Akhirnya Mayo Jumpa Betina

Friday, May 21, 2021

 

Barusan, waktu Mama nyuci piring di belakang, Adek Aga teriak-teriak.

"Mama, Mayo ketemu betina!" Aga jingkrak-jingkrak, trus ngomong lagi, "Yeaay, Mayo ketemu betina! Alhamdulillah, selamat ya, Mayo!" (ini beneran ngga bohong, Aga memang mengucap alhamdulillah dan selamat kayak gitu)

Mendengarnya, saya senang bukan kepalang. Kurang lebih 6 bulan merawatnya sedari ia berumur 2 bulan, akhirnya anak bulu ini mencapai level "dewasa muda" juga. Wakakaka...

Baca: Anggota Keluarga Baru itu Bernama Mayo

Kucing Oyen

Sebenarnya, sejak dua bulan lalu, Mayo sudah menunjukkan gejala-gejala usia remaja. Sering galau, melamun sendirian, dan suka ngga jelas gitu loh. Dia juga sudah mulai bergaul dengan kucing lain, tapi kata Papabebi, temen-temennya itu jantan semua. 

Yaaah, ga ada yang bisa "dipacari" dong. 😂

Sebulan terakhir, frekuensi galaunya kian bertambah. Mainnya makin jauh dan suka pulang malam. Dia akan pulang ketika lapar dan ketika mendengar suara Papabebi manggil-manggil. 

Mama sih berdoa, semoga dia segera ketemu kucing betina. Biar ngga galau melulu kan ya? Namun, tampaknya Mayones Si Kucing Oyen ini harus bersabar lebih lama, karena di sekitar sini hampir ga ada kucing betina. Sad. Waktu itu, Papabebi sampai mewanti-wanti Mama, jangan sedih kalau nanti Mayones pergi dari rumah untuk cari betina. Dia butuh "penyaluran". Dan konon, kucing jantan memang biasanya suka menghilang.

Baiklah...

Mama pun mulai menata hati, jaga-jaga kalau suatu saat Mayo harus pergi. Wuih, udah kayak anak sendiri aja, yaa... Lalu Mama pun mulai membayangkan, gimana kalau nanti Mas Amay dan Adek Aga sudah mulai menyukai lawan jenis juga? Apakah Mama akan patah hati? 😟

Udah ah, ga usah dibahas dulu... Kembali ke Mayo yang ketemu betina...

Papabebi ngakak waktu cerita,

"Itu betinanya udah guling-guling cari perhatian, tapi Mayo malah diem aja. Papanya geregetan, masa harus diajari sih?" 😂

Ya, namanya juga baru pertama kali ketemu betina ya, beb. Dimaklumi aja kalau belum pinter. Hihi...

Semoga setelah ketemu betina, Mayo jadi lebih bahagia dan kembali sehat. Soalnya, ketika ditinggal mudik kemarin, Mayo sempat sakit di tempat ia dititipkan. Mama sampe sedih, dan menyesal kenapa kemarin Mayo ngga diajak ke Purworejo aja. 

Ini foto sewaktu kami akan mudik, dalam perjalanan menuju tempat penitipan. Papabebi mengizinkan Mama memangku Mayo, karena malam sebelumnya Mama nangis-nangis, membayangkan Mayo akan ditinggal dalam waktu yang cukup lama.

Kucing Oyen

Sewaktu mendapat laporan kalau Mayo sakit, Mama kepikiran banget. Papabebi juga sempat bimbang, apa harus ke Solo untuk memastikan kondisinya? Alhamdulillah, kemarin Mayo sudah kembali ke pelukan kami lagi. Semoga kondisi Mayo lekas membaik, dan lebih pinter kalo nanti ketemu betina lagi. 😊

 

Ditulis dengan Cinta, Mama

 

Read More

Melatih Anak Berpuasa

Sunday, April 18, 2021

 
Tiga hari ini, tiap bangun sahur, Aga langsung mengerjakan sholat. Walaupun dia masih terbata-bata mengucap "tahajud", bahkan kemarin pun anak ini masih belum ngeh nama sholatnya sholat apa, tapi dia sholat karena keinginan sendiri.

Luar biasa sih, seusia ini, ia bisa mengerjakan sholat 5 waktu + sholat dhuha + tarawih + puasa sampai maghrib + tahajud. Mama waktu masih umur 6 tahun, untuk sahur aja masih harus digendong sama Akung, Nak. Bahkan seingat Mama, Mama baru bisa full puasa maghrib selama sebulan penuh saat kelas 3 SD. Ini Aga baru TK B, lho. Masya Allah.
 
Semoga Allah ridho ya, Nak. Aamiin aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin.


melatih anak berpuasa

 
Sebenarnya, saya tak punya kiat khusus untuk mengajarkan anak-anak berpuasa. Semuanya berjalan secara natural. Pada awalnya, mereka hanya ikut-ikutan sahur dan berbuka. Lama-lama mereka menjadi terbiasa dan selanjutnya kami hanya memotivasi saja agar mereka semangat latihan berpuasa.

Salah satu bentuk dukungan yang kami berikan adalah dengan mencoba memenuhi setiap makanan atau minuman yang mereka inginkan. Pokoknya selagi kami bisa menyediakan, maka akan kami sediakan. Permintaan mereka pun tak sulit-sulit amat. Amay biasanya hanya meminta sandwich untuk berbuka, atau chicken katsu untuk lauk makannya. Nah, Aga biasanya hanya minta dibelikan es buah. Tidak ada yang spesial bukan?

Apakah saya menjanjikan sesuatu sebagai reward untuk mereka? Sama sekali tidak. Saya hanya mengatakan bahwa ketika kita melakukan ibadah, maka Allah akan memberikan pahala. Ada dua malaikat yang akan mencatat setiap tindak tanduk kita.

Oiya, tentang pahala, kemarin Aga bertanya, "Aga pahalanya udah berapa, Ma?"
 
Mama jawab, "Waduh, Mama ngga nyatat, Dek. Kan yang nyatat malaikat." 😂

Sementara itu, tadi, Masnya masih males-malesan. Udah bangun, eh, tiduran lagi.

Aga mendekati kakaknya, lalu bilang begini, "Mas Amay kok tidur lagi? Belum sholat to? Ayo sholat dulu!"

Amay: "Kan ngga sholat (tahajud) ngga apa-apa, Dek."

Aga: "Ya kan sholat biar dapat pahala. Emangnya Mas Amay ngga mau dapat pahala? Bener-bener Mas Amay ini!" 🤣

Ya Allah, niru siapa anak ini? 🤣🤣
 
Baiklah, itu dia sekelumit cerita tentang Ramadhan 1442H / 2021M ini. Mama tak akan jenuh berdoa agar Mas Amay dan Dek Aga tumbuh menjadi anak yang sholih, yang rajin beribadah, yang cinta Allah dan Rasul-Nya, dibaguskan akhlaknya, dimudahkan rezekinya, Aamiin Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin...



Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Bersahabat dengan Sampah, Mencegah Terulangnya Tragedi Leuwigajah

Tuesday, March 30, 2021


Mas Amay saat ini duduk di kelas 4 SD. Karena pandemi corona yang sedang melanda memaksa anak-anak untuk belajar dari rumah, secara otomatis hal ini mengembalikan peran saya sebagai "madrosatul ula" alias sekolah pertama bagi anak-anak. Nah, untuk menjadi "guru" yang baik, mau tidak mau saya harus ikut mempelajari materi yang sedang mereka pelajari.

Kebetulan, saya termasuk ibu yang senang bercerita dan berdiskusi dengan anak-anak. Saat seperti itulah, biasanya saya memasukkan materi-materi pelajaran atau nilai-nilai yang saya pegang. Seperti yang terjadi pada suatu malam, saat menganalisa artikel tentang Kakek Duha Juhaeri, Sang Penyelamat Lingkungan, obrolan kami berkembang jauh hingga ke tragedi Leuwigajah. Tragedi longsornya jutaan kubik sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, yang mengakibatkan tertimbunnya beberapa desa dan menewaskan setidaknya 157 orang.

Bersahabat dengan Sampah bersama waste for change
TPA Leuwigajah, Source: https://geoenvironmental-disasters.springeropen.com


Mas Amay adalah anak yang cerdas. Ia merespon cerita yang saya sampaikan dengan, "Pantesan Mama suka misahin sampah di komposter."

Ia pun langsung teringat dengan kejadian di rumah kami suatu hari, saat kompos cair yang sudah saya masukkan ke dalam botol, "meledak". Waktu itu, jumlah tanaman di rumah kami belum sebanyak sekarang, berkebalikan dengan produksi kompos cair dari komposter. Nah, karena cukup lama tidak terpakai, kompos cair itu "ngegas". Mungkin dia marah karena "dianggurin". 😂

Karena bisa menyaksikan sendiri betapa berbahayanya sampah apabila tidak dikelola dengan baik, Mas Amay jadi punya gambaran seberapa dahsyatnya tragedi Leuwigajah itu. Jika ledakan sebotol kompos cair saja bisa mengakibatkan isinya muncrat ke mana-mana, apatah lagi jika itu berasal dari gunungan sampah setinggi 50 - 70 meter yang luasnya berhektar-hektar? 

Lalu, apakah tragedi Leuwigajahlah yang mendorong saya untuk mulai mengompos?

Sebenarnya bukan. 

Penyebabnya empat tahun lalu, saat kami baru pindah ke rumah ini, kami langsung dihadapkan dengan tukang sampah yang kurang disiplin. Jika di rumah lama tukang sampah mengambil sampah tiap 2 hari sekali, ini hampir seminggu sampahnya ngga diambil juga, hingga menimbulkan bau yang luar biasa.

Tak tahan dengan baunya, suami saya langsung mengambil tindakan. Kebetulan, salah seorang temannya sedang giat mengompos dan membuat komposter. Kami pun memesan satu komposter padanya, dan sejak saat itu kami mulai memilah sampah anorganik dengan sampah organik. 

Meski kemudian kami tahu bahwa ketidakdisiplinan tukang sampah adalah karena sakit, tetapi hal itu tidak membuat kami berhenti mengompos. Sesuatu yang baik harus tetap dilanjutkan, bukan?

Baca: Mengompos, Upaya Penerapan Hablun Minal 'Alam

Memulai Zero Waste dengan Mengompos
Ini adalah komposter pertama kami. 2017.

Kompos Cair
Ini adalah kompos cair yang sempat "meledak" karena tidak terpakai dalam waktu lama.


Selain dengan mengompos, apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah di bumi?

Sejujurnya, saya pun belum berbuat banyak. Namun, pelan-pelan kami mulai membiasakan untuk melakukan beberapa hal di bawah ini;

Reduce

1. Mengurangi sampah plastik

- Saat berbelanja, saya selalu berusaha untuk membawa kantong belanja sendiri. 
- Membawa air minum sendiri saat bepergian.

Kedua hal di atas sudah mulai kami ajarkan pada anak-anak juga.

2. Membatasi pemakaian tisu

Biasanya, sedikit-sedikit kami memakai tisu. Mengelap kompor, pakai tisu. Makan gorengan, dilap pakai tisu. Pokoknya, tiada hari tanpa tisu.

Sekarang, kotak tisu tidak lagi saya isi, dan urusan lap-lapan, saya menggantinya dengan lap kain.

Reuse

1. Menggunakan bekas bungkus minyak, deterjen, dll, sebagai pengganti pot tanaman

2. Menampung minyak jelantah dan tak lagi membuangnya ke selokan

Biasanya, saya membuang minyak jelantah ke selokan. Ampuuun...

Namun, alhamdulillah, beberapa waktu lalu saya dihubungi oleh seseorang yang mewakili sebuah lembaga amal di Solo, yang bersedia menampung minyak jelantah untuk kemudian diolah menjadi biodiesel. Hasil dari penjualan, nantinya akan disalurkan kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan.

Sebagai ibu-ibu yang sering memasak, tentu ini merupakan kabar gembira. Setidaknya, selain dapat beramal, saya pun tak lagi dihantui perasaan "berdosa" karena telah membuang jelantah di selokan.

Waste4Change, Olah Minyak Jelantah


Recycle

Terus terang, untuk poin ini, kami baru mampu mengubah sampah organik menjadi kompos. Untuk sampah anorganik, kami masih bergantung pada pak tukang sampah. 

Namun, suatu hari saya menemukan akun Waste4Change di Instagram. Waste4Change merupakan sebuah perusahaan Waste Management Indonesia yang memiliki misi mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA. Didirikan oleh Mohamad Bijaksana Junerosano, Waste4Change hadir serupa angin segar yang membawa sebuah harapan. Waste4Change memberikan pelayanan Personal Waste Management, yaitu layanan pengangkutan sampah anorganik, langsung dari rumah klien.

Memang, saat ini Waste4Change belum menerima sampah organik, tetapi Waste4Change dapat membantu menyediakan peralatan dan perlengkapan pengomposan mandiri di rumah. Waste4Change juga mendukung teman-teman yang ingin belajar mengenai pengolahan sampah organik dengan Black Soldier Fly (BSF) serta teknis budidayanya. 

Sebagai informasi, BSF adalah jenis lalat yang berguna untuk mengurangi dampak negatif dari penumpukan sampah organik di alam. Larva BSF pun sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. 

Waste4Change


Tak hanya melayani individu, Waste4Change juga melayani perusahaan, yang mana kita tahu, banyak sekali perusahaan-perusahaan yang berpotensi menghasilkan sampah anorganik. Entah dari proses produksinya yang menghasilkan residu, produk gagal, dan lain sebagainya, ataukah dari proses distribusi yang menyebabkan produk rusak dan kadaluarsa, atau bisa juga pasca konsumsi, yang menghasilkan kemasan kosong.

Saat ini sedikitnya ada 12 perusahaan yang bekerja sama dengan Waste4Change untuk memenuhi Extended Producer Responsibility Indonesia. Di antara 12 klien tersebut, mungkin teman-teman adalah konsumennya, misalnya; Wardah, Young Living, The Body Shop, juga Gojek.

Alhamdulillah. Semoga semakin banyak perusahaan yang bertanggung jawab dengan sampahnya.

Mengapa masalah sampah perlu dipikirkan serius?

Selama ini, kita hanya diajarkan untuk membuang sampah di tempat sampah. Selesai. Seolah, permasalahan sampah berhenti di situ. Padahal, sampah-sampah dari tempat sampah di rumah kita, akan berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), di mana di sana, sampah organik dan anorganik bercampur menjadi satu. 

Sampah organik yang dimasukkan ke dalam plastik, lama-kelamaan akan menghasilkan gas metana, yang berpotensi menimbulkan ledakan, seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah 16 tahun silam.

Adalah tanggung jawab kita untuk menyebarkan informasi ini kepada masyarakat luas, termasuk kepada anak-anak kita. Sudah saatnya kita mengampanyekan bahwa "Sampah Kita, Tanggung Jawab Kita".

Jika kita tidak segera mengambil peran dalam persoalan sampah, kira-kira apa yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang? Apakah kita siap, jika kelak bumi tak menyisakan ruang yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal?


Ditulis dengan Cinta, Mama


"Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021
Nama Penulis: Arinta Adiningtyas"


Read More

Kiat Sukses VBAC

Tuesday, March 9, 2021

 

Beberapa waktu lalu, seorang sahabat bertanya lewat WhatsApp, "Waktu VBAC dulu, persiapannya apa saja?"

Wah, Mama Kepiting langsung semangat menjawab. Meski Mama tidak memiliki background medis sama sekali, tetapi setidaknya Mama mengalami sendiri bagaimana perjuangan agar bisa sukses VBAC. Ya, 10 tahun lalu, Mas Amay lahir secara caesar, dan 3 tahun 8 bulan setelahnya, Adek Aga terlahir normal.

Jujur saja, ada kebahagiaan tersendiri ketika bisa berbagi pengalaman, dan rasa bahagia itu bisa bertambah berkali lipat ketika mengetahui bahwa mereka berhasil melewati proses ini juga.

Tunggu dulu! Mereka?

Oiya, lupa ngasih tau bahwa selama ini banyak yang menghubungi Mama via email, DM di IG, juga inbox di FB. Mereka adalah teman-teman yang pernah membaca tulisan Mama tentang VBAC di www.kayusirih.com. Kebanyakan bertanya tentang dokter tempat Mama periksa, berapa BB bayi,  juga berapa jarak antara kehamilan pertama dengan kehamilan berikutnya.

Baca: Melahirkan Normal Pasca Caesar, Apa Kiatnya?

Kiat Sukses VBAC

Nah, sebelum kita kupas tentang VBAC, mungkin ada yang belum paham VBAC itu yang bagaimana sih? 

Apa itu VBAC?

VBAC merupakan kependekan dari Vaginal Birth After Caesarean, yaitu sebuah metode persalinan secara normal yang dilakukan setelah sebelumnya menjalani persalinan secara caesar. VBAC secara tidak langsung mematahkan anggapan bahwa jika seorang ibu melahirkan secara caesar, maka di kehamilan berikutnya harus menjalani persalinan secara caesar pula.

Apa Saja Syarat Diperbolehkannya VBAC?


1. Rahim Harus Kuat

Ibarat ban dalam kendaraan, rahim ibu yang pernah menjalani operasi caesar bagaikan ban dalam yang pernah bocor dan ditambal. Tentu saja, perlakuannya berbeda dengan rahim yang masih utuh. Jika rahim tak cukup kuat, dikhawatirkan saat kontraksi dapat memicu robeknya bekas jahitan caesar. Jika bekas jahitan caesar sampai robek / pecah, hal ini bisa mengancam kesehatan ibu dan bayi.

2. BB Bayi Tidak Terlalu Besar

Mengapa BB bayi tidak boleh terlalu besar? Masih berhubungan dengan bekas jahitan juga. Selain untuk meminimalkan risiko robeknya bekas jahitan, juga untuk mempermudah proses persalinan. 

Waktu Mas Amay lahir, berat badannya hanya 2600 gram. Maka, ketika Mama mengatakan pada dokter bahwa Mama ingin VBAC, dokter langsung membuat batasan agar BB Adek Aga tidak melebihi 3000 gram. Mulai usia kandungan 7 bulan, Mama diminta diet dengan mengurangi asupan gula dan karbo.

3. Posisi Bayi Tidak Sungsang

Sungsang adalah kondisi di mana posisi kepala bayi masih berada di atas, bukan di jalan lahir seperti seharusnya. Meski persalinan per vaginam masih mungkin untuk dilakukan, akan tetapi biasanya dokter lebih memilih untuk melakukan tindakan operasi caesar, karena prosedur ini dianggap paling aman.

4. Air Ketuban Cukup

Air ketuban memiliki banyak fungsi. Selain untuk melindungi janin dari goncangan / benturan, mengontrol suhu rahim, dan mencegah infeksi, air ketuban juga berfungsi untuk membantu proses persalinan. Pada saat persalinan, air ketuban dapat meratakan kontraksi di dalam rahim, sehingga leher rahim membuka. 

Hati-hati jika volume air ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Kekurangan atau kelebihan air ketuban diketahui dapat membahayakan kondisi janin.

5. Persalinan Dilakukan Secara Spontan / Tanpa Induksi

Jika syarat nomor 1-4 sudah terpenuhi, besiaplah dengan syarat nomor 5 ini. Tidak diizinkannya pemberian induksi, dapat mempengaruhi lamanya waktu kontraksi yang harus Mama lalui. Saat melahirkan Adek Aga, Mama harus melalui sakitnya kontraksi hingga dua hari dua malam. Luar biasa memang...

Mengapa tidak boleh diinduksi sih? 

Rangsangan pada induksi persalinan dianggap kurang aman untuk ibu yang sebelumnya pernah menjalani operasi caesar ataupun operasi lainnya yang dilakukan pada rahim. Sebab, ada risiko yang bisa menyebabkan rahim robek.

~

Nah, Ma, sebelum memilih prosedur VBAC, konsultasikan lebih dulu dengan dokter yang mengetahui riwayat kesehatan dan kehamilan kita, yaa... Yang jelas, apapun metode persalinan yang kita jalani, bagian paling penting dari proses melahirkan adalah mengusahakan yang terbaik agar kondisi ibu dan bayi sehat. Mau caesar atau normal, kita sama-sama berhak menyandang predikat "ibu".


Ditulis dengan Cinta, Mama



Read More

Rutin Sholat Dhuha karena Anak

Monday, February 8, 2021

 
Di sekolah, selain diajarkan untuk tak meninggalkan sholat 5 waktu, anak-anak juga dibiasakan untuk melaksanakan sholat dhuha. Bahkan, ada buku laporan kegiatan semacam Buku Ramadhan juga untuk diisi selama masa Belajar di Rumah. Ya, meski saya suka lupa mengisinya sih. Sing penting sholat, ngaji, gitu wae wis.
 
Nah, karena anaknya saja rajin sholat dhuha (memang pada awalnya terpaksa, hanya untuk mengisi buku kegiatan saja), sebagai emak saya jadi merasa berdosa kalau ngga sholat dhuha juga. Saya mengaku, dulu, saya sholat dhuha pas sempat aja. Atau, mendadak rajin pas ada maunya. Astaghfirullah. 😢
 
Padahal, saya tahu kok, hikmah sholat dhuha itu apa saja. Salah satunya seperti di dalam hadist yang diriwayatkan At-Thabrani.
 
"Barangsiapa yang shalat dhuha dua rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang tak lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka ia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya."

 
Dahsyatnya Sholat Dhuha


Hidayah memang bisa datang lewat jalur mana saja, yaa... Termasuk lewat anak-anak. Saya, ayahnya anak-anak juga, kini jadi rajin menjalankannya. Jika dulu kami dhuha saat butuh saja, sekarang karena eman-eman / sayang bila sampai melewatkannya.

Omong-omong, sebelum pada menghakimi, masa ibadah aja harus dipamerin, saya mau klarifikasi dulu. Saya menulis ini bukan untuk riya', insya Allah, melainkan untuk mengingatkan diri sendiri, bahwa sebagai orang tua, kita ngga boleh jarkoni alias "bisa ngajar, ora bisa nglakoni". Bahasa kerennya, omdo - omong doang.

Saya teringat seorang sahabat, sebut saja Mama Hadfy, suatu hari menulis status di WhatsApp yang intinya kurang lebih begini: Mengharapkan anak menjadi hafidz Qur'an sementara ibunya sendiri ngga pernah baca Al-Qur'an, adalah sebuah mitos.

Masuk akal kan... Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Ingin anak menjadi orang baik, tentu saja orang tuanya harus memberi contoh yang baik juga. Ingin anaknya rajin dhuha, orang tuanya harus rajin juga. Jangan cuma bisa nyuruh-nyuruh doang. Inilah yang saya lakukan kemudian. Berawal dari rasa "malu dan ngga enak" sama anak, lama-lama jadi sebuah kebiasaan. Semoga kami semua istiqomah, aamiin aamiin YRA.

Oh iya, saya jadi teringat dengan seorang sahabat semasa SMP. Siti Badriyah namanya. Siti Badriyah yang ini tak pandai menyanyi. Siti Badriyah yang ini adalah seorang hafidzah. Anak-anaknya, Mbak Alya dan Mas Yusrin, sedang menuju ke arah sana dengan bimbingan sang ibunda. Masya Allah.

Suatu hari, Badriyah, begitu saya memanggilnya, menunjukkan nikmatnya menjadi penghafal Al-Qur'an. Ketika anak-anaknya muroja'ah hafalan, ia bisa menyimak sambil beberes, memasak atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Jadi, jika terdengar ada yang salah, ia bisa langsung "mbengok" alias teriak sambil membetulkan hafalan anaknya. Tentu saja teriaknya Badriyah berbeda dengan teriakan Mama Kepiting, yaa.. 😂

Saya ingin bisa seperti itu juga. Apa saya sudah hafal Al-Qur'an? Beluuuummmm... Tapi saya berusaha untuk menghafal apa yang anak-anak saya hafalkan. Biar apa? Biar ngga jarkoni dong.

 
Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Bagaimana Cara Mendidik Anak yang Baik Tanpa Membuat Kita Menjadi Toxic Parents?

Sunday, January 24, 2021

 

Beberapa waktu lalu saya mendengarkan sebuah podcast yang membahas tentang Toxic Parent. Setelah mendengarkan podcast tersebut, saya langsung melihat ke dalam diri sendiri. Apakah ciri-ciri orang tua yang toxic ada di dalam diri saya? Sepertinya iya. Saya pun mencari tahu, bagaimana cara mendidik anak agar bisa menjadi anak yang berbakti, cerdas, sukses, tanpa membuat kita menjadi toxic parent?

Sebelum terlalu jauh, kita cari tahu dulu, yuk, apa itu toxic parent?

Toxic Parent adalah tipikal orang tua yang senang mengatur anak sesuai dengan kemauannya, tanpa menghargai dan memahami perasaan anak. Jika good parent akan selalu respect terhadap anak-anaknya, toxic parent justru sebaliknya, merasa bahwa orang tua selalu benar, sehingga mengabaikan hak-hak anak untuk didengarkan dan diperlakukan dengan baik seperti seharusnya.


Cara Mendidik Anak Tanpa Harus Menjadi Toxic Parent
 

Untuk mengetahui apakah kita termasuk toxic parent atau tidak, simak tanda-tandanya berikut ini, Ma.

  1. Egois dan kurang empati pada anak. Ayo diingat-ingat lagi, apakah kita lebih sering mendahulukan kebutuhan dan perasaan kita dibandingkan kebutuhan dan perasaan anak?
  2. Terlalu reaktif dan emosional. Toxic parent sering bereaksi secara berlebihan, terlalu mendramatisasi keadaan, dan sering marah secara tiba-tiba.
  3. Suka mengontrol anaknya secara berlebihan
  4. Sering mengkritik
  5. Sering membanding-bandingkan
  6. Suka mengancam atau menakut-nakuti
  7. Manipulatif, playing victim, tidak mau meminta maaf apabila melakukan kesalahan 
  8. Suka mengungkit apa yang telah dilakukan untuk anak
  9. Senang memberikan demand atau permintaan yang kurang masuk akal

 
Kadangkala, kita tanpa sadar telah menjadi orang tua yang toxic ya, Ma... Misalnya, ketika anak menolak untuk makan, lalu kita ungkit-ungkit bahwa nasi yang kita hidangkan adalah hasil kerja keras orang tua, dll. Atau, tanpa sadar kita membandingkan kemampuan anak kita dengan anak teman kita. Maksudnya sih baik untuk memotivasi, tapi caranya justru membuat anak sakit hati.

Baca: Dear Mama, Apakah Ketidaksempurnaan adalah Dosa?

Lalu, bagaimana cara mendidik anak agar mereka tumbuh menjadi anak yang baik, tanpa harus membuat kita menjadi toxic parent?

1. Memilih Kata-kata dengan Bijak

Anak adalah peniru ulung. Mereka tidak hanya meniru perilaku kita, tetapi juga merekam setiap perkataan kita. Jika orang tua terbiasa berbicara kasar, jangan kaget bila anak-anak pun melakukan hal yang sama.

2. Jadilah Pendengar yang Baik

Apa yang anak-anak katakan pada kita, adalah hal yang penting untuk mereka. Jadi, jangan dicuekin ya, Ma... Ketika kita mendengarkan detail ucapan mereka, mereka akan merasa dihargai. Kelak, ketika kita berbicara pun, mereka akan terlatih untuk mendengarkan. Dengan begitu, nilai-nilai yang kita ajarkan akan lebih mudah meresap dalam perilaku mereka.

3. Bantu Anak untuk Mengekspresikan Emosi Mereka

Yakinkan pada mereka bahwa menangis, tertawa, marah, kecewa, bukanlah hal yang tabu atau dilarang. Menangis adalah salah satu cara untuk berekspresi, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Jadi, ngga ada tuh istilah "laki-laki ngga boleh nangis". 

4. Terapkan Disiplin dan Apresiasi

Ketika anak berhasil melakukan sesuatu, berikanlah pujian. Jangan terlalu pelit memuji ya, Ma... Pujian dalam kadar tertentu, akan membuat anak merasa dihargai usahanya.

5. Jadilah Teman yang Baik untuk Anak-anak

Di Festival Literasi Digital yang diselenggarakan KEB minggu lalu, salah seorang narasumber, Mak Retno De Krsitiani, mengatakan bahwa orang tua tidak boleh berhenti belajar. Orang tua harus juga mengikuti perkembangan zaman, agar tidak timbul gap yang terlalu jauh antara orang tua dan anak. Soal game? Bila perlu, sesekali mabar dengan anak juga oke tuh. 😉

Baiklah, itu dia yang bisa saya bagikan tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik. Semoga bermanfaat ya, Ma... Tulisan ini juga sebagai pengingat untuk Mama Kepiting, supaya ngga terus-terusan jadi toxic parent. Bismillah ya, Ma... Semoga Allah beri kemudahan untuk kita dalam mendidik anak-anak. Aamiin aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin... 


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Review Film Soul

Thursday, January 7, 2021

 

Review Film Soul
 

Mengawali tahun 2021, Mama Kepiting, Papabebi dan anak-anak bersama-sama menonton film baru berjudul Soul. Film yang bisa ditonton secara streaming di Disney Plus ini mengisahkan tentang seorang pria bernama Joe Gardner (Jamie Foxx) yang bercita-cita menjadi seorang pemain piano profesional.

Sedih, ketika impian Joe hampir terwujud, sebuah kecelakaan terjadi. Ia terjatuh ke dalam sebuah lubang got. Ketika tersadar, ia sudah berada di sebuah jalan panjang menuju kehidupan selanjutnya (semacam jembatan Shirathal Mustaqim kali, yaa).

Joe frustrasi. Ia tak mau mati. Ia ingin tampil dalam pertunjukan bersama Dorothea Williams, karena baginya, ini adalah kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Joe pun berusaha kabur dari tempat itu, sekuat tenaga.


Review Film Soul


Berhasil? Ternyata, ia malah masuk ke kehidupan sebelum kehidupan (before life). Jadi, ada calon-calon bayi di sini. Calon-calon bayi ini sedang mengantri pembagian sifat. Semacam lauhul mahfudz mungkin. 😂

Di tempat ini, Joe bertemu dengan 22. Setelah 22 muncul, jalan ceritanya menjadi semakin menarik. 

22 adalah jiwa yang unik, meski ia, katanya, berkali-kali gagal menjadi manusia hingga ia benci harus kembali ke bumi. Ia merasa jadi manusia tuh ya gitu-gitu aja. Ia sulit menemukan "sparks" atau "percikan api" atau bisa dibilang, passion

Joe pun bertugas untuk membantu 22 menemukan passion-nya agar badge atau lencana 22 bisa sempurna. Lencana ini diperlukan apabila sebuah jiwa ingin menjalani kehidupan di bumi. Jika Joe berhasil, 22 akan memberikan lencana itu kepada Joe, agar jiwa Joe bisa kembali ke dalam raganya.

Nah, apakah Joe berhasil membantu 22 menemukan passion-nya dan bisakah Joe kembali ke bumi lalu tampil bersama Dorothea quartet seperti impiannya? Tonton filmnya aja, yaa... Kalo diceritain di sini, nanti ngga seru. 😊

Review Film Soul


Btw, film ini mengingatkan saya pada film Coco. Pasti udah pada nonton Coco kan? 

Menurut saya, ada persamaan antara Soul dengan Coco. Apa saja? 

1. Sama-sama mengangkat tema tentang passion dalam bermusik
2. Sama-sama menghadirkan "kehidupan di dunia lain"
3. Sama-sama happy ending dengan banyak nasihat yang bisa dipetik

Film Soul memang memiliki banyak pesan positif. Salah satunya seperti yang Mas Amay bilang, "Ketika bahagia, kita nggak boleh lupa diri. Jangan terlalu bahagia, biar nggak celaka." Ini dia simpulkan dari scene awal, ketika Joe terlampau happy saat diterima untuk tampil bersama Dorothea. Jalan serampangan, hingga tak menyadari bahwa di depannya ada lubang.

Nasihat lain yang bisa saya tangkap adalah, jalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Temukan passion-mu, agar hidupmu lebih bermanfaat. 

Namun...

Terkadang memang kenyataan hidup tak berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Di sini, kita juga diingatkan untuk belajar "menerima". Setelah itu, kita diminta untuk menjalani apa yang sudah digariskan dengan sebaik-baiknya. Intinya sih, ikhtiar dan tawakkal adalah cara terbaik menjalani kehidupan.

Oya, sebagai ibu, saya juga diingatkan untuk selalu mensupport apapun pilihan anak-anak, asal tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang kita anut. Mau jadi musisi kek, jadi guru kek, jadi arsitek kek, asal anak senang, why not?

Seperti ibunya Joe. Memang, pada awalnya beliau menyayangkan pilihan Joe untuk serius bermusik karena hidup sebagai musisi cenderung tak punya penghasilan tetap. Namun, ketika Joe menunjukkan keseriusannya, sang ibu malah membantu menyiapkan pakaian terbaik untuk ia tampil di atas panggung.

Begitu banyak nasihat yang bisa kita petik dari film ini. Recommended pokoknya, bahkan Isyana Sarasvati pun sampai menyarankan Film Soul untuk ditonton bersama keluarga. :)


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Anggota Keluarga Baru Itu Bernama Mayo...

Thursday, November 19, 2020

 

Sudah lama Mas Amay minta izin memelihara binatang di rumah. Dia ingin sekali memelihara kucing, karena teman-temannya memiliki kucing juga. Tapiii, jika mengingat  pengalaman buruk Mama Kepiting yang di waktu kecil pernah dicakar oleh binatang satu ini, tentu tidak mudah untuk mewujudkan keinginan Mas Amay. 

Nah, sebagai pengganti kucing, tahun lalu Papa membelikan seekor ikan. Namun, sedih sekali, tak berapa lama ikan itu mati. Kami menduga penyebabnya adalah cuaca yang ekstrim. Memang, saat ikan itu mati, cuaca sedang dingin-dinginnya. Padahal memelihara ikan adalah pilihan yang aman, karena ikan tidak akan menyerang. Namun, kematian si ikan membuat kami trauma.

~

Beberapa bulan belakangan, Amay kembali merengek-rengek minta kucing. Aduuuh, Mama sampai pusing. Mama mengusulkan hewan lain, hamster atau kelinci misalnya. Ia setuju, tetapi Mama tak kunjung membelikan binatang itu, hehe... Mama perlu waktu untuk berpikir. 

Mama mulai berubah pikiran ketika bulan lalu, Adek Aga belajar tentang tema binatang. Ada beberapa tugas sekolah yang tidak bisa ia kerjakan karena kami tidak memiliki binatang peliharaan. Tugas itu adalah memberi makan hewan peliharaan dan bermain bersama hewan peliharaan. Huhu, Adek Aga sempat sedih, tapi mau bagaimana lagi?

Qodarullah, sekitar dua minggu lalu, Ummi Malik (Umminya teman Aga), membuat status WA. Beliau menawarkan 4 ekor kucing bagi siapa saja yang ingin mengadopsi. Usianya sekitar 2 bulan, dan tak lagi menyusu pada induknya. 

Status WA Ummi Malik langsung Mama tunjukkan pada Papa. Papa sempat bertanya, "Bener, dirimu pengen adopsi?"

Mama jawab iya, tapi dengan berbagai macam syarat tentu saja. Salah satunya, Papa dan Mas Amay yang harus membersihkan pup-nya. Mama pun ngga mau dekat-dekat dengan si kucing. Pokoknya, si kucing harus jaga jarak dari Mama. Haha... 

Ya sudah... Sambil menunggu si kucing bisa dijemput (Ummi Malik ingin grooming kucingnya lebih dulu), kami mempersiapkan kandang, makanan, wadah makan dan minum, juga wadah pup beserta pasirnya. Diam-diam, Mama mempersiapkan nama untuknya. Mayo. Ya, Mayo, diambil dari nama jajanan Risoles Mayones kesukaan kami sekeluarga. 😂

Dan sampailah di hari di mana Mama dan Papa menjemput Mayo dari rumah Ummi Malik. Mama deg-degan, anak-anak pun sudah tidak sabar. Begitu Mayo sampai di rumah kami, suasana langsung berubah. Semua bahagia, termasuk Mama.

Memelihara Kucing

Mayo tak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa beradaptasi dengan kami. Meski di awal kedatangannya ia tampak bingung, tetapi keesokan harinya ia sudah bisa "enjoy". Perlahan, kami pun belajar mengerti apa maunya. 

Witing tresno jalaran saka kulino...

Peribahasa ini sangat menggambarkan perasaan Mama saat ini. Seminggu memiliki Mayo, rasa sayang padanya tumbuh semakin besar. Oh, begini to rasanya punya peliharaan? Dulu, ketika ada yang menyebut peliharaannya dengan sebutan "anak", saya menganggapnya lebay. Ternyata memang begini rasanya. 

Rasa sayang memang tidak bisa diterjemahkan bagaimana mulanya.

Kehadiran Mayo, sedikit banyak mengubah hidup kami. Setelah memelihara kucing, setidaknya ada tiga perubahan positif pada anak-anak (terutama Mas Amay) yang bisa kami rasakan, seperti;
1. Intensitas memegang gadget sedikit berkurang. Baru sedikit sih, belum banyak, tetapi ini tentu menjadi awal yang baik. 
2. Mas Amay jadi lebih bertanggung jawab. Ia masih memegang komitmen untuk membuang pup setiap pagi-sore, juga menyiapkan makanan untuk Mayo.
3. Mayo mendatangkan keceriaan untuk seisi rumah. Meski kadang mengganggu, tetapi tingkahnya sangat lucu. Binatang berbulu ini suka sekali menemani kami memasak, "caper" saat kami sholat, manja saat tidur, dll. 

Hmm, semoga Mayo sehat selalu. Semoga Mayo betah di rumah ini, karena kata Papa, ketika nanti ia menginjak remaja, kita harus bisa merelakan dia. Kucing jantan, konon suka bertualang. Namun, jika ia merasa bahwa rumah ini adalah rumahnya, ia akan kembali lagi.

Manfaat Memelihara Kucing



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Mengompos, Upaya Penerapan Hablun Minal 'Alam

Thursday, November 12, 2020

hablun minal 'alam

Kemarin, di tugas belajar daringnya Mas Amay, ia diminta untuk menganalisa sebuah tulisan tentang Kakek Duha Juhaeri, Sang Penyelamat Lingkungan. Di situ tertulis bahwa Kakek Juhaeri berhasil mengubah kerusakan menjadi keteduhan. Saat mendampingi Mas Amay belajar itulah, tercipta sebuah diskusi di antara kami berdua, bahwa kewajiban ibadah bukan hanya sebatas sholat lima waktu, puasa, dan ibadah mahdhah lainnya. Ada banyak hal baik lainnya, yang jika kita lakukan dengan ikhlas, pun bisa bernilai ibadah.

Islam memang memiliki ajaran yang istimewa. Islam tidak hanya memerintahkan untuk beribadah kepada Tuhan saja (hablun min Allah), tetapi juga mewajibkan pemeluknya untuk membina hubungan yang baik dengan sesama manusia (hablun minannas) dan alam sekitar (hablun minal 'alam). Ketiganya sama pentingnya. Bahkan jika dicari dalil naqlinya, banyak sekali perintah untuk berbuat baik kepada sesama dan alam sekitar.

Dalam hubungannya dengan hablun minal 'alam, berikut ini adalah salah satu dalilnya;

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman." (QS. Al-A'raf [7]: 85)

Nah, mari kita tanya pada diri sendiri, hal baik apa yang sudah kita perbuat untuk lingkungan? Saya mengaku, sampai detik ini saya belum berbuat banyak. Saya masih "nyampah" setiap hari. Rumah yang kami tinggali saat ini pun berdiri di atas sawah yang telah "dilenyapkan".

Namun, pelan-pelan kami mencoba "berbuat baik" pada alam, dimulai dari hal-hal kecil seperti menanam tanaman di halaman rumah, meski lahan yang kami punyai sangat terbatas. Semoga tanaman-tanaman yang kami tanam bisa bermanfaat bagi lingkungan, misalnya untuk menghasilkan oksigen, menyediakan makanan bagi serangga, dll. Selain itu, kami juga mencoba untuk konsisten mengompos, agar sampah organik yang dihasilkan dari dapur kami masih bisa dimanfaatkan.

Baca : Kisah Menghadirkan Proses Metamorfosis di Rumah

Tentang mengompos, beberapa waktu lalu Mama Kepiting berkesempatan ngobrol bareng Ibu DK Wardhani, seorang dosen, penulis, pecinta lingkungan, yang juga merupakan founder dari kelas #mengompositumudah.

#KEBNgobrol soal sampah

Saat itu, banyak yang bertanya, bagaimana agar bisa konsisten memisahkan sampah organik dan anorganik, mengingat bahwa mengelola sampah adalah kegiatan yang ribet. Iya kan?

Ibu Dhini (panggilan akrab beliau) menjawab, "Kita harus punya strong why, motivasi internal, misalnya dari sisi spiritualitas, bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini ada pertanggungjawabannya. Tentu kita pun sudah tahu apa bahayanya jika terus-terusan mengirim sampah ke TPA. Setelah itu, niatkan lillahi ta'ala, insya Allah apa yang kita lakukan ini worth it."

"Mengelola sampah adalah bentuk tanggung jawab kita sebagai manusia, karena kita sudah diizinkan untuk tinggal di sini. Dan sebenarnya, kita sedang mempersiapkan masa depan kita (bumi kita)." tambah beliau.

Benar sih, kalau kita abai terhadap kondisi lingkungan, entah apa yang akan terjadi sepuluh, lima belas, dua puluh tahun yang akan datang? Akankah udara yang kita hirup masih sesegar sekarang? Akankah air yang kita minum masih sebersih sekarang?

Mengompos itu ribet, memang. Pertama, kita harus memilah sampah terlebih dahulu. Kemudian, kita harus menyediakan tempat untuk sampah-sampah organik itu. Selanjutnya, kita masih harus rajin mengaduk setiap hari. Ribet memang. Namun, inilah ibadah. Setelah ilmu dan niat, kita diminta untuk bersabar saat menjalankannya.

Tentang 4 unsur dalam ibadah, Mama pernah menuliskan di sini: 4 Unsur dalam Ibadah

Jadi, untuk teman-teman yang belum mulai mengompos, yuk kita mulai perlahan-lahan. Jadikan kegiatan ini sebagai bagian dari gaya hidup. Siapa tahu, apa yang teman-teman lakukan bisa menginspirasi yang lainnya. Insya Allah, semakin banyak yang berbuat baik pada bumi, bumi pun akan tetap menjadi tempat ternyaman untuk ditinggali. 😊

 

Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Dear Mama, Apakah Ketidaksempurnaan adalah Dosa?

Thursday, July 30, 2020


Assalamu'alaikum...

Udah lama banget Mama Kepiting ngga nulis di sini. Rasanya rinduuu, tapi apa daya, ada banyak pekerjaan yang menunggu diselesaikan juga. Sebenarnya di kepala ini ada banyak hal yang ingin dituliskan, termasuk pengalaman ketika Mas Amay dan Dek Aga terkena Flu Singapura beberapa waktu lalu. Tapi nanti dulu, yaaa.. Hari ini saya mau curhat dulu.

Ma, tahun ajaran baru sudah dimulai, ya... Dan anak-anak pun masih menjalani PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) karena pandemi corona yang sedang melanda. Rasanya ingin mengeluh, yaa, tapi semoga kita tidak saling menyalahkan karena memang tidak ada yang diuntungkan di sini, baik itu para guru, anak-anak, maupun orang tua. Semua memiliki bebannya sendiri-sendiri.

Kalau mau melihat sisi positifnya, mungkin untuk para ibu salah satu hikmahnya adalah bahwa kita dipaksa kembali ke fitrah sebagai madrosatul uula, sekolah utama untuk anak-anak kita. Namun, Ma, menjaga kewarasan diri memang penting adanya, supaya kita bisa menjadi tempat belajar ternyaman untuk mereka.

Jujur, saya sendiri belum menemukan formulanya. Terkadang hari-hari berjalan sempurna, tetapi ada kalanya berantakan juga. Seperti hari ini, ketika Mas Amay harus setor hafalan via voice note ke grup tahfidz kelasnya. Seperti biasa, semua kegiatan sudah dimulai setelah sholat shubuh. Adek Aga dengan hafalan, iqro', AISM, dan 1 lembar kegiatan. Mas Amay dengan muroja'ah dan hafalan.

Nah, rupanya mendekati periode bulanan saya, saya menjadi super sensitif, mudah marah, mudah juga menangis. Ketika Mas Amay melakukan sedikit kesalahan, saya resah. Saya menginginkan kesempurnaan, hingga menyuruhnya mengulang-ulang bacaan.

"Yaf'alu, Mas Amay... Bukan yaf alu. Ulang, yaa..."

"Hum... Him... Coba ھ-nya lebih tebal, jangan seperti ح

Lama-lama mungkin anaknya capek sehingga mood-nya berubah. Dari situ saya tersadar bahwa saya telah melakukan kesalahan. Saya menyesal.

"Rin, kamu aja ngga sempurna, teganya kamu menuntut kesempurnaan dari anak-anak," batin saya.

Entahlah, kepada Dek Aga saya lebih mudah memaklumi, tetapi mengapa kepada Mas Amay tidak bisa begitu? Maafkan Mama ya, Mas Amay. You know, Mama loves you so much.



~

Begitulah. Pada akhirnya, rekaman Amay yang pertamalah yang saya kirimkan, karena rekaman-rekaman berikutnya nyatanya tidak lebih baik dari rekaman pertama. Mungkin karena rekaman pertama dilakukan tanpa tekanan, ya?

Ya Allah, semoga amarah-amarah seperti ini tak terulang lagi. Bimbing saya, Ya Allah, agar bisa menjadi Mama yang baik untuk Mas Amay dan Dek Aga. Bimbing saya agar bisa mengontrol pikiran, perasaan, ucapan dan tingkah laku. Aamiin.



Read More

#TanyaMama 2; Apa Jadinya Jika "Bayi" 9 Tahun Bertanya Soal Pernikahan?

Saturday, June 6, 2020


Mengobrol dengan anak-anak sebelum mereka tidur, atau istilah kerennya adalah pillow talk, adalah momen yang paling Mama sukai. Saat seperti ini, kami jadi lebih mudah bicara dari hati ke hati. Namun, apa jadinya kalau tiba-tiba anak kita bertanya-tanya tentang pernikahan? Anaknya baru 9 tahun pula!
Jika Anak Bertanya Soal Pernikahan
"Laki-laki kalau lihat perempuan cantik, pasti langsung pengen menikah. Ya to, Ma?" tanya Mas Amay tiba-tiba.

Belum sempat Mama jawab, Mas Amay tanya lagi, "Kalau perempuan kayak gitu juga nggak, Ma? Kalau lihat laki-laki yang ganteng, langsung pengen menikah juga nggak?"

Mama diam sebentar, lalu jawab, "Ya nggak gitu juga sih, Mas. Mama kalau lihat orang ganteng, paling kagum aja sebentar. Nggak terus langsung pengen menikah gitu lah. Menikah itu kan nggak cuma lihat cantik atau gantengnya thok. Kita juga lihat keluarganya gimana, baik atau enggak. Terus sebagai perempuan, biasanya lihat pekerjaan laki-lakinya juga. Maksudnya, orang ini tekun bekerja apa enggak, karena ini penting. Kalau nggak kerja, nanti mau beli makan pakai uangnya siapa, ya kan?"

Mama menunggu respon Mas Amay. Dia cuma manggut-manggut sih. Lalu Mama pun penasaran, "Temennya Mas Amay ada yang cantik trus bikin Mas Amay pengen menikah po?"

Wkwkwk, entah ya, apakah pertanyaan spontan seperti itu dibenarkan oleh ilmu parenting? Tapi nggak penting lagi untuk diperdebatkan sih, karena sudah terlanjur ditanyakan juga, hehe. Yang jelas, Mas Amay bilang belum tahu.

Ya sudah, kalau belum ada yang disuka mah, hihi... Baru 9 tahun juga kan. Semoga ketika nanti Mas Amay jatuh cinta untuk pertama kali, Mas Amay mau cerita sama Mama atau Papa. Toh, buat apa sembunyi-sembunyi, ya kan? 😀

Mama pun berpesan pada Mas Amay, "Yang penting sekarang tuh Mas Amay belajar yang rajin, supaya jadi anak yang pinter. Kalau pinter, peluang untuk dapat pekerjaan yang bagus itu biasanya lebih besar. Kalau pekerjaannya bagus, insya Allah rezekinya juga bagus. Kan Mas Amay harus menafkahi istri dan anak-anaknya Mas Amay juga to?"

Amay manggut-manggut lagi. Lagian, pertanyaannya kok kejauhan amat yak? Wkwk, tapi ngga apa-apa sih, Mama malah jadi punya celah untuk menyampaikan konsep pernikahan yang sesuai dengan value keluarga kami. Dan kalau diingat-ingat, sebenarnya ini bukan kali pertama Mas Amay bertanya soal pernikahan. 2 tahun lalu, Mas Amay pernah bertanya tentang hal ini.


(Gara-gara nulis ini akhirnya terpikir untuk jadiin pertanyaan-pertanyaan Mas Amay, dan mungkin juga Dek Aga nantinya, disatukan dalam satu label khusus #TanyaMama, yang tentu jawabannya juga terserah Mama Kepiting lah, yaa...)

*

Banyak yang tanya, kenapa kok Mas Amay kepo banget tentang serba-serbi pernikahan? Mama juga nggak tahu. Memang sejak kecil Mas Amay suka banget menanyakan hal-hal yang kedengaran "aneh" untuk seusianya.

Lalu apakah ini wajar? Dari beberapa sumber yang Mama baca sih, insya Allah nggak apa-apa. Justru katanya, kita sebaiknya membantu anak-anak untuk memahami seluk-beluk pernikahan sejak dini. Daripada mereka tahu dari orang lain atau tempat lain, ya kan?


If you don’t pass your values on to your kids, someone else will


Nah, karena Mas Amay baru 9 tahun, tentunya informasi yang kita sampaikan juga harus disesuaikan dengan usianya. Nanti perlahan-lahan kita tambah "dosis"nya.

Tentang pernikahan, anak-anak harus tahu bahwa;

1. Pernikahan adalah sebuah berkah, bukan beban masalah


Kita  sering mendengar ucapan pernikahan seperti; selamat mengarungi bahtera rumah tangga, yang menunjukkan bahwa menjalani sebuah ikatan pernikahan itu layaknya mengarungi samudera.  Kadang kita menemui arus yang tenang, menikmati angin yang berhembus pelan, tetapi di depan sana, mungkin kita juga akan menemui ombak besar atau hantaman badai.

Ya, memang kurang lebih seperti itu. Namun, ketika kita bersama-sama, kita akan mendapatkan pernikahan yang luar biasa. Pernikahan yang menyenangkan, yang membahagiakan.

Jadi, anak-anak harus melihat Mama dan Papanya saling membahagiakan satu sama lain. Cara paling simpel, sering-seringlah memuji pasangan. Nah, di sini Mama jadi sadar, mungkin hal inilah yang jadi trigger kenapa Mas Amay tanya-tanya soal pernikahan, karena Mama sering bilang, "Mama jatuh cinta sama Papa." 😅


2. Pernikahan adalah tentang intimacy (kedekatan secara emosional dan psikologis), bukan hanya sebatas hubungan seksual


Ini mungkin bisa disampaikan nanti ketika anak-anak sudah menginjak remaja, yaa.. Kalau seusia Amay, dia belum tahu hubungan seks itu apa.

Beberapa waktu lalu ketika Mas Amay bertanya bagaimana cara adik bayi masuk ke perut Mama, Mama hanya menjelaskan bahwa perempuan bisa hamil, setelah menikah dengan laki-laki. Kalau perempuan nggak menikah, laki-laki nggak menikah, ya tentu nggak bisa punya anak.

Meski penjelasannya baru sebatas itu, tapi dia harus paham bahwa sesuai dengan value di keluarga kami, semua hubungan laki-laki dan perempuan harus melalui gerbang pernikahan terlebih dahulu.


3. Pernikahan yang bahagia, menempatkan "kita" sebelum "aku"


Setelah menikah, kita pun menjadi sebuah tim. Tujuan kita menjadi sama. Kita tidak saling bersaing, tetapi kita saling bekerja sama, saling mendukung, saling berkorban untuk satu sama lain, hingga bersama-sama merayakan keberhasilan.

Kalau kelak Mas Amay baca tulisan ini, mungkin Mas Amay bisa menangkap pengorbanan yang Mama maksud. Misalnya, ketika Mama memilih untuk jadi stay home mom, melepaskan mimpi Mama untuk jadi guru demi bisa menemani Mas Amay dan Dek Aga di rumah. Juga Papa, yang rela bekerja siang malam demi kita sekeluarga. Namun, Mas Amay dan Dek Aga harus tahu, meski ini disebut pengorbanan, tapi cintalah yang membuat Mama dan Papa melakukannya dengan penuh kebahagiaan.

Oya, meski kita adalah satu tim, tetapi kita tidak harus selalu sependapat. Mas Amay dan Dek Aga pasti ingat juga, Mama dan Papa pun pernah berantem, adu mulut, and so on. Namun, itu sama sekali bukan menjadi pertanda bahwa kita tidak lagi saling mencinta.

Laki-laki dan perempuan memang berbeda. Mau disetarakan bagaimana pun, nggak akan pernah bisa sama. Seperti di tubuh kita, ada tangan kanan, ada tangan kiri, bentuknya mungkin nyaris serupa, tetapi tangan kanan dan tangan kiri harus saling berseberangan untuk bisa menjalankan fungsinya bersama-sama.


4. Pernikahan adalah tentang memberi, bukan menuntut pemberian


Seperti penjelasan di atas, ketika kita sudah memutuskan untuk menikah, maka kita harus siap untuk saling membahagiakan satu sama lain. Kalau dibayangkan mungkin akan terasa sebagai beban, tapi, seorang pecinta, akan melakukan apapun untuk yang dicintainya. Ya, cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tindakan.

Jika suami dan istri sama-sama melakukannya, maka insya Allah, pernikahannya akan menjadi pernikahan yang bahagia.

You don't get married to make yourself happy, you get married to make someone else happy.

5. Pernikahan bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah permulaan


Ketika seseorang sudah memutuskan untuk menikah, maka kehidupannya pun berubah. Untuk seorang perempuan, pernikahan adalah momen ketika tanggung jawab sang ayah berpindah kepada laki-laki yang dipilihnya. Dalam Islam pun, setelah perempuan menikah, ridho Allah tergantung pada ridho suami terhadapnya.

Laki-laki pun demikian. Ketika memutuskan untuk menikah, maka kewajibannya pun bertambah. Itulah sebabnya, pernikahan bukanlah tujuan akhir, tetapi justru merupakan sebuah permulaan.

*

Wiiih, jadi panjang gini, yaa... Ini mau ngomong sama anak-anak tapi kok bahasanya berat bener? Eh, tapi jangan remehkan kemampuan anak, lho, karena anak adalah penyerap informasi yang hebat. Percakapan yang singkat, sederhana, dilakukan dari waktu ke waktu, akan membangun fondasi pengetahuan yang kuat. Seiring dengan pertambahan usia anak, tambahkan pula "dosis" informasinya.

Kalau kita ingin anak-anak kita terbuka tentang perasaannya, -mungkin ketika remaja nanti- tentang lawan jenis yang disukainya, maka kita perlu membiasakannya sejak sekarang. Jatuh cinta itu fitrah. Namun, bagaimana cara mengelola perasaan cinta, itu adalah bagian penting yang harus kita ajarkan.



Ditulis dengan Cinta, Mama


Read More

Waspadai, Ma! Inilah Macam-macam Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri

Thursday, May 28, 2020

Pembaca mamakepiting mungkin masih ingat kalau akhir tahun lalu, Mas Amay sempat terkena impetigo. Apa itu impetigo? Impetigo adalah infeksi kulit piogenik (menghasilkan nanah pada luka yang mengalami infeksi) yang disebabkan oleh bakteri. Hati-hati ya, Ma, karena penyakit ini biasa menyerang anak-anak.


Selain impetigo, ada banyak lagi penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang harus kita waspadai, di antaranya;

1. Tipes

Jangan bosan mengingatkan anak-anak untuk tidak jajan sembarangan, karena alih-alih bisa kenyang, justru penyakitlah yang datang. Tipes, salah satunya. Gejalanya bisa berupa demam tinggi, diare atau konstipasi, sakit kepala, dan sakit perut.

Penyakit tipes disebabkan oleh bakteri bernama Salmonella typhosa yang menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit ini rentan terjadi pada anak-anak karena selain kesadaran akan pentingnya kebersihan masih minim, juga karena sistem kekebalan tubuh pada anak-anak belum sempurna.

Salmonella typhosa
Salmonella typhosa, sumber: Outbreak News Today

Lihat bakterinya aja merinding gitu, kan, Ma? Udah deh, lebih baik dibilang cerewet, Ma, daripada anaknya kenapa-kenapa. Apalagi, penyakit tipes tidak bisa dianggap remeh juga. Bila tidak segera ditangani, Salmonella typhosa bisa menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Apabila bakteri sudah menyebar ke luar sistem pencernaan, bakteri berpotensi merusak organ dan jaringan dalam tubuh, dan bisa menyebabkan komplikasi serius.

Serem kan, Ma?

2. Diare

Penyakit ini termasuk sering dialami oleh anak-anak. Umumnya, penyebab diare adalah karena infeksi bakteri, virus atau parasit. Namun, diare juga bisa disebabkan karena alergi makanan, atau intoleransi terhadap laktosa dan fruktosa. 

Jangan sepelekan diare pada anak, Ma, karena diare dapat menyebabkan dehidrasi yang berujung pada kematian. Huhu, jadi teringat waktu Mas Amay umur 7 bulan dulu, dia sempat terserang diare dan harus dirawat di Rumah Sakit selama kurang lebih seminggu.

Tapi Mama bersyukur, Mama telah melakukan pilihan terbaik, karena tak lama setelah itu, anak tetangga Nin di Majalengka ada yang meninggal karena diare. Dan dia seumuran dengan Mas Amay. 😢


3. Meningitis bakterialis

Konon, penyakit inilah yang telah merenggut nyawa musisi kebanggaan Indonesia, Glenn Fredly, beberapa waktu lalu. Meningitis bakterialis adalah kondisi infeksi pada selaput yang melindungi otak dan saraf tulang belakang yang disebabkan oleh bakteri.


Ciri Meningitis
ciri penyakit meningitis, sumber: honestdocs

Mengutip dari honestdocs, ciri-ciri utama meningitis adalah sbb:
- Demam
- Sakit kepala berkepanjangan
- Leher kaku
- Bingung 
- Mual dan muntah 
- Sensitif terhadap cahaya 
- Pegal-pegal 
- Ruam kulit
- Pada anak, ia jadi susah makan, tak nyaman bila disentuh oleh orang lain, sering menangis, dan tak seaktif biasanya
- Menurunnya kemampuan bicara, mengingat, mendengar, serta melihat

Yang harus diwaspadai adalah, penyakit ini menular, dan penanganannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

4. TBC

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC dapat menular dengan mudah melalui sekresi batuk penderita yang menyebar di udara. Ketika bakteri di udara terhirup ke paru-paru orang lain, maka orang tersebut pun akan mudah terinfeksi dan menderita TBC. Inilah pentingnya penggunaan masker pada orang yang sakit.

5. Leptospirosis


Gejala Leptospirosis
Gejala penyakit Leptospirosis, sumber: www.kla.id

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira sp yang mengkontaminasi makanan atau minuman. Biasanya, hewan yang menjadi pembawa bakteri Leptospira adalah tikus dan anjing. Umumnya penyakit ini mewabah di area bekas banjir atau area kumuh yang banyak tikusnya.

Main hujan atau becek-becekan di genangan air memang menyenangkan. Namun, tak boleh lupa untuk selalu membersihkan badan dengan benar ya, Ma...


Sebenarnya masih ada banyak penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri, tetapi yang terpenting sekarang adalah upayakan untuk selalu menjaga kesehatan. Makan makanan yang menyehatkan, minum yang cukup, istirahat yang cukup, jangan lupa olahraga dan rajin cuci tangan. Ajak anak-anak untuk hidup sehat juga, ya, Ma! Salam Sehat! :)



Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

School From Home, Mas Amay Membuat Pisang Geprek

Saturday, March 21, 2020


Kehadiran virus corona memang membuat kita kewalahan ya, Ma ... Makhluk kecil yang tak terlihat itu sudah membuat kacau seisi dunia. Di satu sisi, bumi seolah sedang memulihkan dirinya dari segala efek buruk perilaku kita. Di sisi lain, kita belum siap menghadapi ini semua. 

Di Indonesia sendiri, per hari ini setidaknya ada 450 orang yang positif terinfeksi COVID-19. 38 di antaranya meninggal dan 20 orang sudah dinyatakan sembuh. Ini yang sudah diketahui atau terdeteksi, sedangkan kita tahu, ada banyak warga yang ngeyel alias tidak patuh terhadap perintah social distancing, dan hal ini bisa saja membuat jumlah sebenarnya lebih banyak.

Maka dari itu, Mama Kepiting sangat mendukung gerakan #dirumahaja untuk kita yang memang tidak perlu pergi ke mana-mana. Mama juga mendukung pemberlakuan #SchoolFromHome bagi anak-anak sekolah selama dua minggu ini, sebagai bentuk ikhtiar untuk menjaga kesehatan anak-anak kita.

Memang, social distancing bukanlah hal yang mudah dipahami oleh anak-anak. Adek Aga dari kemarin sudah mengeluh, tak sabar ingin sekolah dan bermain dengan teman-temannya. Mas Amay juga sama. Ia bahkan sempat merengek mengajak pergi berenang. Tentu permintaan mereka tidak bisa Mama penuhi mengingat kondisi saat ini.

Nah, untuk menghilangkan kebosanan, tadi pagi Mama mengajak anak-anak untuk membuat Pisang Geprek. Dinamakan Pisang Geprek karena setelah digoreng, pisangnya digeprek alias dipipihkan. Hihi... Mas Amay membantu Mama mengupas pisangnya, sekalian berlatih menggunakan pisau.


Setelah dikupas, pisang digoreng di atas teflon menggunakan margarin. Mas Amay juga membantu Mama menggorengnya. Awas, pakai api kecil saja supaya tidak cepat gosong. Jangan lupa juga untuk rajin membolak-balik pisangnya.

Mas Amay bilang, "Kalau tinggal satu (yang belum dibalik), pasti jadi lebih susah (membaliknya)."



Setelah semua pisang selesai digoreng, siapkan bahan-bahan untuk topingnya, yaa...

Kalau ayam geprek menggunakan sambal untuk topingnya, pisang geprek buatan kami menggunakan toping susu kental manis dan meses. Sebenarnya akan lebih lengkap jika ditambah parutan keju di atasnya, tapi karena sedang tidak ada stok, jadi kami pakai bahan yang ada di rumah saja.

Lihat, Adek Aga membuat Pisang Geprek spesial untuk dirinya sendiri. Yang membuatnya spesial adalah mesesnya yang berlimpah. Suka-suka dia pokoknya. 


Sudah selesai! Pisang Geprek siap dimakan. Alhamdulillah, anak-anak suka dengan makanan ini. Adek Aga bahkan langsung habis tiga biji. 😁


Gampang banget kan membuat Pisang Gepreknya? Selain caranya mudah, bahan-bahannya juga murah. Anak-anak juga mendapat porsi yang cukup banyak di kegiatan ini. Untuk Mama yang mungkin sudah dilanda stres dengan adanya School From Home, mungkin apa yang kami lakukan tadi bisa jadi ide untuk Mama di rumah. Selamat bersenang-senang dengan anak-anak, Ma! 😊


Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More