Showing posts with label parenting. Show all posts
Showing posts with label parenting. Show all posts

Seberapa Pentingkah Ilmu Parenting untuk Para Orang Tua?

Monday, January 9, 2023

 

Katanya, ilmu parenting hanya berlaku dan hanya bisa diterapkan oleh orang kaya saja. Benarkah demikian?

Faktanya memang banyak guyonan-guyonan parenting yang relate banget dengan kita, anak-anak produk keluarga dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Misalnya, ketika anak-anak berantem, bukannya dilerai atau dinasehati, eh malah disodori pisau sekalian. 🙈 Paham kok, bukan berarti orang tua bermaksud agar kita saling menyakiti dengan pisau itu, tapi yang orang tua kita lakukan itu semacam "ancaman halus" (atau bisa juga dibilang sindiran agar kita segera diam?). Nyatanya, yang orang tua kita lakukan itu memang efektif membuat kita berhenti bertengkar. Xixixi...

Contoh lain misalnya, ketika anak main lari-larian trus jatuh, bukannya langsung ditolong, malah dimarahi, "Baru juga dibilangin jangan lari-lari. Ngga dengerin sih, jatuh kan jadinya?" 

Oke, itu omelan versi panjang. 

Versi pendeknya, "Hmm, kaaaan... Kaaannn...." 😅

Baca : 12 Gaya Populer Kekeliruan dalam Komunikasi

Nah, hasil dari gaya parenting seperti itu ya kita-kita ini. Efek baiknya mungkin, kita jadi lebih peka membaca suasana hati orang lain? Efek buruknya, kita jadi gampang overthinking, takut melakukan sesuatu karena takut salah atau gagal.

Pentingnya Ilmu Parenting bagi Orang Tua

Lalu, benarkah ilmu parenting itu cuma bisa berhasil untuk golongan kaya saja?

Menurut saya sih belum tentu. Banyak kok di sekitar saya, keluarga yang secara ekonomi biasa-biasa saja, tetapi bisa menerapkan gaya pengasuhan yang baik pada anak-anaknya. Cuma ya, karena orang biasa, jadi tidak terekspos.

Trus kenapa bisa muncul statement seperti itu? Mmm, mungkin karena yang kita lihat adalah contoh-contoh di TV, seperti keluarga Mona Ratuliu, atau yang sekarang sering disorot adalah gaya pengasuhan Nikita Willy. Kita kan tidak tahu bagaimana keadaan keluarga orang kaya yang lainnya. 😁

Memang, keluarga dengan tingkat ekonomi sejahtera punya lebih banyak privileges, sehingga akan lebih mudah menerapkan ilmu parenting yang baik dan benar, dibandingkan dengan mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Beberapa privileges itu antara lain;

1. Bisa membayar jasa nanny, jadi ketika lelah mengasuh anak, ada nanny yang bisa menggantikan perannya. Bandingkan dengan orang biasa yang jangankan untuk membayar nanny, untuk membeli diapers saja mesti pintar-pintar atur gaji bulanan. Mereka ini (termasuk saya juga), mau ngga mau harus tetap mengasuh anak-anaknya, bagaimanapun lelah yang dirasa.

2. Orang kaya, ketika anak tidur bisa ikut tidur. Orang yang ekonominya pas-pasan, selagi meninabobokan anaknya, pikirannya sudah berencana mau pegang pel, cucian, setrikaan, atau yang mana dulu nih? 😂 Mereka ini (termasuk saya ding), boro-boro terpikir membayar jasa ART, wong untuk mengirim cucian ke binatu (laundry) supaya pekerjaannya lebih ringan saja masih mikir dua kali.

3. Orang kaya, ketika lelah secara mental saat mengurus anak-anak, bisa langsung pergi ke psikolog tanpa kuatir dengan biaya. Orang-orang kayak saya akan mencari tahu, apakah jasa psikolog bisa ditanggung BPJS? 🙊

4. Orang kaya lebih mudah mengakses ilmu parenting melalui buku-buku atau seminar-seminar parenting. Bagi orang biasa, buku-buku parenting dan seminar-seminar itu adalah sebuah kemewahan. Tak pernah terpikirkan, apalagi menjadi prioritas.

Dari poin-poin di atas bisa disimpulkan, orang-orang dengan keadaan ekonomi yang "mengkis-mengkis",  boro-boro terpikir untuk menerapkan ilmu parenting dengan baik dan benar, karena bisa tetap "waras" saja sudah syukur alhamdulillah. 

Baca: Ketika Saya Menjadi Seorang Ibu; Antara Ekspektasi dengan Realita

Tapi jangan sedih... Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat kita, juga dengan perkembangan teknologi yang memungkinkan kita untuk mengakses aneka informasi, kesadaran para orang tua mengenai pentingnya ilmu pengasuhan juga semakin meningkat.

Memang, seberapa penting sih ilmu parenting itu? 

Ilmu parenting perlu dipelajari bahkan sebelum anak-anak hadir di tengah-tengah kita. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan diri dalam menjalankan tugas sebagai orang tua.

Mengasuh anak adalah bagian dari ibadah. Dalam setiap ibadah yang kita lakukan, ilmu diperlukan sebagai penuntunnya. Kita mau memasak saja perlu ilmu agar masakannya bisa jadi enak. Bahannya apa saja, seberapa banyak takarannya, bagaimana langkah-langkahnya, dll. Maka, mengasuh anak juga perlu ilmu, agar anak-anak yang kita didik dan kita rawat bisa tumbuh menjadi seperti apa yang kita inginkan.

Ada satu buku parenting favorit saya, judulnya "Parenting With Heart" karya Elia Daryanti dan Anna Farida. Buku ini tidak menggurui, ditulis dengan bahasa yang mudah dicerna otak emak-emak, tetapi pilihan diksinya bisa menyentuh hingga relung kalbu. Saya biasa melipat halaman yang penting, tetapi membaca buku ini, rasanya semua halaman harus dilipat karena tak ada yang tidak penting.

Buku parenting paling asik


Jujur, saya langsung jatuh cinta pada buku ini, bahkan sejak halaman pertama. Saya kutipkan sedikit, ya...

Anak-anak datang dalam keadaan baik dan bersih
Nanti, jika saatnya tiba,
Bisakah aku mengembalikannya sebersih semula?
Sanggupkah dagu kita tegak di hadapan-Nya
Sambil berkata, "Wahai Tuhanku, telah kutunaikan tugasku
Telah kujalankan amanah-Mu."

Huwaaa... Pas baru baca pertama kali, saya langsung nangis dong. Huhu...

~

Saya yakin, tak ada orang tua yang dengan sengaja ingin menyakiti anaknya. Saya yakin, semua orang tua punya rasa sayang yang besar pada anak-anaknya. Hanya saja, keterbatasan wawasan, minimnya pengalaman, membuat banyak dari kita salah mengambil keputusan atau tindakan saat menghadapi perilaku anak-anaknya. Semoga, dengan semakin canggihnya teknologi, dengan semakin derasnya arus informasi, kita bisa memanfaatkannya untuk belajar lagi menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak kita.

Semoga generasi yang saat ini sedang kita asuh, rawat, dan besarkan, bisa tumbuh menjadi generasi yang tangguh, namun tetap dipenuhi dengan cinta dan kasih. Aamiin...



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Aja Dibanding-bandingke

Saturday, December 24, 2022

 

Setelah penyanyi cilik Farel Prayoga tampil di istana pada perayaan HUT RI 17 Agustus 2022 lalu, kita menjadi sangat familiar dengan kata "aja dibanding-bandingke" yang artinya jangan dibanding-bandingkan. Sebenarnya, kita sudah sering menemui ini di kehidupan sehari-hari, entah sebagai orang yang hobi membandingkan, atau malah jadi korban yang dibanding-bandingkan. Memang ya, membanding-bandingkan adalah sebuah kebiasaan turun-temurun, yang sudah mendarah daging. Padahal, membandingkan termasuk satu dari 12 gaya populer kekeliruan dalam komunikasi lho...

Saking sudah terlalu sering didengar dan dilakukan, kebiasaan membandingkan ini berkembang menjadi lelucon. Misalnya, ketika di media ditampilkan seorang siswa yang cerdas dan berprestasi, komentar-komentar warganet rata-rata begini; "Kasihan yang jadi tetangganya, pasti tertekan."

Kenapa sampai muncul komentar seperti itu, tentu ini adalah salah satu akibat dari seringnya kita membanding-bandingkan atau dibanding-bandingkan.

Nah, momen membanding-bandingkan dan dibanding-bandingkan ini mungkin akan semakin sering terdengar di akhir semester seperti sekarang ini. Betul atau betul? Hihi... Saat anak-anak sudah menerima rapor / laporan hasil belajar, berapa persen orang tua yang fokus dengan perkembangan anaknya tanpa tergoda untuk membandingkannya dengan anak lain?

Dampak suka membanding-bandingkan anak dengan anak lain

 

Semoga kita tidak termasuk orang tua yang hobi membanding-bandingkan pencapaian atau prestasi anak ya, Ma.. Karena, anak yang sering dibanding-bandingkan akan mudah mengalami stres. Mereka juga memiliki rasa percaya diri yang rendah dan cenderung tidak menghargai diri sendiri. 

Kebanyakan orang tua beralibi, tujuan membanding-bandingkan adalah agar anaknya termotivasi untuk bisa berprestasi seperti anak lain. Namun, alih-alih membuat anaknya termotivasi, anak yang dibanding-bandingkan malah bisa menjadi tidak bersemangat, karena ia menganggap upaya dan kerja kerasnya selama ini sia-sia belaka.

Dampak lainnya adalah, anak jadi sulit mengambil keputusan. Kenapa? Karena rasa tidak percaya diri itu tadi. Anak akan ragu untuk melangkah, karena takut berbuat salah.

Efek terburuknya adalah, anak jadi sulit percaya pada orang tuanya, bahkan membenci orang tuanya sendiri. Tentu kita tidak ingin ini terjadi kan, Ma? Na'udzubillah min dzalik.

Nah, Ma, mari mulai sekarang kita ubah kebiasaan buruk kita dengan tidak membanding-bandingkan lagi. Setiap anak itu unik. Mereka memiliki potensinya masing-masing. Agar anak bisa berprestasi dan tetap bahagia, yang perlu kita lakukan sebagai orang tua antara lain;

1. Dukung hobinya

Tidak semua anak harus pintar di bidang akademik. Kadangkala ada anak yang lebih menonjol di bidang seni atau olahraga. Jika itu terjadi pada anak kita, beri dukungan seluas-luasnya, Ma... Siapa tahu dari hobinya itu bisa membawa masa depan yang cerah.

2. Beri apresiasi pada kelebihannya

Pujian yang terlalu berlebihan memang bisa melenakan. Namun, anak tetap membutuhkan pujian agar api semangatnya tetap terjaga. Dengan pujian pula, kepercayaan diri anak bisa terbangun.

3. Bantu anak menghadapi kelemahannya

Suatu hari, Amay, sulung saya berkata, "Ma, kayaknya nilai SBdP Mas Amay jelek deh."

Untuk menenangkannya, saya pun berkata, "Ngga apa-apa, Mas Amay kan ngga harus bisa semuanya (maksudnya, ia tidak harus sempurna di semua bidang)." Saya paham, dia berkata seperti itu, artinya dia sudah benar-benar berusaha, tetapi kemampuannya memang terbatas. 

Kemudian, saya bertanya lagi, "Memang, Mas Amay ngga bisa di bagian mana?" Dengan bertanya seperti itu, saya ingin dia tahu bahwa Mamanya ada untuk membantunya. Kalaupun Mamanya ini tidak bisa membantunya, setidaknya dia tahu bahwa Mama peduli dengan kesulitan yang ia hadapi.

~

Memang susah mengubah suatu kebiasaan ya, Ma... Salah satu tips yang mungkin bisa kita coba agar tidak lagi terbiasa membanding-bandingkan adalah dengan membayangkan jika itu terjadi pada diri kita sendiri. Tentu kita tahu bahwa dibanding-bandingkan adalah hal yang sangat tidak mengenakkan, maka sebisa mungkin, mari kita berusaha agar anak kita tidak merasakannya.



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Kiat Mencetak Anak yang Sholih dan Sholihah

Sunday, December 18, 2022

 

Minggu lalu saya menulis tentang kiat menghadapi anak yang hobi berkata kasar. Bukan tanpa tujuan saya menuliskan ini, karena sejujurnya saya cukup prihatin dengan kondisi anak-anak zaman sekarang yang begitu mudah mengucapkan kata-kata kotor. Iya, memang, sebagian besar terjadi karena pengaruh internet, khususnya setelah munculnya beragam social media. Namun begitu, mestinya kita sebagai orang tua juga membekali anak-anak dengan sopan santun dan tata krama baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Mendidik anak agar bisa menjadi sholih dan sholihah memang tidak mudah. Apalagi dengan kemudahan mengakses dunia luar seperti sekarang, tantangan kita sebagai orang tua tentu semakin besar. Untuk itu, mari kita bangun pondasinya sejak awal, yakni dengan membiasakan diri berperilaku baik. Bukankah teladan adalah metode pendidikan terbaik?

Omong-omong soal kiat mencetak anak yang sholih dan sholihah, saya baru saja membaca buku karya Syekh Ali Jaber yang berjudul "Amalan Ringan Paling Menakjubkan - 20 Kiat Menuju Kebahagiaan Hidup". Ada beberapa nasihat yang beliau tuliskan untuk kita para orang tua, agar anak-anak kita tumbuh menjadi anak-anak yang sholih / sholihah.

 1. Menjadi contoh yang baik 

Fudhail bin Iyadh berkata, ketika melihat perubahan akhlak pada istri dan anaknya, beliau langsung berkaca diri. Dosa apa yang telah beliau lakukan, sehingga istri dan anaknya berubah? Artinya, ketika kita mengharapkan keturunan kita menjadi sholih / sholihah, kita harus kembalikan pada diri sendiri. Apakah kita telah menjadi contoh yang sholih / sholihah juga?

Satu hal yang jadi catatan saya; Kesholihan orang tua, dapat menjamin keberkahan anak keturunan kita bahkan sampai tujuh turunan. Orang tua yang sholih, orang tua yang Mukmin, juga akan membawa keluarganya untuk mendapatkan ridho dan surga-Nya Allah.

Masya Allah.

 2. Berdoa, bahkan sejak suami istri melakukan hubungan badan 

Islam memang luar biasa. Bahkan untuk berhubungan suami istri saja kita dianjurkan untuk berdoa. Jangan sampai tidak berdoa ya, Ma, karena hampir setiap ibadah yang kita lakukan memang rawan dicampuri syaithan.

Makanya, doa sebelum berhubungan suami istri mengandung permintaan agar dijauhkan dari setan, dan agar setan tidak mengganggu apa yang direzekikan pada kita (dalam hal ini adalah anak).


Doa sebelum berhubungan suami istri

 3. Menjaga ucapan 

Kadang-kadang, kita ingin mengucapkan kata-kata yang tidak pantas saat kita marah atau kesal. Namun, Ma, kata-kata yang buruk itu akan menanamkan titik hitam di hati anak-anak kita. Karena, mengutip pesan Syekh Ali Jaber, proses perubahan jiwa anak itu dimulai dari kata-kata orang tua. 😥

Jadi, Ma, mulai sekarang, mari kita perhatikan kata-kata kita, karena kata-kata bisa berubah menjadi doa. Apalagi, kata Rasulullah SAW, ada 3 doa yang tidak ditolak, yakni:

  • Doa seorang musafir yang melakukan perjalanan jauh
  • Doa orang yang didzolimi. Termasuk di dalamnya orang-orang yang diambil hartanya, yang difitnah, yang dicuri haknya.
  • Doa orang tua pada anaknya

Mungkin Mama pernah mendengar kisah Syeikh Abdurrahman as-Sudais? Diceritakan bahwa waktu beliau kecil, orang tuanya akan kedatangan tamu agung. Sang bunda memasak aneka makanan untuk menyambut tamu tersebut. Namun, as-Sudais kecil yang sedang bermain tanah, menyebarkan tanah ke makanan tersebut. Sang bunda pun marah, tetapi dengan kata-kata yang tetap mengandung doa, "Jadilah kamu Imam di Masjidil Haram!" 

Kata-kata (doa) Sang Ibunda pun diijabah oleh Allah SWT. Jadi, Ma, yuk, daripada marah-marah dan mengumpat tanpa ada gunanya, lebih baik kita ganti dengan doa-doa baik untuk anak-anak kita. 

 4. Sedekah 

Kiat terakhir yang dipesankan oleh Syekh Ali Jaber agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholih / sholihah adalah dengan rajin bersedekah. Sedekah adalah salah satu langkah agar selesai segala permasalahan kita, termasuk jika kita memiliki masalah dengan anak-anak kita. Saat bersedekah, niatkan sedekah itu agar anak-anak kita tumbuh menjadi anak-anak yang sholih / sholihah, yang diridhoi oleh Allah SWT, yang bisa menjaga nama baik keluarga, juga bahagia dan selamat dunia dan akhiratnya.

~

Nah, Ma, itulah 4 nasihat yang dipesankan Syekh Ali Jaber dalam buku "Amalan Ringan Paling Menakjubkan" agar anak-anak kita bisa tumbuh menjadi anak yang sholih / sholihah. Mari kita sama-sama berdoa agar generasi penerus di masa mendatang adalah anak-anak yang sholih / sholihah, yang cerdas, santun dan berakhlak mulia. Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Ketika Anak Berbicara Kasar

Sunday, December 11, 2022


Saat Hari Guru Nasional beberapa waktu lalu, di instagram melintas sebuah video yang dibuat oleh seorang guru muda dari Boyolali. Di dalam video tersebut, beliau menyampaikan pada anak didiknya, bahwa ada hal yang sebenarnya masih membuat bapak / ibu guru merasa sedih, yaitu ketika anak-anak masih berbicara kasar / tidak sopan. Video itu langsung Mama tunjukkan ke Mas Amay dan Dek Aga, dan Mama katakan bahwa ternyata tidak hanya orang tua saja yang merasa sedih saat anaknya berbicara kasar, bapak / ibu guru juga.

Issue ini sebenarnya sudah menjadi bahasan di rumah kami sejak dua tahunan yang lalu. Alhamdulillah, baik Mas Amay maupun Adek Aga tidak ada yang hobi mengeluarkan kalimat kotor. Namun, sebagai ibu, Mama harus mencegah itu terjadi, apalagi ketika Mama lihat beberapa teman mereka hobi banget bicara kasar.

Penyebab anak suka bicara kasar

 

Apa Penyebab Anak Hobi Berkata Kasar?

Nah, ketika Mama perhatikan, anak-anak yang hobi bicara kasar biasanya memang tumbuh dari keluarga yang kurang sehat. Entah itu dari sisi finansialnya, pendidikan orang tuanya, maupun dari hubungan antar keluarganya. Memang, tidak semua anak dari keluarga kurang mampu atau berpendidikan rendah akan tumbuh menjadi anak yang liar, karena sering juga saya mendapati anak-anak dengan latar belakang seperti ini tetap bisa tumbuh menjadi anak yang santun dan berakhlak mulia. Namun biasanya, jika anak tumbuh di keluarga yang abai, yang sering bertengkar, apalagi orang tuanya juga sering berbicara kasar, tentu peluang menumbuhkan anak yang santun akan semakin kecil.

Jadi bisa disimpulkan, faktor keluarga memang menjadi faktor utama, mengapa anak-anak hobi berbicara kasar. Faktor lainnya yang juga bisa menjadi penyebab anak hobi ngomong kasar antara lain:

  • Pengaruh tontonan
  • Ingin menunjukkan keberanian atau ingin dianggap keren
  • Ingin diterima dalam pergaulan

Cara Mengatasi Anak yang Suka Berkata Kasar

Lalu, jika anak kedapatan berbicara kasar, apa yang harus dilakukan orang tua?

1. Tetap tenang dan berikan pemahaman bahwa kata-kata yang ia ucapkan itu bukanlah kata-kata yang baik. 

Kadang-kadang, anak tidak paham bahwa kata yang diucapkannya adalah kata yang tidak sopan. Jadi, ia hanya meniru apa yang didengarnya. Untuk itu, sering-seringlah ajak anak berbicara. Jika anak sudah tahu tetapi masih melakukannya, beri pemahaman kenapa sih kita tidak boleh berbicara kasar, dan apa akibatnya jika kita hobi berbicara kasar. 

Kepada Mas Amay dan Adek Aga, saya juga menyampaikan bahwa dalam Islam, ada larangan berkata kasar / kotor. Jadi, anak-anak akan paham bahwa ketika mereka berbicara kasar / kotor, artinya mereka melanggar aturan agama.

Berkatalah yang baik atau diam

2. Berikan Contoh yang Baik

Anak adalah peniru ulung. Siapa yang ditirunya? Tentu orang-orang terdekatnya. Untuk itu, tetap berikan contoh yang baik ya, Ma. Insya Allah, meski di luaran sana banyak pengaruh untuk berkata kasar, tetapi jika di dalam rumah dibiasakan berkata yang santun, anak-anak akan punya habit yang baik juga. Jangan lupa, ajarkan anak-anak untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.

3. Batasi Penggunaan Gadget

Kita tentu tidak bisa menafikan kebutuhan akan gadget, terlebih setelah pandemi kemarin anak-anak mesti belajar daring. Namun, kontrol orang tua tetap sangat diperlukan di sini. Kadang, sudah difilter pun, kita masih kecolongan ya, Ma... Artinya, anak-anak tetap butuh pendampingan. Jika kemudian terdengar bahasa-bahasa yang kasar atau kotor, kita perlu sisipkan nasihat bahwa kata-kata seperti itu bukan kata-kata yang baik. 

4. Berikan Hukuman

Kadang Mama Kepiting suka gemes ketika ada orang tua yang sudah tahu anaknya suka berbicara kasar, tapi masih dibiarkan. Bahkan ada yang berdalih, ketika anak berani bicara kasar, artinya dia sudah menemukan lingkungan pertemanan yang nyaman. Wadaw... 

Mama Kepiting sih, kembali ke aturan agama aja ya, Ma... Hadits-nya ada. Kalau kita ingin menjadi hamba-Nya yang baik, tentu kita akan berpegang pada Al-Qur'an dan Al-hadits, bukan? Jadi, ketika anak-anak bicara kasar, Mama setuju dengan pemberian hukuman, misalnya dengan menyita handphone untuk sementara waktu, dll. Dengan pemberian hukuman ini, harapannya anak-anak sadar bahwa perbuatannya memang salah, dan paham bahwa orang tuanya sangat serius dengan persoalan ini.

5. Berikan Apresiasi

Ketika ada punishment, jangan hilangkan reward-nya, Ma... Saat anak-anak berhasil terlepas dari kebiasaan berkata kasar, berikan apresiasi pada mereka. Anak harus tahu perbedaan sikap orang tua saat ia berbuat baik dengan saat ia berbuat kurang baik. Allah saja tak hanya memperhitungkan dosa, tetapi juga memperhitungkan pahala dari setiap perbuatan baik kita. Ya kan?

Nah, Ma, itulah sedikit pendapat Mama Kepiting tentang anak-anak yang hobi berbicara kasar. Semoga anak-anak kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Semoga anak-anak Indonesia tumbuh menjadi anak yang santun dan berakhlak mulia ya, Ma... Aamiin aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin...


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Egg Chicken Roll, Menu a la HokBen untuk Bekal Sekolah

Saturday, December 3, 2022

 

"Mas Amay pengen bawa bekal, Ma. Soalnya Mas Amay bosen jajan di kantin." Pinta Si Sulung beberapa waktu lalu. Sebenarnya, di sekolah sudah disediakan catering, tetapi anak ini memang lagi "semega", kalau kata orang Jawa. Artinya, nafsu makannya sedang sangat baik, sampai-sampai diibaratkan bisa menghabiskan sega (nasi, pen). Mama sendiri tidak bisa memastikan penyebabnya. Namun memang, meningkatnya nafsu makan ini terjadi setelah anak-anak mengonsumsi suplemen Interlac + Vit D3 yang salah satu manfaatnya adalah untuk menjaga kesehatan saluran cerna.

Kembali ke bekal makan tadi, Mama langsung mencari ide di Instagram. Ada beberapa resep yang Mama simpan, tapi semuanya belum Mama eksekusi. Wkwkwk... Kenapa? Karena Mama langsung keidean untuk membuat Egg Chicken Roll. 

Mama pernah membuat Egg Chicken Roll ini sebelumnya dan semua menyukainya. Menu ini juga praktis karena stoknya bisa disimpan di freezer, dan kita bisa langsung menggorengnya untuk bekal. Oiya, Egg Chicken Roll juga bisa jadi salah satu ide stok menu untuk sahur, Ma...

Menu bekal sekolah yang simpel, Egg Chicken Roll

 

Cara membuat Egg Chicken Roll ini juga mudah. Saya membuatnya dengan modifikasi resep dari Chef Devina.

Bahan yang diperlukan:

  1. Paha ayam fillet (saya pakai 500gr)
  2. 5 siung bawang putih
  3. Bawang merah goreng secukupnya
  4. 2 sdm tepung maizena 
  5. 1 butir putih telur
  6. 2 sdm minyak goreng (di resep Chef Devina memakai minyak wijen)
  7. 1,5 sdt garam
  8. 1,5 sdm gula pasir
  9. Kaldu bubuk sesuai selera
  10. 1/2 sdt merica
  11. 1-2 lembar roti tawar (opsional)

    Catatan:
    1. Di resep Chef Devina ada tambahan bubuk pala atau bubuk ngohiong, tetapi karena saya tidak punya, jadi saya skip.
    2. Saat menggiling adonan, tambahkan es batu agar adonan tidak panas.

Bahan kulit risoles:

  1. 2 butir telur (bisa ditambahkan kuning telur sisa isian ayam tadi)
  2. 80gr tepung terigu (saya pakai sekitar 5 sdm)
  3. 40gr tepung maizena (saya pakai sekitar 2,5 sdm)
  4. 250 ml air
  5. 2 sdm minyak goreng
  6. 3/4 sdt garam
  7. 1/2 sdt kaldu bubuk

Langkah membuat Egg Chicken Roll:

* Buat kulitnya terlebih dahulu:

  1. Campurkan semua bahan (tepung terigu, maizena, telur, garam, kaldu bubuk, air, dan minyak goreng), aduk rata. Gunakan whisk agar adonan tidak menggumpal. 
  2. Panaskan wajan dengan api kecil, tuang adonan kulit sambil diratakan, masak hingga matang lalu sisihkan.

* Buat isiannya:

  1. Giling ayam bersama dengan garam, kaldu bubuk, dan gula pasir
  2. Masukkan bawang putih (saya haluskan dengan parutan keju), bawang goreng, merica, minyak goreng, dan es batu
  3. Masukkan putih telur dan maizena, haluskan hingga tercampur rata
  4. Kalau Mama suka memakai roti tawar, potong-potong roti tawar, campurkan dengan air, lalu masukkan ke dalam blender
  5. Isian Egg Chicken Roll sudah jadi. Mama bisa goreng sedikit adonan untuk koreksi rasa.

Egg Chicken Roll, menu praktis untuk bekal anak sekolah

* Buat Gulungan Egg Chicken Roll

  1. Siapkan kulit risoles yang tadi kita buat, isi dengan adonan ayam, lipat
  2. Jangan lupa, oles ujung kulit dengan larutan tepung agar lipatan tidak mudah terbuka
  3. Kukus Egg Chicken Roll selama 20 menit, tiriskan, lalu potong sesuai selera

* Panaskan minyak, goreng Egg Chicken Roll hingga kuning keemasan

* Egg Chicken Roll sudah siap dinikmati

Lauk frozen homemade untuk bekal sekolah anak SD


Kalau Mama ingin menyetok Egg Chicken Roll, bungkus dengan plastik gulungan Egg Chicken Roll yang belum dikukus. Simpan ke dalam wadah, lalu masukkan ke dalam freezer. Saat ingin menggoreng, cukup iris-iris saja tanpa perlu mengukusnya. 

Tujuan dari mengukus di sini tadi adalah supaya adonan lebih padat dan mudah untuk diiris. Ketika disimpan di freezer, adonan akan membeku, sehingga mudah untuk diiris.

Nah, Ma, itulah resep membuat Egg Chicken Roll a la HokBen, yang bisa dijadikan ide menu untuk bekal sekolah anak-anak. Egg Chicken Roll juga bisa dijadikan ide menu untuk stok saat sahur, supaya anak-anak lebih semangat dalam berpuasa. Happy Cooking, Ma! 😊

 

 

Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Rangkuman Materi Al Islam Kelas 2 Semester 1 SD Muhammadiyah

Saturday, November 26, 2022

 

Pekan ini Penilaian Akhir Semester (PAS) di sekolah Mas Amay dan Adek Aga sudah dimulai. Seperti biasa, ketika masa ujian datang, Mama Kepiting sebisa mungkin akan mendampingi mereka belajar. Bagaimana cara Mama mengajari anak SD belajar di rumah? Biasanya, Mama akan membuat rangkuman materi tiap bab, kemudian menjelaskan materi tersebut, lalu memberi tebak-tebakan atau latihan soal. 

Karena Mas Amay sudah kelas 6 SD dan sudah bisa belajar sendiri, jadi Mama hanya mengawasi saja. Sesekali Mama turun tangan jika Mas Amay menemukan kesulitan. Alhamdulillah, jadi Mama bisa fokus mengajari Adek Aga yang masih kelas 2 SD.

Kebetulan, anak-anak sekolah di sekolah Muhammadiyah, jadi pelajaran agamanya ada beberapa macam. Dari Hijaiyah, Al Islam, Bahasa Arab, juga Kemuhammadiyahan.

Nah, hari ini Mama Kepiting akan menuliskan rangkuman yang sudah Mama buat. Materi kali ini adalah materi Al Islam semester 1 untuk kelas 2 SD.

BAB I. Huruf Hijaiyah Bersambung


Sejujurnya, Mama Kepiting sempat heran mengapa ada materi ini di Al Islam. Bukankah sudah ada pelajaran Hijaiyah? Hehe... Tapi ngga apa-apa, sesuatu kalau semakin sering dibahas di mana-mana, insya Allah akan semakin diingat. Ya kan? 

Nah, di semester 1 ini, anak-anak akan belajar tentang kaidah menyambung huruf hijaiyah. Ternyata, tidak semua huruf hijaiyah bisa disambung dengan huruf sesudahnya lho... Ada 6 huruf yang tidak bisa disambung dengan huruf sesudahnya, yaitu: alif, dal, dzal, ro, zay, dan wawu.

Mengapa keenam huruf di atas tidak bisa disambung dengan huruf setelahnya? Karena jika dipaksa untuk disambung, huruf-huruf tersebut tidak akan bisa dibaca, atau bahkan berubah menjadi huruf lain. Huruf alif misalnya, jika penulisannya disambung dengan huruf sesudahnya, ia akan berumah menjadi lam.

Ngga percaya? Coba deh teman-teman coba tulis dan dibuktikan sendiri. :)

6 huruf hijaiyah yang tidak bisa disambung dengan huruf sesudahnya

BAB II. Asmaul Husna (As-Salam, Al-Mukmin, Al-Muhaimin, dan Al-'Aziz)


Asmaul Husna adalah nama-nama yang baik bagi Allah SWT. Jumlahnya ada 99, dan kita bisa menemukannya dalam Al-Qur'an.

Jika di kelas 1 dulu kita mempelajari nama-nama Allah seperti Ar-Rahman, Ar-Rahiim, Al-Malik dan Al-Quddus, di kelas 2 ini kita akan mendalami makna empat asmaul husna berikutnya, yakni As-Salam, Al-Mukmin, Al-Muhaimin, dan Al 'Aziz.  

1. As-Salam

As-Salam artinya Yang Maha Sejahtera atau Yang Maha Selamat. Saat kita mengucapkan salam pada orang lain, itu artinya kita sedang mendoakan keselamatan baginya. Untuk itu, saat bertemu teman atau saudara, sebaiknya kita saling mengucapkan salam.

Asmaul Husna As-Salam

2. Al-Mukmin

Al-Mukmin artinya Yang Maha Memberi Keamanan. Saat kita merasa takut, ingatlah selalu bahwa Allah akan menjaga kita dan memberi kita rasa aman. Nah, kita pun harus meneladani Allah SWT sebagai Al-Mukmin, yakni dengan senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan tingkah laku, agar tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Jangan sampai, orang lain merasa tidak aman apabila bertemu dengan kita. :)

Allah Al-Mukmin

3. Al-Muhaimin

Al-Muhaimin artinya Yang Maha Memelihara. Allah menjaga, melindungi, dan memelihara seluruh alam semesta ini. Untuk itu, kita juga harus menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar kita.

Al-Muhaimin artinya

4. Al-'Aziz

Al-'Aziz artinya Yang Maha Perkasa. Bukti dari kemahaperkasaannya Allah adalah, Allah mampu menciptakan dan menguasai seluruh alam semesta ini tanpa bantuan dari siapapun. Maka, kita tidak boleh sombong dengan kekuatan kita, karena apa yang kita miliki tidak aada apa-apanya dibanding dengan milik Allah SWT.

Al-'Aziz artinya

BAB III. Akhlak Terpuji


Akhlak disebut juga perilaku. Akhlak terpuji berarti perilaku yang baik. Anak yang memiliki akhlak terpuji, biasanya tahu adab. Apa itu adab? Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun, yang didasarkan pada aturan agama. 

Adab sangat penting dalam kehidupan manusia. Ini untuk menjaga kita dari kemungkinan melakukan perbuatan tercela. Nah, kali ini kita akan belajar tentang adab makan & minum, adab tidur, dan adab bertetangga. 

1. Adab Makan dan Minum

Makan dan minum adalah kebutuhan kita sehari-hari. Namun, makan dan minum harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar agar kita tetap sehat dan disayang oleh Allah SWT. Semua aturan makan dan minum itu disebut juga adab. Nah, berikut ini adalah adab makan dan minum yang harus kita ketahui dan kita amalkan:

  1. Berdo'a sebelum dan sesudah makan dan minum
  2. Menggunakan tangan kanan saat makan atau minum
  3. Makan dan minum sambil duduk
  4. Makan dan minum secukupnya
  5. Tidak mencela makanan atau minuman

adab makan dan minum

2. Adab Tidur 

Tidur adalah salah satu kebutuhan manusia. Tidur pun harus dilakukan sesuai dengan adab, agar tidak hanya menghilangkan rasa lelah, tapi juga mendatangkan pahala. Adab tidur yang mesti kita terapkan antara lain:

  1. Berwudhu / mencuci tangan dan kaki
  2. Membersihkan tempat tidur
  3. Berbaring menghadap ke sebelah kanan
  4. Berdo'a sebelum tidur
  5. Berdo'a saat bangun tidur

Adab tidur

3. Adab Terhadap Tetangga

Tetangga adalah orang yang tempat tinggalnya dekat dengan kita. Islam mengajarkan kita untuk berbuat baik pada tetangga. Berikut ini adalah adab terhadap tetangga yang harus kita amalkan agar tercipta kehidupan bertetangga yang rukun dan damai:

  1. Mengucap salam ketika bertemu
  2. Membantu tetangga yang kesulitan
  3. Menjenguk tetangga yang sakit
  4. Tidak menceritakan kejelekan tetangga
  5. Saling berbagi makanan

Adab bertetangga


BAB V. Keteladanan Nabi Hud a.s., Nabi Sholeh a.s., dan Nabi Ibrahim a.s.

Kita langsung lompat ke bab 5 ya, karena bab 4 membahas tentang tata cara shalat. Bukannya tidak penting, tetapi bacaan shalat antara satu dengan yang lain terkadang berbeda. :)

Jadi, kita langsung ke teladan para nabi, ya...

1. Nabi Hud a.s.

Nabi Hud a.s. adalah putra dari Shalikh bin Arfakhasayadz. Nabi Hud a.s. masih keturunan dari Nabi Nuh a.s. 

Nabi Hud a.s. diutus untuk berdakwah di kaum 'Aad. Kaum 'Aad memiliki keahlian membuat bangunan yang tinggi. Mereka menyembah berhala. Mereka tidak mau beriman kepada Allah SWT. Akibatnya, Allah membinasakan mereka dengan mengirimkan angin yang sangat kencang selama berhari-hari.

tentang Nabi Hud a.s.

2. Nabi Sholeh a.s.

Nabi Sholeh a.s. adalah putra dari 'Ubaid bin Masih. Sama seperti Nabi Hud a.s., Nabi Sholeh a.s. juga masih keturunan dari Nabi Nuh a.s.

Nabi Sholeh a.s. diutus untuk berdakwah di kaum Tsamud. Nabi Sholeh a.s. diberi mukjizat oleh Allah SWT dapat mengeluarkan unta betina dari sebuah batu. Meski sudah melihat mukjizat tersebut, Kaum Tsamud tetap durhakan kepada Allah SWT. Mereka tetap menyembah pada berhala. Akhirnya, Allah SWT menghukum mereka dengan mengeluarkan suara yang sangat keras dari langit ditambah dengan gempa bumi yang dahsyat. Kaum Tsamud pun hancur dan binasa.

tentang Nabi Sholeh a.s.

3. Nabi Ibrahim a.s.

Nabi Ibrahim tinggal di Huran. Masyarakat Huran menyembah bintang-bintang dan berhala. Ayah Nabi Ibrahim bernama Azar. Beliau juga menyembah bintang-bintang dan berhala dan menolak ajakan Nabi Ibrahim untuk menyembah Allah SWT.

Suatu hari Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala itu, hingga membuat masyarakat Huran marah. Mereka pun ingin membakar Nabi Ibrahim a.s., tetapi Allah memberikan mukjizatnya dengan menjadikan api tersebut terasa dingin.

tentang Nabi Ibrahim a.s.

~

Itulah rangkuman materi Al Islam kelas 2 semester 1 SD Muhammadiyah. Di sini kita telah belajar tentang huruf hijaiyah yang tidak bisa disambung dengan huruf setelahnya, makna asmaul husna, adab makan dan minum, adab tidur, adab bertetangga, juga perjuangan dakwah Nabi Hud a.s., dakwah dan mukjizat Nabi Sholeh a.s., serta perjuangan dakwah dan mukjizat Nabi Ibrahim a.s. Semoga rangkuman ini bermanfaat untuk Mama dan anak-anak, yaa...



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Membuat Es Lumut Bersama Anak (Bonus Ide-ide Wirausaha)

Saturday, November 5, 2022

 

Memasak adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk menguatkan bonding antara ibu dengan anak yang sudah beranjak gede. Kegiatan ini juga bisa jadi sarana untuk anak belajar bagaimana bekerja sama dalam tim. Anak jadi belajar untuk mendengarkan dan didengarkan, juga memimpin dan dipimpin.

Dulu saat pandemi dan semua anak #BelajarDariRumah saya sering memasak bersama anak-anak. Biasanya kami membuat cemilan bersama-sama, untuk dinikmati bersama-sama pula. Kegiatan ini sangat seru, meski agak riweuh. Hihi...

Baca: School From Home, Mas Amay Membuat Pisang Geprek

Kegiatan yang bisa menguatkan bonding dengan anak
 

Nah, sekarang, setelah anak-anak kembali sekolah offline, kegiatan ini jadi semakin jarang kami lakukan, karena anak-anak sekolah sampai sore. Di hari Sabtu / Minggu, anak-anak masih ada kegiatan ekstrakurikuler, dan terkadang kami ada acara ke luar kota juga. 

Namun, alhamdulillah, hari ini kami bisa memasak bersama lagi. Masaknya yang simpel, tapi anak-anak suka. Mumpung hari ini cukup panas, jadi kami memutuskan untuk membuat Es Lumut.

Bahan-bahan untuk Membuat Es Lumut

Bahannya gampang, bisa didapatkan di minimarket terdekat. Apa saja bahan untuk membuat es lumut?

  • Nutrijel kelapa
  • Susu evaporasi
  • SKM
  • Pasta strawberry
  • Satu lagi, es batu

bahan membuat es lumut

Langkah membuat Es Lumut:

1. Masak nutrijel, beri 1 sdt pasta strawberry

2. Setelah mendidih, masukkan jelly ke dalam es batu sambil terus diaduk. Ini akan membuat jelly hancur, dan saat diminum terasa seperti "lumut". 

3. Tambahkan susu evaporasi dan SKM sesuai selera

4. Selesai

Catatan: Video pembuatannya sudah saya unggah di isntagram @arinta.adiningtyas

Ide jualan di bulan ramadhan

Es lumut ini bisa jadi ide untuk kegiatan wirausaha anak-anak di sekolah atau jadi ide jualan untuk bulan ramadhan nanti. 

Oiya, omong-omong soal kegiatan wirausaha (market day), beberapa hari lalu Mas Amay dan teman-teman sekelasnya juga belajar berwirausaha. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok itu diminta untuk membuat satu produk makanan, lalu menjualnya di sekolah. 

Nah, kelompok Mas Amay yang beranggotakan 5 orang anak, membuat martabak mini. Dengan modal sekitar 18 ribu rupiah, martabak mini yang dihasilkan adalah sebanyak 22 pcs. Martabak mini itu dijual Rp 1.500,- per piece. Jadi, keuntungan yang didapat adalah Rp 15.000,00. Dari keuntungan ini, anak-anak mendapatkan masing-masing sebesar Rp 3.000,00. Alhamdulillah.

kegiatan wirausaha di sekolah

Kegiatan wirausaha ini sangat seru, dan kata Bu Guru, alhamdulillah semuda dagangan habis dalam waktu kurang dari 30 menit. 😍

Nah, selain membuat es lumut dan martabak mini, ada beberapa makanan lain yang bisa dijual saat kegiatan wirausaha anak-anak di sekolah. Misalnya, risoles mayones, pisang karamel, brownies, jus, dll.

Ide makanan untuk dijual saat kegiatan wirausaha

Ide jualan untuk anak-anak


Nah, Ma, kalau ada waktu luang, kita masak dengan anak-anak, yuk! Dengan kegiatan sederhana ini, kita bisa menguatkan bonding dengan anak, anak bisa belajar bekerja sama, dan selain itu kita bisa jadikan masakan itu sebagai ide berwirausaha. Selamat memasak bareng anak! 😊



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Langkah Membangun Bonding dengan Anak yang Sudah Beranjak Gede

Saturday, October 29, 2022

 

Mama yang memiliki ABG, tentu paham ya, betapa mendampingi anak yang sudah beranjak gede itu cukup challenging. Di usia ini, anak-anak sudah mulai merasa ngga terlalu membutuhkan orang tua. Sulung saya, jangankan diajak berfoto bersama, diajak jalan-jalan aja mager (males gerak, pen). Maunya menyendiri.

Nah, minggu lalu, kami sekeluarga pergi ke Jogja karena ada beberapa acara keluarga. Kami menginap di rumah salah satu sahabat di Jogja bagian atas. Karena momennya sangat santai, maka hari itu saya jadikan sebagai waktu untuk memperkuat bonding dengan anak-anak, terutama dengan si sulung yang sudah menginjak usia pra remaja. 

Meski sebenarnya membangun bonding dengan anak tidak perlu menunggu waktu liburan, tetapi karena di hari biasa kami berkutat dengan kesibukan masing-masing, jadi waktu liburan ini menjadi sangat berharga. Kami berjalan-jalan santai ke sungai, bahkan sempat membuat reels instagram bersama. Seru!


Video reels di atas juga bisa dilihat di instagram saya: @arinta.adiningtyas

Pertanyaannya, kok tumben Mas Amay mau ya? Hihi, iya, alhamdulillah banget dia mau. Mungkin karena lagu dan filternya juga lucu. Oiya, untuk filter ini, saya persilakan Mas Amay untuk memilih sendiri yang mana yang dia suka. Mama ngikut aja, walaupun agak geli juga. Haha...

Oiya, sebenarnya bonding antara orang tua dengan anak itu, maksudnya bagaimana sih?

Bonding adalah sebuah ikatan emosional yang terjadi antara orang tua dengan anak. Hubungan ini tercipta melalui pola pengasuhan yang membangun ikatan antara satu dengan yang lain.

Manfaat bonding ini banyak sekali loh. Bahkan, tidak hanya mempengaruhi kecerdasan anak, tapi bonding dengan anak juga berpengaruh pada kesehatan fisik dan mentalnya. Beberapa manfaat bonding dengan anak, antara lain:

1. Bisa meningkatkan imunitas

Bagaimana ikatan emosional antara orang tua dengan anak bisa meningkatkan imunitas? Jadi, menurut penelitian, anak yang merasa secure (merasa aman) terhadap orang tuanya, cenderung memiliki kesehatan mental yang baik. 

Bagaimana kondisi dan suasana hati kita, ternyata berpengaruh pada fisiologi sistem saraf dan kekebalan. Tidak perlu jauh-jauh, kita lihat saja pada diri sendiri. Saat mengalami stres, biasanya imunitas menurun, penyakit juga akan lebih mudah datang. 

Nah, pada anak-anak pun begitu. Anak yang merasa aman, nyaman di dekat orang tuanya, mendapat dukungan penuh dari keluarga, merasa diakui keberadaannya, akan tumbuh dengan perasaan bahagia, dan dengan begitu, kondisi imun tubuhnya pun akan lebih baik. 

2. Anak akan lebih pandai mengatasi masalah

Anak yang secure terhadap orang tuanya, akan memiliki kepercayaan diri karena paham value dirinya. Hal ini juga akan mempengaruhi kecakapannya dalam memecahkan masalah yang ia temui di kemudian hari. Anak akan memiliki emosi positif yang lebih sering, menjadi lebih kreatif, mampu berinisiatif, lebih peka dengan lingkungannya, bahkan memiliki kemampuan untuk memimpin.

3. Anak akan lebih berprestasi

Bonding dengan orang tua, ternyata juga dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah. Anak yang dekat dengan orang tuanya biasanya lebih memiliki motivasi untuk belajar. Apalagi jika orang tua, terutama ibu, berperan dalam menjadi sekolah pertama untuk anak. 

Lebih dari itu, bonding yang kuat antara orang tua dan anak akan membentuk keluarga yang saling menyayangi. Tentu ini menjadi impian kita bersama ya, Ma... Untuk itu, mari kita mulai kuatkan perasaan itu, Ma... 

Langkah-Langkah yang Bisa Dilakukan untuk Membangun Bonding dengan Anak


Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk memperkuat bonding antara orang tua dengan anak, (di artikel ini, saya akan mengkhususkan untuk anak yang sudah beranjak remaja) di antaranya;

1. Sering-sering Mengobrol

Meskipun di usia ini anak-anak lebih suka menghabiskan waktunya dengan menyendiri, tapi sebenarnya mereka tetap ingin tahu apakah orang tuanya peduli dengan kehidupan mereka atau tidak. Karenanya, percakapan yang intens bersama anak remaja tetap perlu dilakukan sesering mungkin, agar anak tahu bahwa kehidupan mereka tetap berarti untuk kita.

2. Belajar untuk Mendengarkan

Bagaimana respon kita saat mengobrol dengan anak-anak, akan mempengaruhi antusiasme mereka saat bercerita. Meski faktanya cukup sulit mengendalikan diri untuk tidak berkomentar atau untuk tidak membenarkan pendapat mereka (yang menurut kita mungkin kurang tepat), tapi ingat, saat ini yang lebih penting adalah bagaimana mempertahankan komunikasi yang terbuka. Daripada besok-besok anak kita kapok dan ngga mau cerita lagi, ya kan, Ma?

3. Habiskan Waktu Bersama

Semakin anak-anak bertambah usia, semakin berkurang waktu untuk bersama mereka. Mereka sudah semakin sibuk dengan tugas-tugasnya, bahkan kadang, di rumah cuma untuk istirahat dan tidur saja. Jadi, saat semua memiliki waktu luang, maksimalkan kesempatan itu. Ngga harus dengan jalan-jalan atau liburan, bahkan bersih-bersih rumah atau menonton film bersama di rumah pun bisa memperkuat ikatan. 

Baca juga: Jenis Olahraga yang Bisa Menguatkan Bonding Antara Orang Tua dan Anak

4. Terlibat dalam Studi, Aktivitas, dan Pertemanan Anak-anak

Walau antar jemput sekolah itu kadang melelahkan, apalagi jika sekolahnya jauh dan mesti menembus kemacetan, tapi demi anak, lakukanlah. Kadang, di perjalanan itu kita justru punya aneka macam bahan obrolan. 

Saya termasuk salah satu Mama yang senang mendampingi anak-anak berkegiatan di sekolah. Saat ekstra kurikuler misalnya, terkadang saya menunggui mereka.

Langkah Membangun Bonding dengan Anak Remaja

Dengan teman baik anak-anak pun saya berusaha mengenal. Oiya, si sulung punya 4 orang sahabat laki-laki. Mas Amay dan keempat sahabatnya kami namai Pandawa Lima. Saking dekatnya, bahkan saat khitan pun mereka khitan di tempat yang sama, dengan waktu yang berdekatan (bisa dibilang berbarengan, hanya dibedakan saja jadwalnya karena pandemi tidak memperkenankan kita bergerombol).

Baca cerita khitannya di sini: Pengalaman Mengkhitankan Mas Amay di Solo Khitan Center

5. Percayai Anak, Hargai Pendapatnya, dan Jadi Support System Untuknya

Agar sebuah hubungan bisa terjalin dengan baik, masing-masing pihak harus saling mempercayai satu sama lain. Rasa saling percaya tak hanya diperlukan dalam hubungan suami istri, antara orang tua dengan anak pun begitu. 

Memang butuh waktu ya, Ma... Saya pun masih belajar untuk ini, karena kadang di hati saya masih tebersit keraguan terhadapnya. Entah itu tentang kemampuannya, entah itu tentang pilihan-pilihannya. Namun, saya sadar, saya harus melatih tumbuhnya rasa percaya itu. Karena ketika anak merasa dipercaya, anak akan merasa dihargai, kepercayaandirinya akan tumbuh, dan ia pun akan belajar bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. 

~

Saat anak-anak kecil, waktu terasa lambat berjalan. Namun, seiring dengan bertambahnya usia mereka, seiring dengan tumbuhnya kemandirian di diri mereka, kita akan menyadari betapa waktu seolah berlari. Untuk itu, Ma, selagi ada banyak waktu untuk bersama, habiskan dengan saling menyayangi, karena waktu tak akan pernah kembali.


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More

Perubahan dan Perkembangan pada Anak Laki-laki 11 Tahun

Sunday, October 16, 2022

 

 "Mas Amay kan bukan bocil lagi."

Protes si sulung, waktu saya memintanya memakai minyak telon selepas mandi. 

Apa? Minyak telon?

Hehe, iyaa... Saya suka dengan wangi minyak telon, jadi saya sering mengoleskannya ke tubuh anak-anak setiap mereka selesai mandi. 

Tapi Mas Amay sudah 11 tahun. Masa masih pakai minyak telon? 

Itulah... Di mata saya, dia masih bayi kecil yang belum ngerti apa-apa. Padahal, di usianya yang sudah masuk kategori "teenager" ini, tentu sudah banyak sekali perubahan dan perkembangan yang menunjukkan bahwa ia bukan anak kecil lagi.

Milestone Anak Laki-laki 11 Tahun


Milestone anak laki-laki 11 tahun

Anak laki-laki dan anak perempuan, memiliki tahapan perkembangan yang berbeda. Mengutip theasianparent.com, di dalam rahim, anak laki-laki mengalami lonjakan testosteron yang dapat membuat otak mereka berkembang secara berbeda dari otak anak perempuan. Nah, menurut penelitian, semakin tinggi hormon testosteron yang terekspos pada bayi laki-laki di kandungan, maka semakin besar pula kemungkinan mereka untuk menjadi anak yang impulsif. Faktor inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab perbedaan perkembangan pada anak laki-laki dan perempuan.

Perbedaan perkembangan ini terjadi sejak bayi, bahkan sampai anak menginjak masa remaja. Maka tak heran jika anak perempuan biasanya akan mengalami pubertas lebih awal dibandingkan anak laki-laki.

Namun, kali ini kita tidak akan membahas tentang perbedaan-perbedaan itu, Ma... Di artikel ini kita akan fokus pada perkembangan anak laki-laki di usia 11 tahun. So, inilah yang terjadi dan apa saja yang bisa kita lakukan untuk bisa membantu mereka tetap pada jalurnya.

Perkembangan Bahasa

Di usia 11 tahun kebanyakan anak laki-laki akan mengalami penambahan kosakata yang cukup banyak. Nah, di sini kita mesti hati-hati, Ma, karena lingkungan pergaulan juga akan mempengaruhi gaya bahasa mereka. 

Beberapa waktu lalu, ada masalah yang terjadi di kelas anak saya. Ada anak-anak yang senang berbicara kotor, bahkan beberapa di antaranya adalah anak perempuan. Kata-kata kotor ini terdengar oleh salah satu orang tua murid, dan singkat cerita terjadilah perdebatan panjang antara orang tua murid ini dengan orang tua si anak yang berbicara kotor itu.

Bagi beliau (orang tua yang anaknya sering berbicara kotor), ketika anak bicara kotor dengan temannya, artinya dia sudah menemukan circle pertemanan yang nyaman. 

Tepok jidat!

Tentu saja, sebagai ibu, saya tidak ingin anak saya ikut-ikutan dan menormalisasi kata-kata kotor dan kasar seperti itu. Saya dan suami pun berdiskusi dengan Mas Amay soal ini, dan alhamdulillah kami sepaham bahwa berkata kasar itu tidak baik. Suami juga menyampaikan bahwa kita dinilai dari perkataan dan perbuatan yang kita lakukan. Sehingga, penting bagi kita untuk menjaga ucapan dan perilaku.

Kebiasaan berkata kotor, bisa saja terbawa hingga dewasa. Saya tidak ingin itu terjadi. Lagipula, dalam Islam pun kita diperintahkan untuk berkata yang baik-baik, atau diam. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda,

"Bukanlah seorang Mukmin itu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang melaknat, bukan pula seorang yang keji dan kotor ucapannya." (HR. Bukhari)


Baca : Ketika Anak Berbicara Kasar


Hadits larangan berkata kotor


Perkembangan Fisik

Usia 11 tahun. Pubertas atau masa akil balig sudah dekat, atau bahkan sudah dimulai. Anak-anak kita mungkin ada yang sudah mengalami perubahan fisik, seperti perubahan bentuk suara, tumbuhnya rambut kumis atau jambang, pundak dan dada yang terlihat bidang, dll.

Nah, sebagai orang tua, kita bisa melakukan beberapa hal ini untuk mendukung fisik mereka, Ma;

  1. Sediakan makanan sehat di rumah, dan usahakan untuk sesering mungkin makan bersama anak-anak di rumah. Nikmati sebanyak mungkin momen bersama mereka, karena masa ini tidak akan terulang. (Duh, nulis begini aja udah mellow)
  2. Pastikan mereka punya waktu tidur yang cukup
  3. Dukung mereka untuk melakukan olahraga yang disukai. Anak-anak saya kebetulan mengikuti ekstrakurikuler Tapak Suci di sekolah. Meski di mata kita, kegiatan mereka saja sudah cukup melelahkan, tapi ternyata ekskul ini adalah "hiburan" bagi mereka. Olahraga memang menguras energi secara fisik, tapi jika anak-anak menyukainya, ini jadi semacam sarana untuk me-refresh otak.


Baca Juga: Kiat Mempersiapkan Anak Menghadapi Masa Balig Menurut Ajaran Islam

Perkembangan Sosial

Di usia 11 tahun, anak laki-laki mungkin akan lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Sebagai orang tua, yang bisa kita lakukan antara lain:

  1. Bangun harga diri anak. Tekanan dari teman sebaya mungkin akan meningkat mulai usia ini. Anak yang sudah memahami dirinya dengan baik, paham bahwa diri mereka berharga, insya Allah akan dapat melalui masa ini dengan baik pula.
  2. Jelaskan tentang bahaya merokok, alkohol, dan penggunaan obat-obat terlarang. Ajarkan cara menolak ajakan teman yang meminta mereka untuk "icip-icip". Di sini, peran Ayah juga sangat penting ya, Ma...
  3. Bicara tentang "seks", bukan hal yang tabu lho... Daripada mereka tau dari teman-temannya, lebih baik mereka tau dari orang tuanya, bukan?
  4. Pantau keamanan online. Anak-anak jaman now sudah semakin pintar, Ma... Ada beberapa yang sudah membuat password untuk handphone mereka sendiri. Jadi, orang tua harus lebih cerdik, ya...


Baca: Ternyata Begini Rasanya Mengasuh Anak Pra-Remaja

Perkembangan Emosi

Usia 11 tahun termasuk usia peralihan antara masa anak-anak menuju masa remaja. Biasanya, anak-anak ini punya keinginan untuk lebih cepat dewasa. Tapi, apakah mereka sudah benar-benar siap memikul aneka tanggung jawab?

Kita para orang tua yang sudah sampai di usia ini, sudah paham bahwa jadi orang dewasa ternyata banyak menanggung beban tidak mudah. Tapi, dalam perspektif anak-anak, jadi orang dewasa itu lebih menyenangkan, karena dianggap lebih bebas dan punya kendali atas diri sendiri.

Nah, di sinilah orang tua perlu nge-spill, apa saja sih yang harus ditanggung oleh orang dewasa? 

  1. Di pikiran anak, jadi dewasa itu enak, karena bisa punya uang dan mengatur semua semaunya. Jadi, orang tua perlu memberi penjelasan bahwa menjadi orang dewasa tidak selalu berhasil. Ada banyak kegagalan yang pernah kita lewati. Jelaskan pula tentang risiko dan tanggung jawab, juga bagaimana kita menghadapi kegagalan itu. 
  2. Di usia ini, anak mungkin akan mulai mengalami stres, entah karena tugas sekolah yang menumpuk, atau karena hubungannya dengan teman-teman. Nah, kita perlu memberi contoh yang baik, bagaimana cara meredakan stres, agar anak dapat menirunya. 
  3. Anak umur 11 tahun, biasanya akan lebih senang mengobrol dengan teman-temannya, dan akan semakin jarang bercengkerama dengan orang tuanya. Tidak apa-apa, Ma, memang seperti inilah masanya. Namun, mari, sebisa mungkin ajak anak-anak untuk mengobrol tentang apa saja. Karena saat bercengkerama inilah, kita bisa memasukkan nilai-nilai yang kita pegang.


Perkembangan Akademis

Mas Amay saat ini sudah duduk di kelas 6. Tentu akan ada banyak tantangan di tahun ini. Kabar baiknya, anak laki-laki di usia ini biasanya lebih bisa fokus daripada di usia sebelumnya. Mereka punya rentang konsentrasi dan perhatian untuk waktu yang lebih lama. 

Anak usia 11 tahun juga mulai menjadi pemikir. Jangan kaget kalau mereka punya pertanyaan-pertanyaan yang "rumit". Yang jelas, jangan malas untuk berkonsultasi dengan guru kelas untuk memantau perkembangan akademisnya, Ma... 

~

Saat menjadi orang tua, artinya kita harus siap untuk belajar hal baru setiap harinya. Setiap usia memiliki tantangannya sendiri-sendiri. Bismillah, insya Allah kita bisa ya, Ma... Selamat datang di perjalanan roller coaster anak usia 11 tahun, yang menyenangkan, namun juga membingungkan! 😊

 

Ditulis dengan Cinta, Mama

 

Referensi:

-  https://www.webmd.com/parenting/guide/son-11-milestones

Read More

Kiat Mempersiapkan Anak Menghadapi Masa Balig Menurut Ajaran Islam

Saturday, October 1, 2022

 

"Pena (pencatat amal) akan diangkat dari tiga orang, yaitu dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak-anak sampai dia balig, dari orang yang gila sampai dia sadar (berakal)." (HR. Abu Daud)

Hadits tentang pencatatan amal


Membaca hadits di atas, seketika saya teringat dengan Mas Amay yang saat ini sudah berumur 11 tahun. Mungkin sebentar lagi, ia pun akan memasuki masa balig. Tentu, sebelum kita menghadapi sesuatu, akan lebih baik jika kita sudah lebih dulu membekali diri dengan ilmu, supaya tidak kaget atau bingung. Maka dari itu, saya pun mulai mencari referensi, apa saja yang harus orang tua persiapkan untuk mendampingi anak-anak menjelang masa peralihan itu. Alhamdulillah, di sekolah ada pelajaran Al Islam, yang mulai men-spill tentang apa itu masa balig, apa saja tanda-tandanya, dan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menghadapinya. Jadi tugas saya sedikit lebih ringan. 😁

Satu hal yang harus kita ingat, ketika anak-anak sudah memasuki masa akil balig, mereka sudah masuk kategori mukalaf atau diberi beban syariat. Maka dari itu, segala tingkah lakunya tidak bisa ditolerir seperti saat mereka masih kecil. Untuk itu, sebagai orang tua kita harus menjelaskan bahwa sejak saat itu, seluruh perbuatan kita, baik atau buruk, sudah mulai dicatat dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Ada beberapa hal yang mesti kita (orang tua) persiapkan, untuk mendampingi anak menyambut masa akil balig. Tapi sebelumnya, mari kita cari tahu, apakah yang dimaksud dengan akil balig itu?

Masa akil balig seringkali diidentikkan dengan masa pubertas. Puber, berasal dari kata pubescere yang dalam bahasa latin memiliki arti mendapat pubes. Tahukah apa itu pubes? Pubes adalah rambut kemaluan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa masa puber adalah masa di mana tubuh anak mengalami perubahan secara fisik, yang menandai matangnya organ-organ reproduksi. 

Sebenarnya ada sedikit perbedaan makna antara pubertas dan akil balig dalam Islam. Akil, berarti memiliki akal, pemahaman atau pengetahuan. Sedangkan balig artinya telah sampai pada kesempurnaan. Akil balig bisa diartikan sebagai masa ketika seseorang telah mencapai tahap sempurna baik dari segi fisik maupun emosional. Pada anak laki-laki, masa akil balig ini ditandai dengan mimpi basah, sedangkan pada anak perempuan ditandai dengan datangnya haid atau menstruasi.

Nah, seperti yang telah Mama Kepiting tulis di awal, setelah anak memasuki masa balig yang berarti sudah masuk kategori mukalaf, anak sudah harus paham apa saja kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang muslim. 

Berkaitan dengan kewajiban-kewajiban itu, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh orang tua, yakni:

Tips mendampingi anak menjelang masa puber

 

1. Membiasakan Anak Melakukan Ibadah Wajib

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud dan Ahmad, dari Amr bin Syu'aib, dari bapaknya dan kakeknya dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

"Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan salat saat usia mereka 7 tahun, dan pukulah mereka saat usia 10 tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka." (Dishahihkan oleh Al-Albany)

Nah, maka benar bahwa dalam Islam, persiapan menyambut masa balig itu tidak instan, tetapi harus dipersiapkan sejak tahun-tahun sebelumnya. Apa jadinya jika sejak kecil anak tidak dibiasakan salat dan berpuasa? Saat masa balig itu tiba, yang dikhawatirkan adalah anak-anak meninggalkan kewajiban itu.

2. Mengajarkan tentang Thaharah atau Bersuci

Mengapa thaharah itu penting? Karena ada beberapa ibadah yang baru dianggap sah apabila dilakukan dalam keadaan suci dari hadas.

Apa itu Hadas?

Hadas adalah keadaan tidak suci pada seseorang sehingga terhalang baginya melakukan salat, tawaf ketika haji, dan ibadah lainnya yang harus dilakukan dalam keadaan suci.

Hadas dibagi menjadi 2;

  • Hadas kecil, yaitu hadas yang dapat disucikan dengan cara berwudhu atau bertayamum saja. Misalnya; keluar sesuatu dari lubang qubul atau dubur (buang air kecil, buang air besar, kentut), bersentuhan langsung antara kulit laki-laki dengan perempuan yang sudah balig dan bukan mahramnya.
  • Hadas besar, yaitu hadas yang harus disucikan dengan cara mandi. Misalnya; haid dan nifas pada perempuan, keluarnya air mani pada laki-laki, atau kondisi setelah berhubungan suami istri.

Saat masa balig tiba, anak perempuan akan mengalami haid, anak laki-laki akan mengalami mimpi basah. Untuk itu, mereka harus tahu cara bersuci yang benar, agar ibadah sholatnya tetap sah.

3. Memberi Pengarahan untuk Menjaga Adab dan Pergaulan dengan Lawan Jenis 

Suatu hari seorang teman berbagi informasi bahwa di sekolah anaknya diajarkan persiapan menghadapi masa akil balig. Ada satu pesan yang bisa kita highlight.

"Saat balig, kita sudah bisa menjadi ayah dan ibu. Tapi, untuk menjadi ayah dan ibu yang baik, banyak hal harus kita persiapkan, seperti mental, spiritual, juga finansial. Karena setelah menjadi ayah dan ibu, tanggung jawab kita akan lebih banyak dan lebih besar. Nah, jika Mas / Mbak (nama anak kita), belum siap menjadi ayah atau ibu, maka Mas / Mbak harus menjaga adab dan pergaulan dengan lawan jenis."

4. Ajarkan Anak untuk Mandiri

Ini juga penting ya, Ma... Ajarkan anak untuk mandiri atau mulai mengurus diri sendiri. Untuk anak perempuan misalnya, mintalah mereka untuk mencuci pakaiannya sendiri. Apalagi jika sudah mengalami menstruasi, maka anak harus bisa mencuci bekas darahnya sendiri.

5. Ajarkan Manajemen Waktu

Manajemen waktu ini berkaitan dengan memilah-milih mana kegiatan yang bermanfaat, mana yang sia-sia. Ingat AMBAK (Apa Manfaat BAgiKu) saat kita akan melakukan sesuatu. Jika tidak ada manfaatnya, lebih baik tinggalkan.

~

Nah, Ma, itulah beberapa persiapan yang mesti orang tua lakukan dalam rangka mempersiapkan anak menghadapi masa puber, sesuai anjuran Islam. Barangkali ada yang mau menambahkan? Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita, untuk menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak, ya... Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.



Ditulis dengan Cinta, Mama

 

 

Sumber referensi:

- https://www.voa-islam.com/read/muslimah/2019/10/25/68019/dampingi-anak-pada-masa-pubertas/ 

- https://al-ibar.net/keluarga/198/persiapan-orang-tua-muslim-menghadapi-masa-pubertas-anak

Read More

Contoh Surat Izin Tidak Masuk Sekolah karena Sakit

Monday, August 1, 2022


Hari ini, Mas Amay tidak masuk sekolah karena sakit. Baru 2 minggu menjalani sekolah di tahun ajaran baru, dia sudah tumbang. Entah karena kelelahan, atau memang karena cuaca yang sering tidak bersahabat; udara di pagi hari terasa dingin, namun matahari bersinar dengan teriknya kala siang. Yang jelas, apapun penyebab sakitnya itu, saya harus membuat surat izin tidak masuk sekolah untuk diberikan pada ibu guru.

cara membuat surat izin tidak masuk sekolah

Kok masih pakai surat izin? Kenapa ngga WA saja?

Ya, ini adalah aturan yang dibuat oleh wali kelasnya Mas Amay, dan saya sangat mendukung aturan tersebut, karena meskipun "ribet" atau kurang praktis, tapi menggunakan surat izin saat tidak bisa masuk sekolah juga menunjukkan adab yang baik terhadap guru. 

Saya kadang agak gimana gitu, kalau ada orang tua murid minta izin perihal anaknya yang tidak bisa masuk ke sekolah, tapi minta izinnya di grup kelas. Pun biasanya dengan tata tulis yang disingkat-singkat. Setidaknya, kalau memang tidak bisa mengirimkan surat izin secara langsung, kirim WA-lah secara pribadi, dan gunakan bahasa yang baik dan benar.

Nah, kembali ke surat izin tidak masuk sekolah ini. Selama menjadi orang tua murid, baru sekali ini saya membuat surat izin. Jadi, tadi pagi, sambil mengingat-ingat pelajaran Bahasa Indonesia saat sekolah dulu, saya pun mempraktikkan langsung penulisan surat izin sakit ini.

Surat izin tidak masuk sekolah yang dibuat oleh orang tua untuk wali kelas / guru, adalah contoh surat pribadi yang bersifat resmi. Hal ini karena surat tersebut dibuat oleh pribadi, namun ditujukan kepada lembaga resmi, dan untuk kepentingan yang resmi pula. Untuk itu, surat izin sakit atau surat izin tidak masuk sekolah karena alasan lain tersebut, setidaknya harus memuat beberapa unsur penting, seperti:

  1. Tanggal pembuatan surat
  2. Alamat tujuan
  3. Pembuka
  4. Isi surat
  5. Penutup 
  6. Tanda tangan
  7. Nama terang

Contoh surat izin tidak masuk sekolah

Kira-kira seperti ini ya, Ma, contoh surat izin tidak masuk sekolah karena sakit. Untuk redaksinya, bisa diubah-ubah sesuai keperluan, yang penting, maksud atau isi surat tersebut bisa tersampaikan. Semoga kita diberi kesehatan selalu supaya ngga perlu lagi bikin surat izin sakit ya, Ma. Aamiin YRA. 😊


Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More