. Hamba telah lancang mengambil makanan Paduka." jawab semut.

"Kenapa kamu mengambil makananku?" 

"Ampun, Paduka. Hamba sudah berkeliling mencari makanan, tetapi hamba tidak menemukan apa-apa, sehingga hamba terpaksa mengambil makanan Paduka di meja." jawab semut lagi.

Raja yang mendengar pengakuan semut kemudian merasa iba, "Kasihan sekali semut ini," ujarnya dalam hati. Beliau juga menilai bahwa si semut memiliki sopan santun serta sifat yang jujur. Raja pun segera mencari cara agar semut tak lagi kekurangan makanan tanpa harus mengganggu kegiatan makannya di meja makan.

Raja kemudian bertanya kembali pada semut,  "Semut, berapa banyak makanan yang kamu butuhkan dalam satu tahun?"

Semut menjawab, "Sepotong roti, Paduka."

"Kalau begitu, maukah kau kuberi sepotong roti untuk kebutuhan makanmu selama setahun, tetapi selama itu pula kau harus tinggal di dalam sebuah bejana?" 

"Hamba bersedia, Paduka." Jawab semut, patuh.

Raja pun mengambil sebuah bejana, kemudian menaruh sepotong roti di dalamnya. "Apakah ini cukup, semut?"

"Lebih dari cukup, Paduka." Jawab semut lagi. Ah, semut memang sangat pandai bersyukur.

Setelah itu, Raja memasukkan semut ke dalam bejana tersebut, kemudian menutupnya. Sebelumnya, Raja berjanji pada semut bahwa beliau akan datang kembali satu tahun yang akan datang. Kini, semut telah berada bersama rezekinya selama satu tahun.

Dongeng Raja dan Semut
Dongeng Semut yang Pandai Berhemat

Satu tahun kemudian, Raja menepati janjinya. Beliau membuka tutup bejana untuk memeriksa keadaan semut. Namun, betapa terkejutnya beliau ketika melihat semut masih menyisakan separuh potongan roti. Beliau kemudian bertanya pada semut,

"Semut, mengapa kamu masih menyisakan rotimu? Bukankah dulu kamu bilang kamu membutuhkan sepotong roti untuk satu tahun?"

Semut menjawab, "Ampun, Paduka, selama satu tahun ini hamba memang hanya memakan separuh potong roti. Separuhnya lagi hamba sisakan untuk berjaga-jaga seandainya Paduka lupa membuka tutup bejana ini."

Raja takjub mendengar penjelasan semut. Lihat, semut saja pandai berhemat, pandai mengatur kebutuhan hidup. Manusia seharusnya bisa meneladani sikap semut dalam mengelola rezeki dari Yang Maha Kaya.

Pesan untuk Mas dan Adek:
Rezeki dari Allah selalu cukup untuk hidup, tapi tak akan pernah cukup untuk menuruti gaya hidup. Hidup itu murah, gengsilah yang membuatnya mahal.


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Bagaimana Cara Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak?

Tuesday, January 14, 2020

Halo, Ma ... Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah Generasi X, Generasi Y, Generasi Z, sampai Generasi Alpha, kan? Namun, sudah pahamkah kita dengan istilah ini? Salah satu generasi tersebut konon lebih tertarik untuk bermain gadget dibandingkan melakukan aktivitas lainnya. Generasi yang manakah itu? Dan bagaimana pula cara menghentikan kecanduan gadget pada anak? Simak terus tulisan Mama Kepiting, yaa ...

Tips Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak
Cara Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak

Sebelum ke mana-mana, kita kenali dulu yuk, pengelompokan generasi berdasarkan tahun kelahiran ini.

1. Tradisionalis
Generasi Tradisionalis adalah generasi yang terlahir di antara tahun 1922-1945. Meski jarang disebut, tapi kita harus berterima kasih pada generasi ini, karena sebagian besar dari mereka merupakan veteran yang berjiwa patriotisme tinggi. Mereka merupakan saksi sejarah peristiwa besar di muka bumi.

Ya, terlahir di masa Perang Dunia II yang juga disebut zaman "The Great Depression", nenek moyang kita harus hidup dengan kondisi serba kekurangan. Namun, karena tempaan hidup inilah, kemampuan mereka dalam memimpin di dunia kerja pun tidak perlu diragukan lagi.

2. Baby Boomers
Baby Boomers adalah generasi yang terlahir di tahun 1946-1964. Ya, mungkin orang tua kita termasuk di dalamnya. Generasi ini terlahir di era pemulihan pasca perang. Di masa ini, orang-orang sudah mulai memikirkan karir atau pekerjaan, karena keamanan hidup tak lagi terancam.

3. Generasi X
Untuk Generasi X atau generasi yang terlahir di tahun 1965-1980, kehidupan antara pekerjaan, pribadi dan keluarga sudah jauh lebih seimbang. Generasi ini juga sudah mengenal komputer dan video game versi sederhana.

4. Generasi Y
Generasi Y disebut juga dengan Generasi Milenial, dan terlahir di antara tahun 1981 - 1994. Bisa dibilang, generasi ini pembawaannya lebih santai dibanding generasi sebelumnya. Namun, meski terkesan cuma kebanyakan senang-senang, dari generasi ini bisa terlahir bermacam-macam startup, lho. Wehehe, jadi bangga deh ...

5. Generasi Z
Sering disingkat Gen Z, generasi yang terlahir antara tahun 1995 - 2010 ini dikenal tak bisa lepas dari gadget dan aktivitas media sosial. Namun, jangan negative thinking dulu, karena banyak dari mereka yang menggunakan media sosial ini untuk mencari rezeki. Lihat deh, selebgram-selebgram atau YouTubers itu mayoritas merupakan Gen Z, bukan?

6. Generasi Alpha
Nah, ini yang akan kita bahas. Generasi yang terlahir setelah tahun 2010, disebut dengan Generasi Alpha. Bisa dibilang, begitu brojol, generasi ini langsung mengenal gadget. Bagaimana kehidupan mereka di masa yang akan datang, tentu tergantung orang dewasa yang ada di sekitar mereka. Karena Generasi Alpha tertua masih berumur 9 tahun, yang mana masih usia anak-anak.

Meski Generasi Alpha adalah generasi yang paling akrab dengan gadget, tegakah kita membiarkan mereka tergantung dengan alat ini? Sementara kita tahu, di samping manfaat dan kemudahan yang ditawarkan alat ini, ada pula dampak buruk yang menyertai. Tak hanya berpengaruh pada fisik (kesehatan anak, seperti pada mata dan tulang / postur tubuh), tetapi juga pada jiwa anak.


Maka dari itu, yuk, sebelum terlambat, kita sama-sama berusaha agar anak-anak kita bisa menggunakan gadget dengan bijak. Mama Kepiting sudah merangkum beberapa tips yang bisa Mama coba.

1. Batasi penggunaan

Kelihatannya mudah ya, "cuma" ngasih batasan waktu saja? Hmm, jangan salah, Ma! Kadang sebagai orang tua, rasa ngga tegaan kita lebih besar. Kita sering kalah dengan tangisan atau ngambek-nya anak-anak. Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena Mama Kepiting dulu seperti itu, Ma. LoL.

"Udah lah, daripada nangis melulu, kasih aja tambahan waktu." 
"Gapapa deh, biar anteng. Mama masih sibuk soalnya."

Jangan begitu ya, Ma! Sekali kita lembek, anak-anak akan tahu kelemahan kita.

Screen Time yang disarankan untuk anak-anak
Screen Time yang disarankan untuk anak-anak

Dan, yuk, kita patuhi screen time yang disarankan oleh The American Academy of Pediatrics (2013) dan Canadian Paediatric Society (2010), yaitu;
- Anak-anak < 2 tahun, tidak dianjurkan untuk mengakses segala jenis gadget sendirian
- Anak-anak 2-4 tahun hanya diperkenankan mengakses gadget maksimal 1 jam per hari
- Anak-anak > 5 tahun hanya diperbolehkan mengakses gadget maksimal 2 jam per hari

2. Perbanyak aktivitas anak

Terkadang, seperti orang dewasa, anak-anak juga "ngga tau mau ngapain". Akhirnya, karena mungkin orang tuanya pegang gadget, anak-anak juga ingin melakukan hal yang sama.

"Koq Mama sama Papa asyik banget sih? Aku pengen juga deh..." Semacam itu.

Maka, lebih baik jika kita membuat anak-anak sibuk. Ikutkan ekstra kurikuler di sekolah, misalnya. Atau ajak anak untuk mengikuti kelas musik, olahraga, atau apapun yang ia suka, tentu selain bermain gadget. Kegiatan seperti ini juga sekaligus mengajarkan anak untuk bersosialisasi dan memperluas pergaulan.

3. Berikan mainan pengganti yang tak kalah menarik

Tentu kita tahu, secara naluriah, anak-anak menyukai mainan. Namun, terkadang kita suka memaksakan kegiatan bermain sambil belajar. Betul tidak?

Beli mainan, yang dibeli mainan edukatif melulu. Xixixi... Balok lah, puzzle angka lah. Wkwkwk... Tidak salah, Ma, tapi alangkah lebih membahagiakan bagi anak jika mereka bisa bebas bermain tanpa harus ada embel-embel belajar. Plis atuh, di sekolah mereka sudah belajar, masa bermain saja harus sambil belajar juga?

Dan sesungguhnya, di dalam setiap kegiatan yang anak-anak kita lakukan, sebenarnya ada pelajaran yang bisa dipetik juga, to? Misalnya, ketika ia bermain sepeda, ia juga sedang melatih konsentrasi dan kekuatan otot kaki. Dan lain sebagainya.

Omong-omong, ini pengalaman baru kami, yaa... Beberapa waktu lalu kami baru saja membelikan Mas Amay sepeda, menggantikan sepeda kecilnya yang sudah rusak. Sekarang, setiap pulang sekolah, Mas Amay langsung mengambil sepedanya. Dia sama sekali tidak mengingat game di komputer. Saya pun sudah tidak perlu susah-susah lagi mengingatkannya untuk berhenti bermain game. Bahkan di hari Sabtu dan Minggu pun, ia hanya menyentuh komputer selama beberapa menit saja. Padahal, ia hanya boleh bermain game di weekend saja.

Luar biasa, ya? Selama ini kami sudah susah payah mengatur waktu bermain game, sampai kadang harus marah-marah juga ketika Mas Amay tidak ingat waktu, tapi ternyata "cuma" sepeda jawabannya. LoL.


4. Temani mereka bermain

Membeli aneka mainan tentu membuat anak-anak bahagia. Namun, ingat-ingat deh, Ma. Bagaimana rasanya ketika kita kecil dulu orang tua kita ikut bermain dengan kita? Double bahagia kan?

Saya ingeeett banget waktu ibu saya dulu ikut main bola bekel bareng saya dan teman-teman. Rasanya luar biasa dan ngga akan pernah saya lupa. Jadi, mulai sekarang, luangkan waktu untuk bermain atau berkegiatan dengan anak-anak yuk, Ma!

Mama bisa berkreasi membuat mainan dari magnet, misalnya. Atau mengajak mereka membuat cemilan kesukaan seperti; Pisang Pasir atau Puding Puyo?

5. Berikan contoh yang baik

Kekuatan kata akan kalah dengan kekuatan keteladanan. Betul, Ma? Jadi, jika kita ingin anak-anak tumbuh dengan baik, berikan teladan yang baik pula. :)

~~~

Nah, itu dia 5 tips yang sudah saya lakukan untuk mengurangi kecanduan gadget pada anak. Jika masih belum berhasil, Mama bisa minta bantuan pada ahli. Atau, bisa juga kita meminta bantuan pada guru atau orang yang disegani oleh anak kita. Terkadang memang ada anak yang lebih patuh pada guru dibanding pada orang tua, bukan? Bismillah ya, Ma...



Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Kenapa Anak Saya belum Tumbuh Gigi?

Wednesday, January 8, 2020

Mengurus bayi tuh, setiap harinya kita harus siap-siap dengan segala macam kejutan. Tiap hari was-was, kayakkenapa lagi nih anak gue? Termasuk ketika kita menanti-nanti si bayi tumbuh gigi. Waktu Mas Amay bayi, Mama Kepiting cukup lama menunggu giginya tumbuh. Sampai khawatir, Mas Amay nanti punya gigi apa ngga? Karena waktu hamil Mas Amay, Mama sempat bertemu dengan orang yang mengalami anodontia, yaitu suatu kelainan yang ditandai dengan tidak tumbuhnya sebagian atau seluruh gigi sejak lahir.

Alhamdulillah, gigi pertama Mas Amay muncul menjelang ulang tahunnya yang pertama. Nah, sebenarnya, kapan sih seharusnya bayi tumbuh gigi?

Gigi pertama Amay

Pertumbuhan gigi pada anak tidak selalu sama, karena kondisi tubuh anak dan jumlah asupan kalsium ibu saat hamil juga berbeda-beda. Namun, biasanya gigi pertama bayi mulai tumbuh saat usianya menginjak 6 bulan.

Jadi, misal Mama memiliki bayi yang berusia 9 bulan dan belum menunjukkan tanda-tanda tumbuh gigi, jangan khawatir dulu, Ma ... Karena sangat normal bila anak belum tumbuh gigi hingga usia 12 bulan. Namun, dilansir dari Klik Dokter, drg. Callista Argentina menegaskan bahwa apabila sampai usia 18 bulan gigi anak belum juga tumbuh, maka dia harus segera dibawa ke dokter, agar diketahui akar penyebab dan cara penanganannya.

Baca : Terlambat Cabut Gigi Susu, Gigi Amay Jadi Begini...

Umumnya, gigi yang pertama tumbuh adalah gigi seri, baik atas maupun bawah, kemudian baru gigi-gigi bagian belakang. Namun, tidak menutup kemungkinan gigi geraham muncul lebih dulu. :)

Tahapan Pertumbuhan Gigi Susu pada Bayi pada Umumnya
Tahapan Pertumbuhan Gigi Susu pada Bayi pada Umumnya

Biasanya, ciri-ciri anak mau tumbuh gigi tuh, apa saja sih, Ma? Check this out ya, Ma...

1. Bayi sering mengeces
Jadi, bayi mengeces bukan karena waktu hamil ngidamnya ngga keturutan ya, Ma... Xixixi... Bisa jadi itu merupakan tanda giginya mau tumbuh.

2. Suka menggigit barang-barang di sekitarnya
Waspadalah, Ma! Untuk Mama yang menyusui, biasanya bayi akan menggigit puting saat menyusu. Aww, kebayang perihnya! 

3. Gusi membengkak

4. Susah makan atau nafsu makan menurun
Ya, seperti orang dewasa yang sedang sakit gigi, meski di hadapannya terhampar makanan yang lezat, tapi pasti ngga nafsu kan?

5. Sering rewel, bahkan terkadang disertai demam
Saat bayi tumbuh gigi adalah salah satu momen yang paling membutuhkan kesabaran. Udah susah makan, seringkali minta nen terus, nen-nya pun sambil gigit-gigit pula, ditambah demam lagi. Hmm, kerjaan terbengkalai, badan pegal-pegal, nikmat sekali ya, Ma... Hihi... Tapi insya Allah jadi salah satu sebab terbukanya pintu surga untuk kita ya Ma... Aamiin YRA. :)


Lalu, apa saja yang bisa mempengaruhi pertumbuhan gigi?

1. Genetik

Jadi, bila orangtuanya juga mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan gigi saat bayi, maka kemungkinan besar anaknya akan mengalami hal yang sama.
Lalu, apakah waktu bayi dulu Mama Kepiting terlambat tumbuh gigi? Saya tidak tahu, karena tidak ingat juga. 

Nah, tapi, dari pengalaman Mas Amay yang baru tumbuh gigi di usia nyaris 12 bulan, Mama jadi tidak khawatir ketika Adek Aga mengalami hal yang sama. Dan iya, gigi Adek Aga baru muncul di usia 11 bulan.

2. Asupan Nutrisi

Kita tentu tahu bahwa pertumbuhan gigi anak sangat dipengaruhi oleh asupan kalsium, fosfat serta vitamin D. Bila kandungan tersebut tidak terpenuhi, maka risikonya adalah terlambatnya pertumbuhan gigi anak.

Asupan nutrisi tersebut bisa diperoleh dari susu, telur, ikan juga daging. Dan jangan lupa, harus rajin berjemur di bawah matahari pagi juga, yaa..

3. Tekstur Makanan

Saat bayi mulai diberi MPASI, usahakan teksturnya bertahap mulai dari yang paling halus, lalu sedikit demi sedikit semakin kasar, sampai pada akhirnya si kecil mulai bisa mengonsumsi makanan padat seperti orang dewasa.

4. Stimulasi pertumbuhan gigi dengan Teether

Usia 3 bulan ke atas biasanya bayi sudah mulai suka menggigit. Mama bisa berikan mainan untuk digigit atau Teehter. Namun, harus selalu dipastikan kondisi Teether selalu bersih saat diberikan ya, Ma...

Jangan lupa, jika sampai usia 18 bulan anak belum menunjukkan tanda-tanda akan tumbuh gigi, segera kunjungi dokter gigi spesialis gigi anak (paedodontics / pediatrict dentist) ya, Ma... Semoga anak-anak tumbuh sesuai dengan tahapan perkembangan yang semestinya, yaa. Aamiin. :)

Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Tak Jaga Kebersihan, Mas Amay Kena Impetigo

Friday, January 3, 2020


Menjelang libur akhir tahun kemarin, Mas Amay justru mengalami hal yang kurang menyenangkan. Kulitnya mengalami infeksi yang bermula dari bentol biasa. Ternyata, apa yang dialami Mas Amay disebut Impetigo. Apa itu Impetigo, dan bagaimana penanganannya? Simak tulisan Mama Kepiting, ya..

~~~

Musim hujan sudah tiba. Seperti anak-anak pada umumnya, Mas Amay dan Dek Aga tentu ingin bermain hujan. Nah, siang itu, karena hari hujan, mereka berdua bermain hujan-hujanan di luar. Entah bagaimana mulanya, setelah mandi dan membersihkan diri, kami menyadari ada sebuah bentol di alis Mas Amay.

Dikira bentol biasa, kami hanya memberikan minyak telon pada bentol tersebut. Namun, hingga keesokan harinya bentol itu tak kunjung hilang, bahkan bentol tersebut menjadi berair dan semakin besar. Yang lebih membuat khawatir lagi, di sampingnya muncul bentol yang sama.


penyakit kulit karena bakteri
Mas Amay mengalami Impetigo

Wah, apa Amay terkena dermatitis venenata, ya? Kami menduga-duga karena sebelumnya kami juga menemukan tomcat di kasur. Tahu kan ya kalau toksin yang terdapat pada tomcat bisa mengakibatkan sensasi panas dan perih, yang selama ini dianggap sebagai herpes zoster? Dengan dasar itulah, kami mengoleskan salep Acyclovir pada kulit Amay.

Beberapa hari berlalu, akan tetapi infeksi di kulit Amay tak kunjung menunjukkan perkembangan positif. Bahkan infeksi tersebut menyebar semakin luas. Sampai suatu hari, ketika kami sedang melakukan perjalanan ke Bandung, Amay berkata, "Mas Amay bisa sembuh ngga ya, Ma? Mas Amay capek gatel terus."

Sebagai seorang ibu, rasanya seperti teriris-iris mendengar Mas Amay berkata seperti itu. Keesokan harinya, kami memutuskan untuk pergi ke dokter kulit di Majalengka. Di situlah, Mas Amay didiagnosa mengalami Impetigo.


impetigo, penyakit kulit karena bakteri
Infeksi kulit itu bernama Impetigo

Mengutip alodokter.com, Impetigo adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri, dan sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Infeksi ini ditandai dengan kemunculan bercak merah dan melepuh pada kulit (pada Amay, bentuknya seperti bentol) terutama di bagian wajah, tangan, dan kaki. Pantaslah Acyclovir tidak mempan, karena Acyclovir memang digunakan untuk mengobati infeksi akibat virus, bukan bakteri seperti pada Impetigo ini.

Impetigo ada dua macam; Impetigo krustosa dan Impetigo bulosa.

Impetigo krustosa merupakan jenis Impetigo yang paling sering dialami oleh anak-anak dan lebih mudah menular, sedangkan Impetigo bulosa merupakan jenis Impetigo yang lebih serius dengan gejala berupa munculnya lepuhan berisi cairan bening di bagian tubuh antara leher dan pinggang serta lengan dan tungkai. Lepuhan tersebut terasa nyeri dan kulit di sekitarnya terasa gatal. Lepuhan ini bisa pecah, menyebar, dan menimbulkan koreng berwarna kekuningan. Koreng akan menghilang tanpa bekas setelah beberapa hari. Terkadang, Impetigo bulosa juga disertai dengan demam dan munculnya benjolan di sekitar leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.

Impetigo yang dialami Mas Amay adalah jenis Impetigo krustosa, karena Mas Amay tidak mengalami demam. Bercak kemerahan yang timbul juga hanya berada di sekitar mulut dan hidung, dan tidak menimbulkan nyeri. Selain itu, bekas korengnya berwarna kemerahan.

Untuk pengobatannya, oleh dokter Mas Amay diberi satu macam obat berbentuk puyer, 2 botol obat sirup yang salah satunya merupakan antibiotik, dan 1 jar salep. Alhamdulillah, setelah seminggu, infeksinya sudah terlihat mengering dan mengelupas.

penyakit kulit yang ditandai bercak kemerahan, terasa gatal, melepuh, dan ada kerak berwarna kuning
Impetigo mulai memudar setelah pengobatan selama seminggu

Alhamdulillah, semoga Mas Amay segera sembuh dari Impetigo, dan tidak mengalami hal seperti ini lagi. Makanya, kita harus jaga kebersihan, yaa... Rajin potong kuku, dan setelah mandi sore jangan main kotor-kotoran lagi. Oya, di Majalengka kemarin, Mas Amay berobat di Dr. Pudyahtuti Taihitu, Sp.KK. Beliau berpraktik di depan SMP 1 Kadipaten.


Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Cara Asyik Belajar Berhitung

Monday, December 16, 2019

Cara Asyik Belajar Berhitung
Cara Asyik Belajar Berhitung

Katanya, anak-anak seharusnya tidak diperkenalkan dengan calistung atau membaca, menulis, dan berhitung terlalu dini. Alasannya karena dunia anak adalah dunia bermain. Padahal, sembari bermain pun anak-anak bisa belajar berhitung, menulis, dan membaca, lho! Ssstt, Mama Kepiting punya tips asyik belajar berhitung nih. Kebetulan, Adek Aga lagi semangat-semangatnya belajar berhitung. Jadi, Mama harus pinter-pinter cari cara agar belajar berhitung tidak lagi membosankan.

Yang Pertama: Mengenalkan Angka Lewat Buku

Adek Aga punya satu buku kesukaan, yaitu Tall Book 123 Pertamaku. Lewat buku ini, dia mengenal angka untuk pertama kalinya. Di luar sana ada banyak sekali buku sejenis, yang seringnya berjudul "My First Number". Buku-buku itu tentu sangat menarik bagi anak-anak karena berisi gambar-gambar aneka binatang atau benda-benda kesayangan. 

Oya, aksi Adek Aga saat belajar berhitung dengan tall book, sempat Mama rekam di sini:




Nah, kalau buku di atas cocok untuk anak-anak usia pra sekolah, Mama Kepiting punya referensi buku belajar berhitung lainnya, nih! Ini cocok untuk anak-anak kelas 1 SD atau bisa juga kelas TK B, ya, Ma... Judulnya adalah "Beri Aku Dua Maka Kau Takkan Kumakan!" Buku ini merupakan buku terjemahan terbitan PT Gramedia Pustaka Utama. Judul aslinya adalah "Give Me Two And I Won't Eat You!" dan diproduksi di Korea oleh GreatBooks.

Buku "Beri Aku Dua Maka Kau Takkan Kumakan!" ini berkisah tentang seorang laki-laki bernama Tteokbo yang ingin belajar cara membuat kue moci. Saat membaca buku ini, anak-anak diajak untuk berhitung dan tanpa sadar belajar juga tentang deret bilangan, sembari menjadi saksi perjuangan Tteokbo dalam menemukan resep kue moci yang lezat. Seru kan?

Cara Asyik Belajar Berhitung
Buku "Beri Aku Dua Maka Kau Takkan Kumakan!", Buku Asyik untuk Belajar Berhitung

Belajar berhitung ternyata bisa semenyenangkan itu. :)

Yang Kedua: Belajar Berhitung Sambil Bernyanyi

Berhitung sambil bernyanyi juga tak kalah asyik. Bernyanyi memang bisa mempengaruhi suasana hati. Dan berhitung sambil bernyanyi, selain akan membuat suasana semakin ceria, ternyata juga bisa lebih meningkatkan konsentrasi. Mama bisa membuat sendiri nadanya atau mengikuti nada di lagu Satu Ditambah Satu, tinggal kita modifikasi saja angka-angkanya. 

Namun, jangan lupa untuk ajarkan konsep berhitung yang tepat, ya, Ma. Dengan memahami konsep penjumlahan dan pengurangan atau perkalian dan pembagian, diharapkan anak-anak mengerti dari mana sebuah hasil hitungan didapatkan, jadi bukan hanya sekadar hafalan.

Yang Ketiga: Belajar Berhitung dengan Contoh yang Konkrit atau Nyata

Masa kecil Mama Kepiting dulu, belajar berhitung bisa dilakukan dengan bermacam-macam media. Potongan lidi, potongan sedotan, biji sawo, bahkan batu sekalipun. Belajar berhitung juga tidak hanya bisa dilakukan di sekolah, saat bermain bersama teman-teman pun bisa. Contoh permainan yang memerlukan keterampilan berhitung adalah bermain dakon/congklak, bermain ular tangga, atau bermain monopoli. 

Untuk anak-anak pra sekolah, konsep berhitung juga bisa diperkenalkan sembari melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya,
1. Saat memakai baju, kita ajak anak-anak untuk menghitung kancingnya.
2. Saat menyiapkan makan untuk anggota keluarga, anak-anak bisa kita minta untuk mengambilkan beberapa buah sendok.
3. Saat memotong apel, kita bisa mengenalkan konsep pembagian atau pecahan. "Apelnya kita bagi dua, yaa.. Mama setengah, Adek setengah," dan lain sebagainya. Sekreatifnya Mama. Jadi ibu memang harus kreatif, bukan?

Yang pasti, agar anak-anak tidak tertekan saat belajar berhitung, kita tidak boleh memaksa anak-anak  untuk belajar berhitung terlalu cepat. Ingat Ma, yang cepat belum tentu tepat. Jadi, ajarkan sesuai dengan tahap perkembangan dan tahap belajarnya. Baiklah, itu dia Cara Asyik Belajar Berhitung ala Mama Kepiting. Semoga bermanfaat ya, Ma... :)


Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Sebuah Cita-cita; Menjadi Ibu yang Dirindukan

Wednesday, November 13, 2019

Menjadi Ibu yang Dirindukan

Hari Sabtu lalu, parenting bulanan kelas-nya Adek Aga (Ibnu Katsir) menghadirkan seorang ustadzah yang juga merupakan praktisi pendidikan di SIT Nur Hidayah, Surakarta. Beliau adalah Ustadzah Fika Yudhi Hidayati, S.I.Kom. Dalam kesempatan tersebut, Ustadzah Fika mengangkat sebuah tema, yaitu "Kiat Menjadi Ibu yang Dirindukan." Tak hanya dirindukan oleh anak-anak, tetapi juga dirindukan oleh surga. Masya Allah.

"Menjadi Ibu yang Dirindukan", tentu adalah cita-cita semua ibu di dunia. Namun, layaknya sebuah cita-cita pada umumnya, tentu tak mudah dalam meraihnya. Mama pernah menulis sebuah status di facebook, jauh sebelum Mama memiliki Mas Amay dan Adek Aga. Dan entah, apakah Mama bisa mewujudkannya, sedangkan Mama adalah ibu yang galak. Hiks...


Mama bukan tidak pernah berusaha untuk menjadi lebih sabar, tapi memang sulit sekali menahan amarah itu.

Oya, kembali ke materi parenting, yaa.. Ustadzah Fika memberikan beberapa kiat, bagaimana agar anak-anak bisa tumbuh menjadi investasi kita di akhirat.

1. Didiklah anak kita, sebagaimana cara Rasulullah dalam mendidik. Hidupkan sunnah dari hal-hal terkecil. Tanamkan adab sejak kecil, misal; adab masuk kamar mandi, adab sebelum tidur, adab berbiacara dengan orang tua, dll.


2. Berikan teladan. Al ummu madrosatul uula, seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Untuk itu, berikan contoh yang baik pada mereka. Seperti bunyi sebuah peribahasa, "Monkey see, Monkey do. Children see, Children do," anak akan melakukan apa yang dilihatnya.

3. Perbaiki hubungan dengan Allah. Usahakan rutin melakukan qiyamul lail, perbanyak tilawah Qur'an, dan sholat tepat waktu. Kita dekati Allah, kita mintakan penjagaan terbaik dari-Nya untuk anak-anak kita. 

Nah, untuk bisa menjalankan itu semua, seorang ibu harus memiliki jiwa yang positif. Untuk itu, ibu perlu asupan emosi positif, agar yang keluar darinya adalah jiwa yang positif pula. Asupan positif itu antara lain:
  1. Me Time. Tidak masalah pergi ke salon sesekali, karena biasanya, setelah memanjakan diri, badan jadi lebih fresh. Tapi me time dengan Allah SWT juga tak kalah pentingnya, agar jiwa tidak kosong.
  2. Couple Time. Biasanya, hal ini sulit dilakukan oleh pasangan yang memiliki anak yang masih kecil-kecil. Tapi couple time ini sebenarnya bisa dilakukan menjelang tidur, atau lebih populer dengan istilah pillow talk. Nah, ketika anak-anak sudah mulai sekolah, sebisa mungkin cari waktu agar bisa pergi berdua saja dengan pasangan.
  3. Family Time. Refreshing bersama keluarga itu penting. Lakukanlah, agar bonding dalam keluarga semakin erat.
  4. Social Time. Nah ini. Terlalu lama berkutat dengan pekerjaan rumah, bisa menimbulkan kejenuhan juga. Luangkanlah waktu untuk bertemu dengan teman-teman, sekaligus mencari udara segar. Mama pernah melakukannya. Bersama teman-teman berkumpul di Kedai Ibu by Mommilk Solo, sambil membawa Adek Aga yang masih batita.


Setelah keempat cara itu dilakukan, insya Allah kita akan memiliki jiwa yang positif, yang siap kita alirkan pada anak-anak di rumah. Bismillah ya, semoga kita bisa menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga, yang kelak ketika anak-anak dewasa, akan selalu dirindukan belaiannya, tutur katanya, dekapannya, tingkah lakunya, juga masakannya. Semangat memperbaiki diri ya, Ma, semoga Allah meridhoi setiap langkah kita. Aamiin YRA.. :)


Parenting Kelas Ibnu Katsir, TKIT Bina Madina



Ditulis dengan Cinta,
Mama


Read More

Manfaat Susu Formula Soya untuk Bayi

Monday, November 11, 2019

Manfaat Susu Formula Soya untuk Bayi
Manfaat Susu Formula Soya untuk Bayi

Orangtua yang memiliki anak dengan alergi susu sapi, mungkin merasa kebingungan bagaimana cara memenuhi kebutuhan nutrisi putra-putrinya. Memang, ada susu kedelai atau dikenal juga dengan nama susu soya, tetapi tidak seperti susu sapi yang kaya kalsium, kandungan kalsium dalam susu soya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Namun ternyata, pendapat ini tak sepenuhnya benar, karena kini sudah ada susu formula soya.

Lho, apa bedanya susu soya dengan susu formula soya? Check this out, Mama!

Seperti yang kita tahu, susu soya memang menjadi alternatif pilihan bagi seseorang yang alergi terhadap susu sapi. Tidak salah, karena di dalam susu soya terkandung beragam manfaat untuk tubuh. Manfaat-manfaat itu antara lain:

1. Menjaga Kesehatan Jantung


Sebuah penelitian menyebutkan bahwa susu soya mampu menurunkan tekanan darah lebih baik dibandingkan dengan susu sapi, pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang. Pada pasien dengan diabetes tipe 2 pun, konsumsi susu kedelai memiliki efek yang baik untuk tekanan darah. Ini menjadi bukti bahwa mengonsumsi susu soya sangat baik untuk meningkatkan kesehatan jantung.

Selain itu, kandungan protein yang terdapat dalam susu soya juga bermanfaat sebagai sumber nutrisi dan untuk pertumbuhan. Protein tersebut terbuat dari asam amino yang berguna untuk mencegah berbagai penyakit. Nah, asam amino dan isoflavon inilah yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

2. Menjaga kesehatan tulang


Kandungan kalsium dalam susu kedelai memang tidak sebanyak pada susu sapi, tapi bukan berarti susu kedelai tidak dapat membantu memelihara kesehatan tulang. Faktanya, kedelai juga memiliki kandungan kalsium, magnesium, kalium, dan fosfor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang.

Mengonsumsi susu kedelai secara rutin dapat menjaga kesehatan tulang dan menurunkan risiko pengeroposan tulang. Susu kedelai yang mengandung isoflavon juga dipercaya dapat memelihara sendi dan mengatasi gejala radang sendi.

3. Mencegah Obesitas


Kedelai adalah makanan dengan kadar glikemik indeks rendah, sehingga mengonsumsi susu kedelai tidak akan menimbulkan obesitas, asalkan susu kedelainya tidak diberi tambahan kadar gula yang tinggi.

4. Melancarkan Pencernaan


Susu kedelai mengandung banyak protein, lemak, dan karbohidrat yang baik untuk tubuh. Berbagai macam manfaat dari susu kedelai ini didapatkan dari isoflavone yang terkandung di dalamnya. Isoflavon dikenal baik dalam meningkatkan absorpsi usus sehingga pencernaan menjadi lebih lancar.

5. Meningkatkan Sistem Imun


Manfaat susu kedelai selanjutnya adalah untuk meningkatkan sistem imun tubuh. Ini karena susu kedelai kaya akan antioksidan yang merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan imunitas tubuh. Jika imunitas terjaga maka tubuh akan terlindungi dari berbagai macam patogen yang dapat menginfeksi tubuh.


Melihat berbagai macam manfaat yang terkandung dalam susu kedelai, tak heran jika susu kedelai menjadi alternatif pertama sebagai pengganti susu sapi di pasaran, meski sebenarnya ada susu almond, susu oat dan yang lainnya. Namun begitu, karena susu soya murni tidak mengandung kalsium dan vitamin D, diciptakanlah susu formula soya yang sudah dilengkapi dengan kalsium, vitamin D, mineral, asam amino, juga asam lemak.

Jadi, sudah jelas ya, perbedaan antara susu soya dengan susu formula soya? Sekarang, Mama tak perlu khawatir jika ananda mengalami alergi susu sapi. Hanya saja, harus selalu diingat bahwa susu soya tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi oleh anak di bawah usia 6 bulan. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut pencernaan anak belum berkembang sempurna, dan memang, kita dianjurkan untuk memberikan ASI secara eksklusif hingga 6 bulan.



Ditulis dengan Cinta,

Mama




Sumber Referensi:

1. https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/manfaat-susu-kedelai-bagi-kesehatan/
2. https://kumparan.com/babyologist/manfaat-susu-soya-untuk-bayi-1rLYBddFZPr
3.https://doktersehat.com/manfaat-kedelai/
4. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3627985/apakah-nutrisi-dalam-susu-soya-setara-dengan-susu-sapi




Read More

12 Gaya Populer Kekeliruan dalam Komunikasi

Thursday, August 29, 2019


Jika sebelumnya Mama Kepiting menulis tentang Pengaruh Verbal Bullying terhadap Masa Depan Korban yang inspirasinya datang dari tayangan di channel YouTube Pak Dedy Susanto, kali ini Mama Kepiting akan membahas tentang 12 Gaya Populer Kekeliruan dalam Komunikasi menurut ibu Elly Risman. Dua tulisan ini masih saling berkaitan ya, Ma... 

Ya, kekeliruan dalam berkomunikasi masih sering sekali terjadi. Kekeliruan ini kadang terjadi begitu saja, tanpa disengaja, karena kita sudah terbiasa mengatakannya, entah karena pengaruh lingkungan atau pola asuh dalam keluarga. Dan karena sudah terbiasa, kita jadi kurang peka. Kata-kata yang mungkin baik tujuannya, bisa ditangkap sebaliknya oleh si penerima.

Maka tak heran jika Ibu Elly Risman mengatakan bahwa ada 12 gaya populer kekeliruan dalam komunikasi. Kekeliruan yang tanpa disadari, dan jika dibiarkan, anak menjadi kebiasaan yang turun-temurun.


Pesan Bijak Ibu Elly Risman
12 Gaya Populer Kekeliruan dalam Komunikasi Menurut Ibu Elly Risman


12 Gaya Populer Kesalahan dalam Komunikasi menurut Ibu Elly Risman ini, antara lain;

1. Memerintah
Sebenarnya tujuan orang tua adalah untuk mengendalikan situasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat. Namun, pesan yang ditangkap oleh anak adalah bahwa mereka harus patuh dan tidak punya pilihan.

2. Menyalahkan
Orang tua ingin menunjukkan kesalahan si anak, sementara itu, anak meresa bahwa mereka tidak pernah benar atau baik.

3. Meremehkan
Tujuan otang tua untuk menunjukkan ketidakmampuan anak, dan mempertegas bahwa orang tua lebih tahu segalanya. Namun, yang ditangkap oleh anak adalah bahwa dirinya tidak berharga atau tidak mampu.

4. Membandingkan
Orang tua sebenarnya ingin memberi motivasi dengan memberi contoh tentang orang lain, akan tetapi anak merasa bahwa ia tidak disayang, orang tua pilih kasih, dan merasa bahwa iya, dirinya memang selalu jelek.

5. Mencap
Maksud orang tua sih ingin memberitahu kekurangan anak agar anak berubah. Namun, yang ditangkap oleh anak adalah iya, itulah saya.

6. Mengancam
Orang tua mengancam agar anak mau menurut atau patuh, akan tetapi yang dirasakan oleh anak adalah cemas dan takut.

7. Menasehati
Maksud orang tua sih, agar anak tahu mana yang baik atau buruk. Namun, anak menganggap bahwa orang tuanya sok tahu, bawel, dan membosankan.

8. Membohongi
Mengapa orang tua suka sekali membohongi anaknya? Tujuannya adalah agar urusannya menjadi gampang. Namun, anak akan menilai bahwa orang dewasa itu tidak dapat percaya.

9. Menghibur
Tujuannya agar anak tidak sedih atau kecewa, sehingga anak jadi senang dan tidak larut dalam kesedihan. Namun, efeknya adalah anak akhirnya akan lupa dan melarikan diri dari masalah. Padahal, anak juga harus belajar merasakan kekecewaan.

Nggak salah nih?

Iya, Ma. Anak harus tahu bahwa hidup ini tidak selalu menyajikan apa yang kita inginkan. Jadi, merasa kecewa adalah sebuah hal yang wajar. Heinz Kohut, seorang Psikoanalis mengemukakan bahwa rasa kecewa atau frustasi justru diperlukan untuk anak agar bisa menjadi pribadi yang dewasa. Tugas orang tua adalah mendampingi anak menghadapi rasa kecewa itu.

Coba baca artikel menarik ini, Ma.. Melatih Anak Menghadapi Rasa Kecewa

10. Mengkritik
Ortu menginginkan agar anak bisa memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kemampuan diri. Namun, anak akan merasa bahwa dirinya selalu kurang dan salah.

11. Menyindir
Tujuannya untuk memotivasi, tapi dengan cara menyatakan yang sebaliknya. Efeknya, anak akan menganggap hal ini menyakiti hati.

12. Menganalisa
Orang tua ingin mencari penyebab kesalahan anak dan berupaya mencegah agar anak tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Namun, anak menganggap bahwa orang tua sok pintar.


Tuh kan... Mana di antara 12 kekeliruan itu, yang sering kita lakukan pada anak-anak? Susah ya menghindarinya? Memang, karena mulut ini sudah terbiasa. Namun, kita bisa mencoba untuk mengurangi kebiasaan buruk ini, Ma.. Caranya antara lain dengan mengingat hal-hal berikut ini:

  1. Tidak tergesa ketika bicara. Atur kalimat, jangan emosi, sehingga lawan bicara (tidak hanya anak-anak kita, yaa) mengerti yang kita komunikasikan.
  2. Kenali lawan bicara kita. Setiap individu berbeda. Perlakukan ia sebagai pribadi yang unik. Sadari dan pahami bahwa keinginan dan kebutuhan tiap individu itu berbeda.
  3. Baca bahasa tubuhnya. Tandai pesan dari gelagat dan jangkau perasaan lawan bicara.
  4. Buka komunikasi dengan menjaga perasaan lawan bicara. Saat berbicara dengan anak-anak, pikirkan bahwa mereka juga perlu berpikir, memilih dan mengambil keputusan.
  5. Menjadi pendengar aktif. Bukan "pembicara" yang aktif ya, Ma... Ini akan membuka komunikasi dan hubungan yang harmonis dengan lawan bicara.


Nah, kalau masih suka lupa, mungkin lebih mudahnya kita menahan diri untuk tak banyak bicara. :)



Read More

Pengaruh Verbal Bullying terhadap Masa Depan Korban

Friday, August 23, 2019


Adakah yang sudah melihat tayangan berjudul "Terapi Psikologis untuk Mimi Peri" di channel YouTube milik Pak Dedy Susanto? Kalau belum, coba tonton deh, Ma. Meski durasinya cukup panjang, tapi yang saya rasakan, tayangannya sama sekali tidak membosankan. Malahan, tayangan tersebut membuat saya tertegun. Ternyata lidah itu tak bertulang, tapi luka akibat sayatannya bisa lebih parah dari sabetan pedang.

Itulah yang terjadi pada Mimi Peri. Mimi Peri menjadi seperti sekarang ini, adalah akibat lingkungan yang membentuknya sejak kecil. Oya, Mama sudah tahu Mimi Peri kan? Mimi Peri bisa dibilang selebgram, karena jumlah follower instagramnya sudah mencapai angka 1,6 juta saat ini. Sukses sebagai selebgram, kini Mimi Peri pun mulai muncul di acara TV.

Nah, Mama sudah kenal kan? Sekarang saya tanya, ketika pertama kali melihat Mimi Peri, apa yang Mama pikirkan?

Kalau Mama Kepiting sih, awalnya membatin, "Duh, koq mirip almarhum Olga, ya? Agak feminin juga." Selanjutnya, fokus saya teralihkan dengan ide-ide di setiap postingannya.


Akibat verbal bullying
Mimi Peri dan kostumnya

"Ini orang sebenarnya cerdas, banyak ide, kreatif, hanya minim anggaran saja dan (maaf) agak kebablasan." Itulah yang tebersit dalam benak saya. Selanjutnya, tanpa bermaksud untuk menghakimi, saya menduga bahwa ada yang terjadi di masa lalunya, yang menjadikan Mimi Peri seperti sekarang ini. Dan ternyata dugaan saya 2-3 tahun lalu itu terjawab saat saya menyaksikan tayangan itu.

Jadi, apakah gerangan yang terjadi pada Mimi Peri di masa lalu?

Salah satunya adalah karena verbal bullying. Benar kan, lidah itu tidak bertulang, tapi kalau salah digunakan, efeknya bisa mengubah hidup seseorang. Siapa yang setuju dengan postingan di bawah ini?


pengaruh verbal bullying

Saya jadi ingat sebuah amanah dari film India yang pernah saya tonton. Filmnya berjudul Taare Zameen Par, dengan Aamiir Khan sebagai pemeran sekaligus produsernya.

Baca : Belajar tentang Anger Management dari Film Taare Zameen Par

Film ini berkisah tentang sebuah keluarga, yang ayahnya sering sekali melabeli atau mengumpat anaknya. Singkat cerita, anak ini disekolahkan di sebuah sekolah khusus, dan harus tinggal di asrama. Bertemulah ia dengan Aamiir Khan, seorang guru yang sabar, kreatif, juga bijaksana.

Suatu kali ada sebuah masalah terjadi, hingga Aamiir Khan harus menemui orang tua anak ini. Di pertemuan itulah, Aamiir Khan berkata kurang lebih seperti ini;

Penduduk Pulau Solomon tak perlu repot menebangi hutan ketika ingin membuka lahan baru. Mereka cukup mengelilingi hutan itu sambil mengumpat dan mengutuk. Beberapa hari kemudian, pohon-pohon di sana akan layu, dan siap digantikan dengan tanaman-tanaman baru yang telah mereka siapkan. Mereka menganggap, dengan umpatan dan kutukan yang mereka teriakkan itu, roh-roh yang menghuni pohon akan takut.

Intinya adalah benar bahwa ucapan adalah doa, dan percayalah, pengaruh negatif dari verbal bullying itu nyata. Dampak dari bullying ini bisa membuat korban seperti ini;

1. Depresi
2. Rendahnya kepercayaan diri / minder
3. Pemalu dan penyendiri
4. Merosotnya prestasi akademik
5. Merasa terisolasi dalam pergaulan
6. Terpikir atau bahkan mencoba untuk bunuh diri
7. Berperilaku menyimpang

Ya, seperti yang terjadi pada Mimi Peri itu. Dan saya yakin, di luar sana, masih banyak Mimi Peri - Mimi Peri yang lain, hanya tidak terekspos saja.

Baca : Seminar Parenting; Bullying yang Bikin Pening

Jadi, mari kita berusaha bersama-sama untuk memutus lingkaran bullying ini. Kita saling mengingatkan, yaa... Karena memang, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan, tentu tak mudah untuk ditinggalkan. Ya, semacam sudah mendarah daging, begitu. Hiks... Yang pasti sih, ingat dosa, Ma... Karena dengan mem-bully beberapa detik saja, kita berpotensi untuk membuat seseorang tersiksa seumur hidupnya. Na'udzubillah min dzalik. :(






Read More

Cari Tahu Tentang Magnet Sembari Berkreasi Membuat Magnetic Butterfly Box

Wednesday, July 31, 2019


Kalau Mama adalah pengguna instagram, coba ikuti instagram @thedadlab deh. Di situ ada banyak permainan yang bisa mengasah kreativitas anak. Jadi, anak-anak nggak hanya main-main saja, tapi juga sambil belajar. 

Nah, salah satu yang Mama Kepiting contek dari @thedadlab adalah ini nih: Magnetic Butterfly Box. Ketika melihat Mas Amay dan Dek Aga bermain magnet di Minggu pagi kemarin, Mama jadi teringat salah satu postingan @thedadlab saat membuat kotak kupu-kupu. Akhirnya, kami  mencoba membuatnya bersama-sama.

Sebelum dimulai, kita siapkan dulu bahan-bahannya, ya ... Apa saja itu?

1. Box atau kardus bekas. Mama Kepiting pakai box bekas puding Holland Bakery.
2. Kertas dan krayon / spidol, untuk membuat kupu-kupu dan pemandangan.
3. Benang.
4. Paper Clip.
5. Magnet.

Cara membuatnya mudah sekali, Ma. Mungkin ini adalah karya termudah dan tercepat, tapi awet dan bikin seneng juga. Nih ya, coba ikuti ; 

1. Pertama, gambar kupu-kupu, lalu warnai.



2. Gunting gambar kupu-kupu tadi. Yang rapi, yaaa...



3. Siapkan kardus bekas. Potong seperti ini.




4. Siapkan gambar pemandangan juga, agar kupu-kupu semakin semangat terbangnya. :)






5. Tempelkan paper clip / penjepit kertas di bagian belakang kupu-kupu. Taruh paper clip-nya agak ke atas yaa, agar tarikan dengan magnetnya lebih kuat. 

6. Siapkan benang dengan panjang melebihi tinggi box. Ikat satu ujungnya pada paper clip, dan tempelkan ujung lainnya di dasar box. Usahakan kupu-kupunya menyentuh langit-langit box yaa... 




7. Masukkan gambar pemandangan tadi. Jadilah seperti ini.



8. Letakkan magnet di atas box, tegakkan kupu-kupunya, lalu geser-geser deh.






Nah, Magnetic Butterfly Box-nya sudah jadi. Sambil bermain dengan anak-anak, Mama bisa jelaskan apa itu magnet, bagaimana sifat-sifat magnet, dll. Selamat berkarya, yaaa... :)




Read More

Sistem Zonasi Bikin Emosi?

Wednesday, June 19, 2019


Sudah menjadi rahasia umum jika Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi di sekolah-sekolah negeri tahun ini cukup menguras emosi. Sebenarnya aturan ini mulai diberlakukan sejak tahun lalu, akan tetapi belum semua sekolah menerapkannya. Nah, tahun ini, seluruh sekolah negeri, tampaknya harus mengikuti aturan baru. Mau tidak mau.

Nah, seperti yang sudah jamak terjadi, setiap ada aturan baru biasanya ada kontroversi yang mengikuti. Dan terkait sistem zonasi tahun ini, terus terang, saya termasuk salah satu yang kurang menyetujuinya. Ya, mungkin sebenarnya kita (atau saya saja ya?) cuma perlu waktu untuk beradaptasi sih.

Sebagai informasi, saya adalah alumnus SMP Negeri 2 Purworejo. Beberapa hari lalu, ada berita yang cukup menarik dari sekolah ini. 

Sistem Zonasi SMPN 2 Purworejo, via detikNews

Ya, demi sekolah idaman untuk putra-putrinya, para orang tua rela tidur di trotoar depan sekolah. Mereka mengejar 45 kuota zona utama yang disediakan khusus untuk warga yang bertempat tinggal di sekitar sekolah. Tentu saja, berita seperti ini langsung jadi topik diskusi yang seru di WAG alumni.

Baca beritanya aja udah kebayang ruwetnya nggak sih? 

Memang, banyak yang mengkritik sistem PPDB seperti ini. Salah seorang teman yang putrinya masuk SMP tahun ini, mengeluhkan alur pendaftaran yang bikin mumet. Teman yang lain yang juga merupakan guru kelas 6 SD, mengeluhkan sulitnya memotivasi anak didiknya untuk belajar di Ujian Nasional kemarin. Menurutnya, anak-anak ini sudah paham bahwa mereka tidak akan bisa sekolah di sekolah favorit karena tempat tinggal mereka jauh dari sekolah idaman. Lalu untuk apa susah-susah belajar? 

Kalau begini, sistem zonasi bikin males belajar, opini atau fakta? :)

Sebenarnya sih kalau dilihat, sistem zonasi ini memiliki tujuan mulia, yaitu untuk memberikan akses dan keadilan terhadap pendidikan bagi semua kalangan masyarakat, seperti yang dikatakan oleh Mendikbud Muhadjir Effendy. Namun, jika melihat keluhan-keluhan para orang tua dan guru terkait dengan sistem zonasi ini, tampaknya peraturan ini perlu dikaji lebih dalam lagi.

Pertama, ini kan masih permulaan atau perkenalan. Sebaiknya prosentase untuk warga sekitar jangan terlalu besar. Bertahap dulu lah, supaya nggak terlalu kaget. Pertimbangkan pula usaha anak-anak yang sudah berjuang untuk meraih nilai yang baik di Ujian Nasional.

Kedua, label sekolah favorit atau sekolah tidak favorit, mestinya perlahan-lahan mulai ditiadakan. Ini berarti, tidak perlu lagi ada ranking-rankingan.

Ketiga, sarana dan prasarana sekolah juga mesti disamaratakan. Jika fasilitas sudah merata, saya rasa anak-anak berotak cemerlang yang rumahnya jauh dari sekolah favorit, akan legowo jika ia harus sekolah di sekolah yang dekat dengan rumah.

Tapi, terlepas dari semua  itu, sebagai anak desa yang dulu berkesempatan untuk merasakan sekolah di tengah kota, saya harus bilang, ada kebahagiaan tersendiri ketika kita bisa mengenal teman-teman dari daerah lain. Saat class meeting atau saat minggu bebas pasca ujian, kami bahkan punya agenda berkunjung ke rumah teman. Ini jadi pengalaman yang seru, lho!

Tanpa adanya sistem zonasi seperti sekarang ini, anak kampung seperti saya juga bisa merasakan bagaimana bahagianya ketika pulang sekolah bisa mampir ke swalayan untuk jalan-jalan, membeli barang-barang impian dengan uang saku yang telah lama dikumpulkan. Dengan adanya sistem zonasi, apakah sensasi seperti ini akan bisa dirasakan anak-anak kampung seperti saya lagi? :)


Hmm, semoga tahun depan ada kebijakan yang lebih bijak lagi deh, yaa.. Jika memang sistem zonasi akan tetap diberlakukan, semoga tidak ada drama lagi lah yaa, karena kita ini Indonesia, bukan Korea. Eeaaaa... Senyum dulu ah. 😁



Read More

Tiga Hal Ini Layak Dipertimbangkan Saat Memilih Sekolah untuk Anak-anak

Wednesday, May 15, 2019


Apa saja yang harus dipertimbangkan saat memilih sekolah untuk anak-anak? Ya, mencari sekolah yang tepat untuk anak-anak adalah hal yang gampang-gampang susah. Saat mencari TK untuk Mas Amay beberapa tahun lalu, saya bahkan berkeliling hingga 5 atau 6 sekolah. Saya mengajak Mas Amay ikut serta, dengan tujuan agar ia bisa memilih sendiri sekolah yang diinginkannya. Ada dua sekolah yang membuat ia jatuh cinta, sedangkan sekolah lainnya bahkan tidak masuk ke dalam kriteria sekolah menurut bayangannya.

Lalu bagaimana kami menimbang antara sekolah yang satu dengan yang lain, kemudian memutuskan untuk menyekolahkan Mas Amay di sana?


1. Kenali Kita dan Anak Kita


Mulailah dengan bertanya pada diri sendiri, sekolah seperti apa yang kita inginkan untuk anak-anak. Apakah sekolah yang mendukung penuh perkembangan bakat mereka, ataukah sekolah yang memfasilitasi anak-anak untuk bisa berbahasa asing, atau sekolah yang mencetak hafidz/hafidzah?

Setiap keluarga tentu punya visi dan misi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Untuk itu, yang mana yang menjadi tujuan di keluarga Mama, jadikan pertimbangan dalam mencari tempat belajar bagi anak-anak Mama.

Tas punggung

Pertimbangan selanjutnya, kira-kira apa saja yang anak-anak kita butuhkan dalam pendidikan mereka?

Apakah anak kita menyukai kegiatan fisik yang menantang, ataukah ia lebih senang duduk mendengarkan? Apakah anak kita senang terlibat diskusi, atau senang dengan hal-hal yang berbau seni? Apakah anak kita senang membaca, berhitung atau malah lebih senang berkreasi? Apakah anak kita senang bekerja kelompok, atau malah lebih suka bekerja sendiri? Mari kita cermati minat dan bakat anak kita terlebih dahulu.

Selanjutnya, apakah sekolah yang kita minati mudah dijangkau? Jika letaknya cukup jauh, apakah anak kita mampu menghadapinya, dan adakah fasilitas antar jemput dari sekolah? Apakah anak kita ingin sekolah di tempat itu karena teman-temannya?

Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat kita jadikan pertimbangan, Ma... Maka, kita harus mengetahui bagaimana anak-anak kita, dan apa mau mereka.

Saat mencari SD untuk Mas Amay, kami serahkan pada Mas Amay untuk memilih sekolah yang ia senangi. Kebetulan, ia memilih sekolah yang sama dengan sekolah yang dipilih sahabatnya. Sebagai orang tua, kami harus mendukung pilihannya. Apalagi sekolah ini masih cukup terjangkau biayanya, dan lokasinya pun tak terlalu jauh dari tempat tinggal kami.


2. Kumpulkan Informasi tentang Sekolah Tersebut

Hubungan antara murid dan guru adalah kunci.

teacher and students
teacher and students via www.gooverseas.com




Saya paling sedih kalau ada guru yang suka membentak anak didiknya. Ya, tegas itu penting, tapi tidak harus dilakukan dengan berteriak, kan? Ada cara yang lebih baik yang bisa dilakukan untuk membuat murid-murid mematuhi dan menghormati gurunya. Nah, usahakan mencari sekolah yang guru-gurunya bisa mengayomi anak-anak ya, Ma.

Kurikulum

Selain biaya dan lokasinya, tampaknya prestasi akademik pun menjadi pertimbangan para orang tua dalam mencari sekolah untuk anak-anaknya. Nah, hal lain yang perlu kita cari tahu adalah;

- Fasilitas apa saja yang ditawarkan sekolah tersebut?
- Apa saja kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah tersebut?
- Bagaimana kualitas lulusan sekolah tersebut?
- Berapa banyak murid yang pindah ke sekolah lain?
- Apakah ada achievement atau penghargaan yang didapat oleh sekolah tersebut?
- Apa yang dilakukan sekolah dalam membantu mengembangkan karakter siswanya?
- Bagaimana sekolah menghadapi siswa yang berperilaku buruk?
- Apakah guru adil dalam memperlakukan siswanya?
- Apakah sekolah memiliki program dan dukungan untuk mencegah dan mengatasi masalah perilaku?
- Langkah apa saja yang dilakukan sekolah untuk menjamin keamanan siswanya?
- Apa upaya sekolah untuk mencegah terjadinya kekerasan, penindasan, pelecehan, dan bentuk penganiayaan lainnya?
- Apakah sekolah menyediakan layanan konseling bagi siswa?

Terus terang, saat memilih sekolah untuk Amay, kami tidak terpikir untuk mencari tahu sedalam ini. Namun di tengah perjalanan, kami menyadari bahwa pertanyaan-pertanyaan seperti ini sangatlah penting sebelum kita memutuskan untuk menyekolahkan anak-anak kita.


3. Datangi dan Lihat Sendiri Bagaimana Sekolah Tersebut


Hubungi sekolah yang Mama minati dan buatlah janji untuk berkunjung. Jika memungkinkan, kelilingi sekolah selama jam sekolah reguler dan kunjungi beberapa kelas. Hindari mengunjungi sekolah di minggu pertama atau terakhir suatu semester agar kita benar-benar tahu bagaimana sekolah beroperasi.

Jika memungkinkan, hadiri open house, pertemuan orang tua-guru, atau acara sekolah lainnya yang juga akan memberikan informasi berharga tentang sikap staf, siswa, dan para orang tua.

Cermatilah bagaimana sekolah berkomunikasi dengan siswa dan orang tua. Apakah siswanya tampak sopan, bahagia, dan disiplin?

Dengarkan dengan cermati apa yang dikatakan guru-guru tentang sekolah itu. Guru-guru inilah yang kelak akan menjadi orang dewasa yang paling dekat dengan anak kita, dan tentunya kita harus tahu apakah mereka berdedikasi dan bahagia dengan pekerjaan mereka.


sekolah


Jika 3 langkah di atas sudah dilakukan, kini saatnya mendaftar ke sekolah tujuan. Jangan lupa untuk lebih teliti lagi melihat kapan dimulainya pendaftaran, dan kapan pendaftaran akan ditutup. Jangan seperti saya saat pertama kali mencari sekolah untuk Amay dulu. Hihi... Saat itu karena saya masih newbie, saya pikir pendaftaran baru akan dimulai di bulan Mei atau Juni. Ternyata, sekolah swasta sudah mulai mencari peserta didik baru sejak Januari. Masya Allah.

Baiklah, selamat berburu sekolahan. Semoga anak-anak kita mendapat lingkungan yang baik di sekolahnya, ya, Ma. :)


Read More